Share

Chapter 4(pertemuan)

"Njaaa! Senja! Bangun Nja!!" Senja yang sedang tertidur lelap mendadak terduduk saat merasakan tubuhnya ditarik paksa oleh tangan-tangan yang memaksakan dirinya untuk terjaga seketika.

"Hah! Kenapa? Ada apa?!" Senja yang nyawanya bahkan belum terkumpul semua kebingungan saat melihat Tita, Gading dan Marta tampak panik dan berkumpul dikamarnya.

"Itu Bude Yanti jatuh di kamar mandi Nja. Kepalanya luka dan badannya mendadak lemas Nja. Ayo kita bawa ke rumah sakit, kamu yang nyetir ya Nja?"

"Hoiii, cepetan dong geraknya, keburu kolaps ntar ini si Bude!" Rini dan lima penghuni kost yang lain tampak menggotong Bude Yanti yang sudah dimasukkan dan bersandar dikursi penumpang. Senja langsung melesat ke kursi pengemudi disusul tiga teman kost lainnya menjaga Bu Yanti di jok belakang. Senja pun mengebut pada pukul empat dini hari. Saking bingungnya melihat keadaan ibu kost mereka, empat gadis penghuni kost Bude Yanti sampai melupakan pakaian tempur mereka yang sangat tidak layak diperlihatkan di tempat umum.

Tita dengan daster pudar kesayangannya yang saking lusuhnya bisa saingan dengan kain pel. Gading dengan baju katun doraemon nya sampai tembus pandang karena sering cuci pakai yang terus berakumulasi. Belum lagi Marta yang memakai piyama kedodoran amang nya sebagai manifestasi pelipur laranya karena ayahnya yang tinggal jauh di Sidempuan sana. Dan yang paling parah adalah Senja, yang cuma memakai atasan tipis kemeja putih bekas Abimanyu yang memang selalu menjadi pakaian wajib nya alih-alih memakai lingerine seksi. Pada awal-awal pernikahan mereka, Abi bahkan mengatakan bahwa Senja seribu kali lebih seksi memakai kemeja tipis sepaha bekas kemejanya dibanding dengan lingerine merah nya.

Dan kebiasaan itu pun masih dilakukannya karena memang nyaman sekali memakai katun yang sudah menipis akibat sering cuci pakai.

Begitulah keadaan keempat gadis cantik itu saat ikut berlari disamping brankar yang mengangkut ibu kost mereka. Setibanya diruang UGD, mereka berempat cuma bisa duduk dan berdoa untuk kesembuhan Bude Yanti yang sangat mereka cintai. Bude Yanti bukanlah tipikal Ibu kost yang seperti ada difilm-film yang pelit dan kejam.

Bude Yanti selalu memperlakukan semua anak kostnya seperti putrinya sendiri. Bude Yanti bukanlah orang yang kekurangan uang sehingga menerima kost-kostan khusus wanita. Bude Yanti adalah istri seorang pensiunan polisi bintang tiga. Setelah kematian suaminya dia menjadi sangat kesepian dirumah sebesar dan seluas itu, sehingga anaknya yang juga seorang polisi yang ditugaskan di pulau Sumatera memberi ide pada ibunya untuk membuka kost-kost an khusus wanita untuk mengusir rasa kesepiannya.

Setelah Bude Yanti dimasukkan ke UGD, keempat gadis itu pun cuma bisa duduk menunggu di kursi panjang khusus untuk pengunjung pasien yang di rawat di UGD. Setelah berjam-jam menunggu, keempat gadis cantik itupun tertidur karena kelelahan bergadang di rumah sakit. Mereka berempat tertidur dalam keadaan duduk dikursi ruang tunggu UGD yang sudah mulai ramai oleh aktifitas rumah sakit pada pukul enam pagi.

Sementara itu Sabda dan Abi yang baru saja keluar dari ruang rawat inap setelah semalaman menunggui Mentari yang dini hari tadi perutnya mendadak kram, dan baru dipindahkan keruang rawat inap kaget melihat Senja yang tertidur saling tumpang tindih dengan teman-temannya dikursi pengunjung.

"Astaga! Senja! Ngapain kamu tertidur disini?!" Abimanyu sangat terkejut melihat mantan istri yang selama ini dicari nya kemana-mana, sekarang tepat berada didepan matanya, lengkap dengan seragam tempur khas nya, yaitu kemeja bekas pakainya. Ternyata kebiasaan Senja tidak berubah walaupun sudah bercerai darinya.

"Mmm—Mas A—Abi, aaanu i—itu itu—" Senja yang dibangunkan secara paksa merasa kebingungan melihat sosok Abi didepan matanya. Dia kebingungan sendiri antara merasa berada dalam mimpi atau memang sosok didepannya ini nyata.

"Senja anu apa hah? Mas, Bapak dan Ibu sibuk mencari kamu selama berbulan-bulan karena kami semua sangat khawatir tahu?!! Kemana saja kamu selama ini? Kamu tinggal dimana sekarang? Sama siapa??!!" Abi langsung menarik kencang lengan Senja yang masih mengumpulkan nyawa karena baru saja terbangun dari tidur ayamnya.

"Senja kost di rumah Bude Yanti dan tadi malam Bude terkena serangan jantung, jadi kami buru-buru membawanya kesini, Kami  ta—aduhhhh!!! lepaskan tangan Senja Mas, sakit ih!!" Senja mencoba melepaskan cengkraman Abi yang memegangnya erat-erat seolah takut Senja kembali melarikan diri. Tapi makin Senja melawan, makin erat pula Abi mencengkram.

"Sakit Mas! Lepas!hiks..hiks.." Air mata Senja sudah mulai ikut berbicara karena cengkraman tangan Abi sudah meninggalkan jejak kemerahan yang sebentar lagi pasti akan membiru.

" Sudahlah Bi, lepaskan tangan Bu Senja. Sudah memar-memar itu tangannya." Sabda yang sedari tadi menjadi penonton setia mulai gerah melihat sikap kasar Abi pada adik bungsunya. Dari pembicaraan singkat yang tadi sempat di dengarnya, Sabda baru tahu bahwa Senja sudah cukup lama kabur dari rumah orang tuanya.

Segerombolan laki-laki berseragam putih-putih yang baru masuk dari pintu depan seketika terhenti langkahnya melihat penampilan Senja dan teman-temannya. Suara tarikan nafas yang tercekat terdengar mendominasi karena dilakukan hampir bersamaan. Suara canda tawa mereka pun mendadak terhenti dan pandangan mereka semua berfokus pada wajah cantik Senja dan kemeja tipis sepahanya.

Sabda yang menyadari pandangan para KOAS, Konsulen dan Residen yang sepertinya bertugas shift pagi di UGD pada Senja, langsung saja membuka bomber jaketnya dan memakaikannya pada Senja. Dibanding dengan tiga temannya, penampakan Senja lah yang paling spektakuker karena tubuh indahnya hanya dilapisi sehelai kemeja lengan panjang tipis sebatas paha, ditambah dengan warna nya yang putih, sehingga Senja seperti tidak memakai apapun untuk menutupi tubuhnya.

"Te—terima kasih Pak Sabda. Na—nanti kalau jaketnya sudah saya cuci, akan Saya kembalikan disekolah ya?"

"Keluarga Ibu Yanti Kusumaastuti, Ada?" Seorang perawat tiba-tiba memanggil pihak keluarga Bude Yanti.

"Dia, Sus." Ketiga temannya kompak menunjuk Senja mewakili keluarga Bude Yanti.

"Ibu silahkan ikut Saya ya? dokter Teguh baru saja memeriksa kondisi pasien dan ingin menjelaskan sesuatu pada Ibu di ruangannya. Baru saja Senja ingin melangkah, dia baru menyadari ternyata mereka berempat semua tidak ada yang memakai alas kaki alias nyeker.

"Ini pakai saja dulu sendal Saya, biar pun kebesaran tapi setidaknya bisa melindungi kaki ibu untuk sementara. Dan ayo Saya temani Ibu kedalam."

Setelah melepaskan sendalnya dan memakaikannya pada Senja, Sabda menghela lembut bahu Senja kemudian mengikuti langkah suster yang akan membawa mereka menemui dokter yang menangani penyakit Bude Yanti. Sehingga saat ini gantian Sabda lah yang jadi nyeker.

Sementara Abimanyu yang ditinggal bersama dengan tiga gadis cantik dengan penampilan amburadul lainnya, mulai mengintrogasi mereka.

"Kalian semua teman satu kost adik Saya?" Tiga kepala imut mengangguk serentak.

"Sudah berapa lama Adik Saya kost disana?"

"Kurang lebih enam bulan Kak." Kali ini Gading yang menjawab.

"Ini ponsel Saya, silahkan kalian ketik nomor kalian masing-masing beserta nomor Senja, sehingga jika saya membutuhkan informasi tentang adik saya, Saya jadi gampang untuk menghubungi kalian."

Baru saja Tita mengembalikan ponsel Abi, tampak seorang pria berseragam aparat negara bertubuh kekar dan berambut cepak berlarian menuju ruang UGD.

"Bang Elang!! dan pria berwajah datar itu pun menoleh pada tiga orang gadis cantik yang sudah dikenalnya dengan baik itu.

"Tita, Gading, Martha, Bagaimana keadaan Bunda? Tadi setelah Mbok Yayuk mengabari, Abang langsung mencari penerbangan paling pagi kesini." Irjen Elang Pramudya, anak tunggal Bude Yanti menyapa sopan tiga gadis penghuni kost ibunya.

"Bude tadi sih udah mendingan keadaannya, walau pun masih di UGD, Tadi dokter baru saja memanggil pihak keluarganya untuk diberi penjelasan. Dan Senja yang tadi menyopiri kami mewakili pihak keluarga Bude yang mendengarkan penjelasannya. Nah itu dia si Senja."

Tita langsung mengarahkan jemarinya menunjuk Senja yang saling berjalan beriringan dengan Sabda dan seorang dokter muda.

Setelah berbasa basi sejenak mengucapkan terima kasih pada Senja yang telah bersusah payah membawa ibunya kerumah sakit, Elang pun kembali berbincang dengan dokter Teguh perihal kesehatan ibunya.

"Ayo Nja, sekarang kamu ikut Mas pulang."

"Senja nggak mau Mas!" ucap Senja sambil menantang tatapan tajam Abangnya.


Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
egois nih Abi udah cerai masih aja sok berkuasa sama Senja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status