Share

Haters
Haters
Penulis: Dila Rumaningsih

1

Gue memeriksa tulisan yang akan gue posting di salah satu fanspage di f******k yang gue kelola, setelah dirasa gak ada kesalahan kata atau pengetikan, akhirnya gue memutuskan untuk memposting tulisan tersebut.

"Serius amat gue liat-liat."

Gue melirik sekilas ke samping kanan, di mana suara itu berasal, di sana ada Tania yang sedang asik meminum brown sugar boba favoritnya. Oh iya, Tania ini satu-satunya orang yang bertahan temenan sama gue, alias dia sahabat gue sejak smp sampai detik ini gue udah jadi penulis novel di salah satu penerbit. Gue gak tahu apa alasan dia bisa tahan sahabatan sama gue, yang kata orang gue itu gak bisa basa-basi, kalau ngomong gak pernah disaring, dan sering sinis. Well, itu kata orang-orang, gue sih gak terlalu merasa gue seperti itu, ya. 

"Astaga! Lo masih jadi admin fanspage hatersnya Gibran!"

Gue mengangkat kedua bahu untuk menjawab pertanyaan Tania.

Seperti yang tania bilang, gue Thamina Fakhriana, seorang admin dari fanspage yang postingannya selalu memojokan dan menilai buruk Gibran, si artis songong dan sok kegantengan itu. Bisa dibilang gue founder sebenernya, bukan sebatas admin. Fanspage yang gue kelola ini bahkan udah mendapat 50 ribu likes lebih, itu berarti banyak dong yang benci sama dia, bukan gue doang? Jujur aja gue gak pernah benci banget sama artis sampe seniat ini bikin fanspage buat jelekin dia. Tapi entah kenapa si Gibran songong ini gak bisa gue abaikan begitu aja. Rasanya kalau ketemu pengen buang sampah depan mukanya, saking gue gedegnya liat mukanya. Pertama kali gue benci dia, ketika di suatu wawancara dengan gaya ngehenya dia ngehina salah satu wartawan dan jadikan bahan hinaan itu sebagai candaan, bagi gue itu bukan hal yang dibenarkan.

Nama fanspagenya adalah 'Gibran Rahandi si songong'. Gue cetusin nama itu ya karena dia cuman aktor menye-menye yang filmnya kebanyakan genre romantis tapi cringe, tiap filmnya tayang pasti gimmick cinlok sama pasangannya di film, gak ada karya bagus yang dia hasilkan intinya. Aktingnya juga jelek menurut gue, tapi entah kenapa tuh para sutradara masih mau ngontrak Gibran buat main di filmnya.

"Tha, berapa kali sih gue bilang, stop untuk nulis postingan yang menggiring untuk orang-orang benci Gibran. Sakit hati gue baca tulisan-tulisan lo di fanspage itu."

Gue mendelik kesal ke arah Tania. Kesal karena dia terus-terusan ngomong kayak gitu ketika dia tahu gue baru posting hal yang menjelekan idolanya. Mata dia buta apa gimana sih, astagfirullah. Udah gue beberin fakta jelek tentang si Gibran, masih aja dia jadi fans fanatik si artis gak punya karya itu. Asal kalian tahu, saking fanatiknya si Tania ngefans sama si Gibran, di kamar Tania banyak banget poster Gibran yang menurut gue pose gayanya norak abis. Tania bahkan ngoleksi dvd film yang Gibran bintangi. Gue tahu film-film si Gibran jelek, ya karena Tania sering maksa gue buat nemenin dia nonton. Gak mau sebenernya, tapi setelah dipikir-pikir gue rasa gue bisa dapat bahan untuk postingan di fanspage dari film yang gue tonton atas paksaan Tania. Bahkan Tania punya tanda tangan Gibran di baju, topi, buku dan barang lainnya yang gue lupa apa aja saking banyaknya.

Gue bingung banget kenapa si Tania bisa sefanatik itu ngefans sama si Gibran. Untung aja dia sahabat gue, kalau bukan udah gue tabok kali si Tania, soalnya selalu nge-fangirling Gibran di depan gue yang jelas-jelas benci sama si artis songong itu.

"Mau lo nyerocos ampe berbusa buat minta stop, gak bakal gue jabanin Tania! Maaf-maaf aja nih, kalau soal urusan si artis songong itu, gue gak bisa dengerin atau nurutin omongan lo. Gue juga udah berkali-kali jelasin kenapa gue benci sama idola lo, dan sekarang gue udah ditahap capek buat jelasin ke lo, jadi mending lo diem, oke. Kita masing-masing urusan kalau soal idola sok kegantengan lo itu."

Tania menggeram kesal tentu saja, tapi gue gak peduli, udah biasa juga nanggepin Tania yang kayak gitu.

"Sekali-kali gue ajak lo fanmeeting deh sama Gibran, biar tahu Gibran yang sebenernya kayak gimana."

Gue mendengus kesal, nonton filmnya aja ogah-ogahan gue, apalagi ketemu langsung, idih artis top kali dia pake ada fanmeeting segala.

"Udah ah capek gue bahas Gibran sama lo, gak ada kelarnya. Oh iya, novel lo udah selesai belum yang terakhir?"

Gue menyunggingkan senyum penuh kemenangan, Tania mengalihkan pembicaraan.

"Udah gue kirim ke editor, tinggal nunggu apa yang harus direvisi. Agak takut sih, soalnya novel ini salah satu yang agak sulit gue selesain, takutnya banyak yang harus diubah."

"Jangan pesimis dong, justru karena novel yang terakhir ini lama diselesainnya, itu berarti lo bener-bener pikirin dengan mateng ceritanya supaya berbeda dengan karya lo sebelumnya. Setelah ini, mimpi lo apasih? Kayaknya lo di zona nyaman mulu jadi penulis novel aja."

Jujur aja gue mengerenyitkan dahi gue bingung, karena pertanyaan yang diajukan Tania gak pernah dia lontarkan sebelumnya.

"Jujur agak bingung sih, karena gue nyaman banget nulis. Tapi setelah dipikir-pikir, gue ke pengen salah satu novel yang udah naik cetak bisa difilm-in, terus gue kontribusi untuk ikut nulis skenario filmnya supaya cerita novelnya gak banyak perubahan. Soalnya gue takut banget kalau cerita novel diadaptasi jadi film tuh kadang suka jauh banget plotnya dari novel."

Jujur kalau udah bahas novel dan cerita, gue nyaman banget ngobrolnya sama Tania, bertolak belakang dengan obrolan yang menyangkut-pautkan 'Gibran'. Tania juga seorang penulis, makannya gue nyaman sahabatan sama dia, kita bisa tukar pikiran, ide dan sharing tentang tulisan. Tapi kebanyakan novel karya Tania genrenya lebih banyak fantasi, sedangkan gue agak bervariasi, chiklit, romansa, fantasi, teenfiction, horor dan lainnya walaupun nyamannya gue di romansa dan teenfiction.

***

Sembari menunggu revisian dari editor, gue memutuskan untuk memulai cerita baru yang idenya baru keluar di malam hari kayak gini. Alamat begadang ini mah nulis ceritanya. Soalnya kalau gak ditulis langsung, si ide cerita bisa lupa atau gak akan sama daripada pas terlintas. Pernah beberapa kali nunda dan hanya nulis garis besarnya, yang ada idenya jauh dari ekspektasi yang dibayangkan, jadi ya prinsip gue kalau udah ada ide ya secepatnya ditulis, mau kapanpun itu.

Gue meregangkan tangan dan jari-jari tangan gue, agak kaku rasanya setelah nulis 10 lembar cerita dari ide yang terlintas tadi. Seenggaknya sebagian idenya udah tergambar dari sinopsis yang gue buat.

Setelah menutup laptop, gue pun mengambil ponsel yang sedari tadi gue charge di nakas samping tempat tidur.

Gue mulai membuka fanspage 'haters' yang gue kelola itu. Niatnya mau lihat komenan yang sependapat sama gue, karena baca komenan yang sependapat dam sefrekuensi sama gue adalah hal yang menyenangkan.

Di fanspage ini gue menyamarkan nama gue, karena gue gak mau nama gue jelek dan diserang sama fansnya si Gibran. Males banget nyampurin pekerjaan dan kehidupan pribadi, karena gue udah membuat sekat di antara itu, dan gue juga gak mau orang lain atau penikmat novel  gue tahu bahwa gue adalah orang dibalik fanspage hatersnya Gibran. Cukup Tania yang tahu.

Gibran Rahandi Cringe

Lihatlah, si artis sok kegantengan ini atittudenya bener-bener nol. Dia marahin tukang sate dan lempar satenya ke tong sampah hanya karena penjualnya gak misahin bumbu kacang di sate yang dia pesen. Seolah-olah dunia harus tahu dia, makanan yang disukai dan enggaknya. Dia bahkan gak pesen buat bumbu satenya dipisah.

[Play Video]

👍15k             💬1524                 --> 256

Gue mengklik komentar yang ternyata udah banyak itu, dan rentetan caci maki untuk Gibran sudah berbaris di sana.

Daniayaya

Idih narsisnya tingkat dewa. Artis top kali dia, semua orang harus tau kesukaannya.

Ani Khoiruni

Mantap kali lah fp ini, selalu up to date.

Lheni cynx Gibran salawasnua

gK uSAh piTnah2 BEbeb gwe kyk gt dEeeh!!!!

Gue segera mengclose akun f******k gue setelah membaca tulisan alay itu, rasanya mata gue pedih bukan main. Padahal niat awal mau bacain komen-komenannya mumpung belum ngantuk, tapi tulisan alay fans si Gibran bener-bener ganggu.

Gue bingung banget sama fans yang menyelami akun haters idolanya, bisa-bisanya spesies seperti mereka ini punya waktu buat bales-balesin dan ngelawan komenan yang jelekin idolanya, di lapak haters lagi, yang udah pasti banyak tulisan kebencian. Kalau nyerang orang yang ngejelekin idolanya di akun idolanya, ya itu bolehlah. Ini udah pada tempatnya, akun haters, masih aja mau belain idolanya yang udah jelas dia gak akan menang.

Bersambung

(Selesai ditulis pada hari senin, 21 Juni 2021, pukul 00.44 wib).

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status