LOGINMalam semakin larut, menelan seluruh suara keributan yang terjadi siang tadi. Rumah besar itu kini sunyi senyap. Vanessa dan ayahnya sudah lama masuk ke kamar mereka, mengira Silvi sedang beristirahat untuk memulihkan diri.Tapi Silvi tidak tidur. Ia duduk di tepi ranjang dengan tas kecil di pangkuannya. Tidak ada pakaian yang ia bawa, tidak ada barang berharga. Hanya ponsel, dompet, dan secarik foto USG yang ia remas dalam genggamannya.Anehnya, pikiran Silvi terasa lebih jernih.Teriakan ibunya siang tadi, wajah bersalah Celine, kekecewaan Samuel, dan kebaikan Vanessa yang terasa menyakitkan... semuanya berputar menjadi satu kesimpulan yang sederhana.Ia harus pergi dari sini.Selama ia berada di sini, ia hanya akan menjadi pembawa sial. Dan orang-orang baik seperti ayahnya dan Vanessa tidak pantas mendapatkan kesialan itu.Tempatnya bukan di sini. Tempatnya adalah di sisi seseorang yang sama rusaknya dengan dirinya. Seseorang yang bersedia menerimanya apapun yang terjadi.Silvi berd
Celine seharusnya seharusnya mencoba memahami apa yang Silvi sedang lewati. Tapi ia justru terobsesi akan keinginannya sendiri untuk menebus kesalahannya.Pada akhirnya, ia justru kembali melukai wanita itu dengan menemukan wanita yang ia kira bisa membantunya menyelamatkan Silvi tapi justru merupakan seorang monster. Wanita itu tidak henti-hentinya berusaha menghubunginya, memaksanya Celine mempertemukannya dengan Silvi.‘Kalau kamu tidak mau, aku akan menemuinya sendiri!’Pesan itu menjadi pemicu Celine meminta Vanya untuk mengantarkan dirinya ke rumah Silvi detik itu juga setelah beberapa hari mencoba menahan diri setelah kemarahan Silvi. Tapi ia justru terlambat karena wanita itu sekarang sudah berdiri di pintu rumah keluarga Silvi dan ia hanya mampu berusaha menahan ibu dari wanita itu agar tidak memaksa masuk dan menghampiri Silvi.“Anak tidak tahu diri!”Celine menahan nafasnya saat ia mendengar kalimat itu meluncur dengan mudahnya dari bibir Anastasia. Ia memalingkan wajah k
Silvi membenci ibunya.Sejak pertama kali ia menyadari bahwa hidupnya dibangun atas dasar kebohongan, Silvi selalu mengingatkan dirinya akan satu hal. Apa pun yang dikatakan ibunya, semuanya hanyalah kebohongan yang diberikan demi keuntungan wanita itu.Tapi Silvi selalu mempercayai satu hal secara konsisten, satu hal yang dikatakan ibunya untuk pertama kali saat ia pulang dengan keadaan rumah yang berantakan. Bahwa Silvi adalah pembawa sial.Wanita itu mengatakannya sambil memegang bahunya dengan erat hingga meninggalkan jejak yang baru hilang setelah berhari-hari.Silvi mencoba melupakan kalimat itu, berusaha menjalankan hidupnya seolah kalimat yang sama tidak menghantuinya di setiap malam di mana ia merasa kesepian. Tapi, ia tidak bisa. Kalimat itu terus berbisik di kepalanya dan tidak berhenti dari ia bangun hingga tidur lagi. Bahkan, kalimat itu kembali muncul di hari ini ketika ia melihat ibunya berada di depan pintu, berdiri di depan seorang asisten rumah tangga yang terli
Vanessa memperhatikan Silvi dari celah pintu yang ia buka. Anak tirinya itu tidak lagi bergerak dari kamarnya selama dua hari. Bahkan walau dua orang yang terakhir kali datang menemuinya kembali datang ke rumah mereka, Silvi menolak kedatangan mereka secara terang-terangan.Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia sudah berniat akan melakukan apa pun untuk membantu Silvi begitu ia mendengar dari suaminya bahwa wanita itu sedang hamil dan butuh banyak dukungan.Tapi bagaimana cara untuk membantu seseorang yang bahkan tidak ingin dibantu?Silvi selalu diam di kamarnya, makan secara terpisah ketika Vanessa sudah selesai makan. Selain itu, ia hanya keluar jika memang diperlukan. Fakta bahwa Silvi hanya keluar
Saat keheningan di ujung telepon bertahan terlalu lama, Anastasia tahu pria di seberang sana telah memakan umpannya. Maka ia melanjutkan dengan nada yang manis."Kalau kamu mau tahu, aku bisa memberitahumu… dengan satu syarat."Terdengar helaan napas dari seberang lalu suara yang terdengar terasa dingin, tapi tak bisa sepenuhnya menyembunyikan kegugupan yang mulai merayap."Apa maumu?"Anastasia bangkit dari tempat duduk dan berjalan perlahan ke arah jendela. Menatap bayangan wajahnya di sana."Aku ingin kamu membantuku," ucapnya ringan, "Aku ingin Silvi menghubungiku. Kamu bisa menyebut namaku kapan saja. Kalau dia tahu kamu tahu tempatnya dariku, dia akan menghubungiku."
Mami tahu kamu kembali ke rumah itu.Silvi membaca pesan yang baru saja masuk dari ibunya dengan tangan yang gemetar. Belum ada 24 jam sejak Samuel dan Celine datang ke rumah ini dan sekarang ia harus menghadapi ibunya?Apa Papi kamu menanyakan keadaan Mami?Silvi sudah mengangkat tangannya untuk melemparkan ponsel itu ke dinding ketika benda itu bergetar di tangannya, membuatnya mengintip nama yang muncul di layarnya.MamiSesuai dengan dugaannya. Silvi mulai bertanya-tanya mengapa ia masih menyimpan nomor itu.Dan kenapa wanita itu masih memiliki cukup rasa percay







