Share

Bercerai

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2023-06-12 23:04:42

"Aku akan ke pengadilan, dan mengurus surat perceraian kita, tapi tidak dalam waktu dekat ini," tegas Jhulie tanpa menatap ke arah Rochman.

"Maksud kamu apa?" tanya Rochman menatap heran kepada Jhulie.

"Kamu tidak paham maksudku?" selidik Jhulie.

"Lho, bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau kamu akan menceraikan ku? Kenapa sekarang lain lagi ucapan mu?"

Jhulie pun mengesah, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Benar, aku memang akan menceraikan mu. Tapi semua butuh proses," tegas Jhulie.

"Apa lagi yang kamu tunggu? Kamu mau bikin aku tambah menderita lebih parah lagi, baru kamu akan mencampakkan ku, begitu?" bantah Rochman sambil berkacak pinggang.

"Sudah, aku tidak mau berdebat dengan mu, pokoknya aku akan menceraikan kamu, tapi tidak dalam waktu dekat ini. Kalau kamu masih membantah, tahu sendiri akibatnya," umpat Jhulie kemudian berlalu meninggalkan Rochman, wanita itu masuk ke dalam kamar tamu.

'Dasar perempuan pengecut. Apa sih yang dia tunggu? Katanya mau menceraikan ku. Bukannya dia jijik melihatku? Tapi kenapa, giliran aku ungkit masalah cerai, malah dia tidak tanggung jawab?' batin Rochman, pria itu menggelengkan kepalanya merasa lucu dengan sikap istrinya itu.

****

Suatu sore, Jhulie terlihat sudah rapi dengan pakaian santainya. Tampaknya wanita itu baru saja selesai mandi.

Jhulie pun melangkahkan kaki rampingnya menuju pintu rumah. Baru beberapa langkah Jhulie berjalan, sebuah suara menegur membuat wanita itu menghentikan langkah kakinya.

"Mau kemana kamu, Jhul?" tanya Rochman menghampiri Jhulie.

Jhulie menatap malas ke arah Rochman. "Bukan urusan kamu, aku mau kemana."

"Jhul, kamu itu maunya apa? Kamu itu tidak pernah menganggap ku. Aku tahu, kamu tidak cinta denganku, tapi setidaknya hargai aku dong. Minimal pamit kalau mau kemana-mana. Dengar ya, selama kamu belum menceraikan ku, itu artinya kamu masih jadi istriku, dan aku masih berhak atas kamu," ketus Rochman.

"Halah, banyak omong kamu," ucap Jhulie seraya meninggalkan Rochman.

Rochman hanya menggelengkan kepala, melihat tingkah istrinya itu.

'Aku tidak habis pikir, sebenarnya dia itu manusia atau bukan sih. Tidak punya hati sama sekali,' batinnya.

****

Beberapa hari kemudian ....

Hari itu adalah hari senin, Rochman dan Jhulie mendatangi Kantor Pengadilan Agama. Tak butuh waktu lama, perceraian mereka segera terlaksanakan. Terlebih lagi Jhulie yang memiliki banyak kuasa, sehingga mempermudahkan segalanya.

Rochman tersenyum miris saat hakim mengetuk palu. Dia mendadak merasa hatinya hampa, karena akan menyandang status duda. Pria itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Terlihat kedua orang tuanya, dengan setia menemani.

'Kamu harus kuat, jangan lemah!' Terdengar suara hati Rochman berbicara seolah menyuruh dirinya sendiri untuk tegar.

Ketika urusan telah selesai, Rochman berjalan keluar ruangan dengan didampingi kedua orang tuanya. Tanpa sengaja, Rochman melihat Jhulie sedang menggandeng tangan Antonio. Seketika Rochman pun tersenyum hambar merenungi nasibnya.

"Sayang, aku bahagia sekali, akhirnya aku bercerai dengan suamiku." Terdengar suara Jhulie.

"Iya, sayang. Dan sebentar lagi aku akan menikahi kamu, kita akan hidup bahagia selamanya," sahut Antonio begitu yakin.

Sungguh tidak punya perasaan!

Hati kecil Rochman seolah berteriak ....

Namun Rochman berusaha tidak menghiraukan hal tersebut. Dia pun mempercepat langkahnya. Kedua orang tua Rochman hanya diam menatap iba kepada anaknya, mereka sesungguhnya mengerti apa yang dirasakan oleh anaknya itu, apalagi dia ikut melihat mantan menantunya bersama lelaki lain. Namun mereka tidak ingin berbicara apapun kepada Rochman. Khawatir akan menjadi salah paham, dan Rochman justru bertambah sedih.

'sekali lagi, kamu harus kuat, Rochman. Kamu harus berubah dan jangan cengeng. Tunjukkan kepada mereka, bahwa kamu bisa bangkit dalam keterpurukan kamu,' batin Rochman bermonolog pada diri sendiri.

"Kita makan dulu," ajak Ayah Rochman disertai anggukan kepala Ibunda Rochman.

Rochman hanya mengangguk pasrah. Kini mereka bertiga telah berada di sebuah restoran mewah.

Rochman hanya memesan minuman, sedangkan kedua orang tuanya memesan makanan kesukaan mereka masing-masing.

"Apa kamu benar-benar tidak lapar?" tanya ibunda Rochman menatap iba ke arah anaknya itu.

Rochman menggeleng lemah.

"Kamu tidak perlu memikirkan hal tadi, perempuan tidak hanya satu. Dan ayah yakin, suatu saat kamu bisa mendapatkan perempuan yang baik." Ayah Rochman menimpali.

"Betul, Yah. Dan aku bukan sedih atau menyesal, hanya saja aku heran, laki-laki yang bersama Jhulie itu tetangga ku sendiri, tapi dia tega sekali menusukku dari belakang," ucap Rochman dengan nada berat.

"Ya, terkadang orang baik hanya di depan kita saja, dan di belakang sudah berbeda lagi. Sudah, tidak perlu kamu ingat-ingat terus, itu akan membuat kamu tambah sakit. Perempuan bukan hanya Jhulie. Ayah selalu berdoa, semoga kamu mendapatkan perempuan yang tulus menerima kamu apa adanya," tutur ayah Rochman.

Rochman tersenyum, walaupun senyuman terpaksa. Dia tidak ingin terlihat sedih di depan kedua orang tuanya.

Selesai makan, Ayah Rochman membayar makanan kemudian mengajak anak dan istrinya pulang. Di tengah jalan, Rochman memisahkan diri dari kedua orang tuanya, karena arah rumah mereka berbeda. Sampai di rumah, Rochman langsung masuk ke dalam kamarnya, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

'Semoga setelah bercerai dengan Jhulie, aku dapat menjalani hari-hariku dengan baik,' batin Rochman menatap langit-langit kamar.

****

Satu bulan sudah Rochman bercerai dengan Jhulie, pria itu fokus dengan pekerjaannya, mengumpulkan uang sebanyak mungkin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat sang PEBINOR   Akhirnya... (End)

    Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo

  • Hasrat sang PEBINOR   Sesuatu yang Tumbuh

    Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum

  • Hasrat sang PEBINOR   Kemesraan Dua Insan

    Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P

  • Hasrat sang PEBINOR   Cerita Cinta

    Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.

  • Hasrat sang PEBINOR   Cinta tapi Malu

    "Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah

  • Hasrat sang PEBINOR   Mengunjungi Musuh

    Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status