Share

45. Pulang

Penulis: Rainina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 10:30:42

Julian hanya bisa duduk di kursi tunggu setelahnya. Menatap kosong ke arah tembok seperti orang yang kehilangan arah.

Ia menatap asisten rumah tangganya yang datang membawa ponsel lama Silvi dan beberapa barang lainnya yang Julian minta. Julian memeriksa beberapa barang-barang itu, mengecek apabila ada yang kurang di dalamnya lalu menyelipkan dua buah kartu ke dalamnya. Sebuah kartu kredit dan debit.

Hanya itu satu-satunya hal yang tersisa untuk ia tawarkan, uang. Dengan harapan Silvi tidak akan kurang apa pun bahkan ketika jauh dari dirinya.

“Kasih semuanya ke Silvi.” ucap Julian setelahnya. Wanita itu muda itu mengangguk dan Julian hanya bisa lanjut memandangi tembok putih rumah sakit karena Silvi tidak mau melihatnya berada di kamar lagi. Seolah dia alergi pada kehadiran pria itu.

Tapi Julian juga merasa tidak bisa meninggalkan tempatnya duduk karena ia takut Silvi akan pergi ketika dia tidak ada di sana. Dan bagaimana jika ini adalah terakhir kalinya mereka bertemu?

Bagaimana jik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hate You To The Bone   51. BAB 51

    Mami tahu kamu kembali ke rumah itu.Silvi membaca pesan yang baru saja masuk dari ibunya dengan tangan yang gemetar. Belum ada 24 jam sejak Samuel dan Celine datang ke rumah ini dan sekarang ia harus menghadapi ibunya?Apa Papi kamu menanyakan keadaan Mami?Silvi sudah mengangkat tangannya untuk melemparkan ponsel itu ke dinding ketika benda itu bergetar di tangannya, membuatnya mengintip nama yang muncul di layarnya.MamiSesuai dengan dugaannya. Silvi mulai bertanya-tanya mengapa ia masih menyimpan nomor itu.Dan kenapa wanita itu masih memiliki cukup rasa percay

  • Hate You To The Bone   50. BAB 50

    "Apa kalian pikir yang paling aku butuhin saat ini itu balas dendam?" Silvi bergumam pelan, masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar sebelumnya. Celine membuka mulut, tapi Silvi melanjutkan, "Aku bahkan nggak bisa berdiri lama tanpa merasa kram. Kalian pikir aku masih mau terlibat ini semua?"Samuel terlihat canggung, "Kami cuma… kami cuma ingin bantu.""Kalau kalian benar-benar ingin bantu," suara Silvi mulai bergetar, "Kalian harusnya mulai dengan bertanya apa yang aku butuhin. Bukan ngebawa rencana yang bahkan ga aku mau."Ruangan itu hening, hanya ada suara nafas Silvi yang terdengar berat. Tangannya menyibakkan rambutnya ke belakang dengan wajah yang gusar.Dan tepat di tengah keheningan itu, ponsel Silvi berdering. Ia merogoh sakunya dan mata Silvi seketika memicing saat melihat siapa yang menelpon.Mami. Lagi.Seakan dunia tak memberinya ruang untuk sekadar duduk dan mencoba berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Silvi mematikan panggilan itu dan kembali menatap Cel

  • Hate You To The Bone   49. BAB 49

    Semuanya terasa begitu kacau.Julian mencoba melakukan pekerjaannya seperti biasa. Ia bahkan mulai lebih sering hadir di kantor yang dulu hanya ia kendalikan di belakang layar. Mencoba mengalihkan dirinya dari bayang-bayang Silvi yang duduk tenang sambil membaca buku maupun menonton televisi di tempat tidur mereka.Julian mencoba memindahkan ruang kerjanya ke tempat lain agar tidak semakin terganggu dengan bayang Silvi, tapi usahanya gagal ketika ia keluar untuk makan siang dan melihat bayangan Silvi yang duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya.Hingga akhirnya ia memilih keluar dari rumah untuk bekerja. Mungkin ia bisa lebih fokus di tempat baru, mungkin dia bisa benar-benar melakukan sesuatu di tempat yang tidak pernah didatangi Silvi sebelumnya.Tapi, pekerjaannya justru terus terhenti karena Julian terus menerus mengecek ponselnya. Membuka pesannya dengan Silvi yang bahkan tidak memiliki banyak history karena mereka tinggal di rumah yang sama.Alhasil, asistennya harus

  • Hate You To The Bone   48. BAB 48

    “Gimana? Kamu udah bicarain semuanya ke Silvi?” Celine bertanya pelan pada Samuel yang terlihat begitu kacau sejak ia keluar dari rumah Silvi. Mata Samuel masih menatap Silvi yang berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan Asisten Rumah Tangganya yang membukakan pagar untuk mobil yang dikendarai Samuel dan Celine.Samuel mengangguk pelan, setidaknya, ia sudah mencoba berbicara. Tapi ia masih tidak mendapatkan ketenangan. Ada tembok tinggi yang dibangun oleh Silvi. Tembok yang mengatakan bahwa ia sudah sangat terlambat. Tapi Samuel… masih belum ingin menyerah.“Tapi kelihatannya pikirannya masih penuh dengan hal-hal lain.” karena bahasa tubuhnya meneriakkan hal itu. Matanya yang terus melihat ke lantai dengan tatapan lelah itu… “Mungkin nanti aku akan coba lagi, setelah pikirannya agak tenang.”Tangan Celine memegang pundak Samuel pelan, mencoba memberi ketenangan pada Samuel yang menunjukkan wajah putus asa.“Silvi ngelewatin banyak hal.” ucapnya menenangkan, “Tapi kita bisa coba

  • Hate You To The Bone   47. BAB 47

    “Silvi…” suara Samuel yang memanggil namanya dengan lembut memecahkan keheningan di ruang tamu.Silvi yang sejak tadi masih duduk di sofa hanya tersenyum canggung. Tangannya terlipat rapi di pangkuan. Rasanya aneh melihat Samuel di sini. Bukan hanya karena pria itu berada di tempat yang selama ini ia jauhi, tapi juga karena sudah lama sekali ia tidak melihat pria itu sejak terakhir kali.Mereka berpisah begitu saja dan sekarang kembali bertemu lagi secara tiba-tiba..Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana, tapi melihat tangan pria itu yang bergetar saat melihatnya, setidaknya senyuman adalah hal terkecil yang bisa Silvi berikan. Matanya mencoba untuk melihat ke belakang Samuel, berharap Celine ikut masuk ke dalam ruangan yang terasa canggung. Tapi Silvi tidak melihat kehadiran wanita itu.Alih-alih, pandangannya teralihkan pada Samuel yang berjalan pelan mendekatinya, seolah takut apabila ia bergerak secara tiba-tiba, Silvi akan menghilang dari hadapannya. Ia berhenti beberapa lang

  • Hate You To The Bone   46. BAB 46

    Julian memandangi kamarnya dan Silvi yang kosong. Jejak wanita itu masih ada. Pakaiannya, parfumnya, bahkan aroma dari shampoo yang ia kenakan masih tercium secara samar di kamar mandi..Tapi wanita itu sudah tidak ada lagi. Saat Julian terbangun di rumah sakit tadi, ia hanya mendapatkan kabar bahwa Silvi sudah pergi. Koper dan kartu-kartu yang ia berikan pada Silvi ditinggalkan. Wanita itu hanya pergi membawa ponsel dan pakaian di tubuhnya. Tidak ada yang lain.Seolah ia sengaja menghapus semua hal yang berhubungan dengan Julian. Julian bisa merasakan darahnya berdesir karena panik. Kemana Silvi pergi? Dengan apa? Siapa yang akan membantunya jika Julian tidak ada? Dimana ia akan tinggal? Julian sudah berbalik untuk bersiap mengejar Silvi hingga kalimat itu kembali terngiang di telinganya.“Tolong Julian, pergi." Dengan mata mata yang basah saat mengatakannya.Julian akhirnya berdiam di rumah tanpa melakukan apa pun. Tidak ada hal yang bisa ia lakukan, selain mencari jejak keberad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status