Chapter: 11. PilihanSilvi tidak hadir ke kantor keesokan harinya. Tidak ada kabar, tidak ada pesan. Tidak ada satupun orang yang tahu kenapa. Bahkan HRD pun tidak tahu. Seolah keberadaannya sengaja disembunyikan oleh seseorang.Samuel mencoba menunggu, berdiri di depan meja Silvi sambil mencoba menghubunginya berulang kali, tapi ponselnya tidak bisa dihubungi. Apa Silvi marah karena kemarin ia pergi begitu saja? padahal Samuel sendiri yang memintanya menunggu.Samuel tahu dirinya salah, tapi Silvi bukan tipe yang menghilang seperti ini. Dia selalu rasional. Jika ada yang mengganggunya, dia akan bertanya. Langsung dan tanpa basa-basi, bukan dengan diam dan menghilang.Tapi jika ia mencoba melihat kembali, akhir-akhir ini Silvi memang sedikit berubah sejak Julian hadir.Dan seolah menjawab pikirannya, Julian muncul dari ujung lorong. Rapi seperti biasa dengan langkah percaya diri sambil memasang ekspresi yang tidak bisa diartikan.Julian bahkan tidak melirik sedikit pun ke arah meja Silvi yang kosong. Tid
Terakhir Diperbarui: 2025-05-08
Chapter: 10. Garis TipisSilvi tidak pulang malam itu.Ia tidak melawan saat Julian menarik tangannya, tidak berkata apa pun ketika pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Hujan yang turun sejak sore hanya menyisakan pakaian yang basah dan udara dingin yang menempel di kulit. Silvi duduk diam di kursi penumpang, membiarkan suara mesin dan klakson dari kendaraan lain mengisi keheningan. Tidak ada pertanyaan tentang ke mana mereka akan pergi atau apa yang akan terjadi. Ia hanya mengikuti Julian seperti bayangan, tidak peduli akan dibawa ke mana.Saat pintu apartemen Julian terbuka dan cahaya menyambut, Silvi tetap melangkah pelan di belakangnya. Julian duduk di sofa dan menepuk tempat di sebelahnya. Tapi Silvi tidak langsung duduk. Ia hanya berdiri, memandangi seluruh ruangan hingga Julian menariknya perlahan membuat tubuhnya jatuh di samping pria itu. Kepalanya bersandar di pangkuan Julian dan tangannya menggenggam lutut pria itu dengan lemah. Ia tidak menangis. Tapi matanya kosong, penuh kelelahan yang ti
Terakhir Diperbarui: 2025-05-07
Chapter: 9. KekalahanSilvi berdiri mematung saat pelukan itu dilepaskan. Anehnya, yang paling menyakitkan bukan pelukannya, tapi kehampaan yang ditinggalkan setelahnya. Seperti ruang kosong yang tiba-tiba terbuka di dalam dadanya, membesar perlahan hingga nyaris menelannya hidup-hidup. Ia menunduk, menyembunyikan wajah yang mulai basah oleh air mata yang masih tertahan. Ia membenci dirinya sendiri, karena sempat merasakan harapan di dalam pelukan Julian. Harapan kecil yang bodoh, bahwa mungkin di balik semua ini ada cinta yang tulus.Silvi mundur perlahan. Nafasnya berat, dada terasa sesak. “Saya harus pergi.” suaranya nyaris tak terdengar, seperti bisikan yang enggan keluar.Julian tidak menghentikannya. Ia hanya menatap diam, dengan tatapan milik seseorang yang percaya bahwa pada akhirnya semua akan kembali padanya.Silvi berjalan keluar, melewati lorong kantor yang dingin dan sunyi. Lampu di langit-langit terasa terlalu terang, menyilaukan penglihatannya yang mulai buram. Langkahnya tidak punya arah, h
Terakhir Diperbarui: 2025-03-16
Chapter: 8. Karena Cinta“Aku tidak mencintainya.” Itu adalah hal pertama yang Silvi dengar setelah ia masuk ke ruangan Julian. Silvi mendengus, untuk pertama kalinya, rasa takut yang biasanya menguasai digantikan oleh perasaan lain yang jauh lebih kuat. Ia merasa… muak. Muak dengan Julian yang terus-menerus memasukkan tokoh baru hanya demi menyakitinya.“Anda tidak perlu repot-repot menjelaskan hal seperti itu pada saya,” Silvi berkata pelan, mencoba menahan diri. Ia menurunkan dokumen-dokumen di atas meja Julian, lalu menatap kotak bekal kecil yang terletak rapi di sudut meja, lengkap dengan sticky note berwarna merah muda menempel di atasnya.Silvi tahu bahwa itu diberikan oleh Celine dan ia sama sekali tidak berniat membaca pesan di sana. Ia tidak ingin tahu apa yang ditulis oleh wanita itu, karena jika ia melakukannya, itu hanya akan membuatnya merasa seperti penyusup dalam kehidupan orang lain.“Aku akan segera melepaskannya,” Julian kembali berbicara, suaranya rendah dan penuh penekanan, “Kalau kamu jug
Terakhir Diperbarui: 2025-03-14
Chapter: 7. PanggungSamuel menemukan Silvi di ujung ruang arsip ketika jam kerja hampir berakhir. Tangannya bergerak memegang beberapa dokumen, tapi kemudian meletakkannya kembali di tempat yang sama. Seolah itu hanyalah caranya agar tidak ada yang mengusiknya.Matanya merah, menahan air mata yang terus ia tolak keluar. Silvi tidak bisa berbohong, gosip itu mempengaruhinya. Ia menghabiskan bertahun-tahun untuk membersihkan namanya dan memastikan tidak ada masalah yang menempel, bahkan membuang nama belakangnya, hanya untuk Julian dengan sengaja menyematkan kalimat ‘wanita simpanan’ di sana. Ia membencinya, dan jauh lebih membenci dirinya yang tidak berdaya.Samuel berhenti di ambang pintu, tidak mengetuk, tidak memanggil. Hanya memandang Silvi dari kejauhan.Ia tahu bahwa seharusnya ia pergi, karena Silvi yang ia kenal benci ketika ia terlihat rapuh di mata orang lain. Tapi Samuel menahan dirinya di sini, mencoba memanggil Silvi pelan.“Silvi…”Suara itu pelan, nyaris tenggelam di antara suara folder yan
Terakhir Diperbarui: 2025-03-09
Chapter: 6. HadiahHal pertama yang membuat Silvi berhenti melangkah saat melihat meja barunya adalah kenyataan bahwa meja itu terasa... terlalu akrab.Bukan karena pernah ditempati orang lain, melainkan karena seseorang telah menatanya khusus untuk dirinya dengan sengaja.Ada parfum dengan botol berwarna pastel yang ramping, beberapa botol nail polish, dan gantungan kunci berbentuk kelinci kecil yang menggantung di laci, semuanya benda kecil yang dulu sering ia gunakan dengan warna dan bahkan merk yang benar.Tapi yang berhasil membuatnya menggenggam erat kotak yang ia gunakan untuk menampung barang dari ruang lamanya adalah selembar sticky note merah muda yang menempel manis di atas meja, bertuliskan:“Have a good day :)”Dengan tulisan tangan yang terlalu ia kenal, bahkan ketika ia berharap bisa melupakannya.Silvi membeku sejenak. Bukan karena terharu, tapi karena merasa terperangkap. Meja ini bukan lagi sekedar tempat kerja, tapi panggung baru bagi Julian. Jantungnya berdegup cepat, seolah tubuhnya
Terakhir Diperbarui: 2025-03-08