Share

Bab 7

Penulis: Parasyna
Di tengah perjalanan, Natasha tiba-tiba teringat ada sesuatu yang tertinggal di mal. Dia pun meminta sopir untuk putar balik. Begitu mobil berhenti di tempat tujuan, dia tiba-tiba menerima sebuah pesan.

Itu adalah video adegan tidak senonoh. Tokoh utamanya adalah suaminya dan Luna yang baru saja pergi. Dalam video itu, Luna sedang duduk di wastafel toilet. Cermin besar wastafel memantulkan sosok dua orang yang tubuhnya terpaut dan tenggelam dalam lautan gairah.

"Egh, lembut dikit. Aku nggak tahan ...."

"Tadi, kamu yang merayuku. Sekarang, kamu nggak tahan?"

"Brak!" Ponsel Natasha jatuh ke lantai.

Latar belakangnya sangat familier. Itu adalah toilet mal tempat mereka berada.

Di dalam toilet, Luna mengenakan pakaian dalam renda hitam seksi dan duduk di atas Alvaro. Wajah kedua orang itu terlihat merah dan ada keringat tipis yang membasahi tubuh mereka.

Luna begitu bersemangat hingga terengah-engah. Dia bertanya dengan nada menggoda, "Varo, siapa yang lebih baik? Dia atau aku?"

Tak lama kemudian, suara penuh nafsu pria itu terdengar, "Kamu. Dia sangat membosankan di ranjang. Kamu jauh lebih menarik dan bisa banyak pose."

Luna pun tersenyum bangga. Ketika mereka berdua selesai, pria itu tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari belakangnya dan menancapkannya ke kepala wanita itu.

Mata Natasha langsung terbelalak. Itu adalah tusuk konde burung suci tadi.

"Ini untukmu. Lain kali, jangan memintanya di depan umum. Katakan saja padaku secara pribadi kalau kamu menginginkan sesuatu," ujar Alvaro dengan lembut.

Luna menunjukkan ekspresi bahagia, lalu bertanya dengan santai, "Gimana dengan dia?"

"Buat saja satu lagi yang palsu untuknya."

Di depan pintu toilet, Natasha mengepalkan tangannya hingga kuku-kukunya memutih. Dia bersandar di dinding dan jatuh perlahan. Dia tidak dapat menekan amarah yang menyesakkan dadanya.

Natasha melangkah maju selangkah demi selangkah, lalu melihat Enzo yang tadinya sudah menghilang sedang berjongkok tak jauh darinya.

Enzo tidak bisa menyembunyikan kepanikan di matanya. "Mama? Kok Mama ada di sini?"

Natasha menatap putranya dan bertanya dengan dingin, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu bilang sudah pulang?"

Enzo menjawab dengan tergagap, "Aku mau masuk toilet."

Tampang Enzo yang berbohong membuat emosi Natasha yang sudah memuncak sedikit mereda. Pada detik berikutnya, suara hati putranya terngiang di telinganya.

'Papa minta aku berjaga di depan pintu kamar mandi, juga berpesan padaku untuk melarang Mama masuk dan melihat Papa bersama Mama Nana.'

Natasha langsung tercekat. Ujung jarinya menancap di telapak tangannya. Putra yang dulu dia rawat dan lindungi dengan baik kini malah penuh kebohongan.

Natasha masih ingat malam ketika Enzo yang sedang membaca buku cerita tiba-tiba berseru marah, "Aku nggak akan berbohong kepada Mama demi orang lain seperti tokoh utama dalam cerita. Aku juga nggak akan buat Mama sedih. Aku sayang sama Mama dan mau berikan seluruh hatiku pada Mama."

Memikirkan hal ini, mata Natasha memerah. Dia menahan air mata di pelupuk matanya dan bertanya. "Zozo, aku tanya sekali lagi. Ada yang kamu sembunyikan dariku?"

Seluruh tubuh Zozo menegang sejenak dan dia terlihat ragu. 'Apa Mama sudah mengetahui sesuatu?'

Kemudian, dia menjawab lagi, "Nggak. Aku pernah bilang, aku nggak akan pernah berbohong pada Mama."

Sekujur tubuh Natasha gemetar sejenak, lalu langsung terasa dingin. Dia berbalik tanpa ragu dan pulang dengan keadaan linglung.

Natasha duduk termenung sehari semalam. Kemudian, dia berdiri dan menyalakan api di ruang tamu tanpa ragu. Dia membakar semua hadiah dan pakaian yang pernah dibuatnya untuk ayah dan anak itu, serta semua foto keluarga bertiga yang tergantung di dinding.

Api yang berkobar melahap wajah tersenyum di foto itu sedikit demi sedikit.

Lima tahun yang lalu, di hari ulang tahun Natasha, ayah dan anak itu berlomba-lomba memberinya hadiah hingga hampir bertengkar. Akhirnya, Enzo sangat marah dan menangis tersedu-sedu karena tidak bisa menang dari Alvaro.

Empat tahun yang lalu, Enzo akhirnya memenangkan medali emas Olimpiade Matematika. Ayah dan anak itu memberi Natasha kejutan besar hingga dia menangis bahagia.

Momen-momen hangat kebersamaan mereka di masa lalu masih terbayang di benak Natasha. Namun, semuanya telah berubah sekarang.

Api berkobar dengan hebat dan asap mengepul tebal. Natasha mengambil benda terberat di kedalaman brankas dengan wajah tanpa ekspresi. Itu adalah ribuan pucuk surat cinta yang ditulis Alvaro saat mengejarnya.

Setiap hari selama setahun penuh, Alvaro menulisnya surat-surat cinta itu selama enam tahun penuh. Tanpa ragu, Natasha melempar tumpukan surat cinta itu ke dalam kobaran api.

Asap mengepul memenuhi seluruh vila. Tiba-tiba, pintu vila terbuka.

"Sayang?"

"Mama!"

Alvaro dan Enzo bergegas masuk bersama.

"Kamu lagi apa?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 27

    Lebih dari setengah tahun telah berlalu. Selama setengah tahun ini, Natasha mencurahkan isi hatinya di samping tempat tidur Lydia setiap hari. Dia menyeka wajah Lydia setiap pagi, juga merawatnya dengan saksama dan penuh kasih sayang.Alvaro dan Enzo mencari berbagai alasan buruk untuk datang menemui Natasha. Di bulan Desember yang dingin, Alvaro bahkan berlutut meminta maaf pada Natasha selama sehari semalam di hari salju turun dengan deras dan hampir mati kedinginan. Akan tetapi, Natasha hanya menatapnya dengan dingin.Enzo membawakan berbagai macam bunga untuk Natasha setiap hari. Dia bahkan belajar membuat kue sendiri. Pintu Natasha selalu dipenuhi dengan bunga dan kue.Para tetangga yang lewat memandangnya dengan iri. Setiap kali hal ini terjadi, Natasha akan berbagi kue dan bunga itu. Dia sama sekali tidak tertarik pada hal-hal ini dan hatinya sama sekali tidak tersentuh.Pada kali pertama Enzo mengetahui bahwa kue yang dia buat untuk Natasha diberikan kepada orang lain, dia dudu

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 26

    Natasha melewati beberapa hari yang damai dan tenang.Keesokan harinya, Enzo dan Alvaro muncul di depan pintunya pagi-pagi sekali. Dia mengabaikan ketukan di pintu, tetapi malah melihat ayah dan anak yang duduk di lantai bawah itu melambai padanya di balkon.Natasha tak punya pilihan selain bergegas turun. Dia menatap ayah dan anak di depannya, lalu bertanya dengan acuh tak acuh, "Apa sebenarnya mau kalian?"Alvaro tersenyum sambil menatap Natasha di depannya, lalu berkata dengan manja, "Sasha, ayo kita nonton kembang api bersama! Kamu masih ingat janji kita pada Zozo tahun lalu? Kita bilang, kita akan bawa dia menonton kembang api setiap tahun."Enzo menarik tangan Natasha, lalu menggoyang-goyangkannya dan menimpali dengan manja, "Mama! Mama! Temani aku sekali, ya? Aku benar-benar merindukanmu."Suara hati Enzo masih terngiang di benak Natasha.'Papa bilang, selama kita pergi nonton kembang api, Mama bisa ingat kenangan-kenangan kita dulu, lalu nggak akan bersikap dingin lagi ....'Na

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 25

    Selama setengah bulan berikutnya, Alvaro dan Enzo selalu datang tepat waktu ke rumah Natasha setiap hari. Mereka juga tidak mau pergi tidak peduli bagaimana pun Natasha mengusir mereka.Setiap hari, Enzo selalu berusaha mencari cara yang berbeda untuk menyenangkan Natasha. Dia meniru orang dewasa dan membelikan berbagai hadiah kecil untuk Natasha, tetapi Natasha membuangnya semuanya.Sementara itu, Alvaro mengantarkan makan tepat waktu tiga kali setiap hari. Ayah dan anak itu bahkan membuang kantong sampah yang diletakkan Natasha di depan pintu ....Melihat ayah dan anak yang hidup berputar mengelilingi Natasha setiap hari, serta hati Alvaro yang penuh dengan Natasha, hati Luna dipenuhi rasa cemburu. Dia merasa bahwa Natasha sengaja menggunakan cara memalsukan kematiannya untuk mendapatkan kembali cinta Alvaro ....Suatu hari, terdengar ketukan pintu yang kuat dan cepat. Natasha membuka pintu dengan kesal, lalu menunduk dan memejamkan mata sambil berseru, "Alvaro, mau gimana baru kamu

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 24

    Lampu merah di ruang operasi padam dan pintunya dibuka.Natasha melangkah maju dan menatap dokter dengan sungguh-sungguh, lalu bertanya, "Dokter, gimana keadaan adikku?"Setelah dokter mengangguk dan mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar, Natasha baru menghela napas lega. Dia hendak mengikuti Lydia yang didorong pergi, tetapi ketika dia berbalik, pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh Alvaro.Alvaro menatap Natasha di depannya, matanya dipenuhi dengan rasa bersalah dan penyesalan. Dia berseru, "Sasha, aku nggak peduli cintamu padaku palsu atau nggak! Aku mencintaimu dan itu sudah cukup! Orang yang kucintai selama ini adalah kamu!"Natasha tidak dapat menahan tawanya. Suaminya yang berselingkuh justru mengatakan bahwa orang yang dicintainya adalah dirinya. Sungguh ironis. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Alvaro, lalu menunjuk Luna yang ada di sampingnya dan berkata dengan dingin, "Orang yang kamu cintai itu seharusnya dia, bukan aku."Mata Alvaro berkilat terkejut. Dia

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 23

    Saat ketiganya saling berpandangan, alarm ventilator di dalam gudang berbunyi dan napas Lydia makin lemah.Natasha berusaha melepaskan diri dari genggaman Alvaro seperti orang gila, lalu langsung berlari ke sisi tempat tidur dan menelepon ambulans.Ketika menyadari bahwa Lydia tidak mungkin dapat menunggu hingga ambulans tiba, Natasha menatap Alvaro di depannya dengan tidak berdaya, lalu berseru, "Alvaro, berikan aku kunci mobilnya ...."Saat mendengar namanya keluar dari mulut Natasha, Alvaro makin yakin bahwa wanita ini adalah istrinya. Dia bergegas maju dengan gembira untuk memastikannya dan berkata, "Kamu itu Sasha .... Aku tahu kamu belum meninggal ...."Natasha mendorongnya dengan kesal dan berteriak, "Jangan bicara omong kosong! Berikan kuncinya padaku!"Dengan bantuan Alvaro, Natasha menggendong Lydia ke dalam mobil. Kemudian, keduanya membawa Lydia ke rumah sakit bersama.Di luar ruang operasi, Natasha melipat tangannya sambil berdoa dan berjalan mondar-mandir di depan pintu.

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 22

    Keesokan paginya, Natasha masuk ke ruang pasien sambil menyenandungkan lagu. Sepasang matanya terlihat berbinar dan dia terus bergumam, "Lydia, Kakak datang menjengukmu ...."Namun, saat mendekati ranjang pasien, dia malah mendapati bahwa tempat tidur itu kosong. Natasha pun membelalak. Dia menyingkap selimut dengan putus asa. Air matanya mengalir deras dan kakinya tiba-tiba terasa lemas hingga dia jatuh terduduk di lantai.Dia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan diri. "Lydia pasti dibawa pergi Profesor Holden untuk diperiksa. Profesor Holden .... Benar!"Natasha tiba-tiba berdiri dan bergegas masuk ke kantor Holden. Para dokter dan perawat di koridor tidak berhenti bergosip dengan tampang merendahkan."Siapa ini? Kenapa dia berlarian di rumah sakit!"Holden melirik orang-orang di luar kantor, lalu tatapannya tertuju pada wajah Natasha. Mata Natasha terlihat merah padam, dia jelas habis menangis. Raut wajahnya yang terlihat gembira tetapi juga sedih membuat Holden bingung. Dia me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status