Share

Part 04; Rumah Baru

Author: Thearraaa
last update Last Updated: 2024-08-01 17:42:45

“Kau tidak mau turun?”

Tersadar dari lamunannya, Levana langsung memperhatikan area sekitar. Dirinya tiba di depan salah satu rumah sederhana yang biasa ditemui di London. Bangunan berwarna putih terlihat sangat nyaman dipadukan dengan teras berwarna coklat muda.

“Di mana kita sekarang?” tanya Levana saat keluar dari dalam mobil.

“Richmond,” jawab Rave singkat yang mana berhasil membuat Levana berlari mengikuti pria itu.

“Richmond?” ulang Levana dan tidak mendapat balasan apa pun dari Rave yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah baru mereka.

Berbeda dengan keadaan di luar yang tampak tenang dan indah, bagian dalam justru tampak kosong. Hanya ada satu kursi kayu di dalam sana yang mana langsung diduduki oleh Rave. Pria itu kini lebih fokus melihat ponselnya dibandingkan memberi informasi untuk Levana.

“Aku akan tinggal di sini mulai sekarang?” tanya Levana yang berharap Rave akan mengatakan tidak kepadanya.

“Ya.”

Jawaban singkat Rave berhasil membuatnya mengembuskan napas panjang. Rave yang semula fokus pada ponselnya pun kini beralih melihat ke arahnya dengan pandangan tidak suka.

“Kau tidak menyukainya? Bukankah seharusnya kau berterima kasih aku memberikanmu tempat tinggal? Asal kau tahu, Levana. Richmond merupakan tempat tinggal Impian masa tuaku nanti dan kau kubiarkan tinggal di sini secara gratis,” protes Rave yang membuat Levana menyesali pertanyaannya tadi.

“Bukan begitu,” respon Levana cepat dan terlihat berulang kali hendak bicara, tetapi diurungkannya. “Maaf jika membuatmu kesal. Aku hanya terkejut saat mengetahui aku akan tinggal di sini. Kau.. kau tahu kan jarak rumah ini ke klinik tempat aku bekerja cukup jauh.”

“Levana, ada tujuan tersendiri aku memintamu tinggal di sini dan bukan di pusat kota London. Lilian dan kedua orang tuaku tinggal di sana, aku tidak ingin selalu berhadapan dengan masalah jika kau tinggal di lingkungan yang sama dengan mereka. Sudah cukup pernikahan ini menjadi masalah untukku, setelahnya aku tidak ingin menimbulkan masalah baru. Kuharap kau paham maksudku,” jelas Rave yang mana bangkit berdiri dari duduknya dan berjalan ke lantai atas.

Langkah kaki Rave yang terhenti membuat Levana tanpa sengaja menabrak punggung pria yang kini menjadi suaminya itu. Rave tidak bergerak sama sekali walaupun Levana sudah meminta maaf. Pria itu hanya diam memperhatikan ruangan kosong yang lumayan besar di hadapannya.

Cukup lama Levana berdiri di belakang Rave yang tengah memperhatikan ruangan kosong di hadapannya dalam diam. “Kenapa? Kau membutuhkan sesuatu?”

“Kau bisa mengisi perlengkapan rumah ini sesuai yang kau inginkan, tapi biarkan ruangan ini aku yang mengisinya. Aku akan menempati kamar ini nantinya,” ucap Rave singkat yang mana setelahnya kembali turun ke lantai bawah.

“Kau yakin aku boleh mengisi perlengkapan rumah ini sesuai yang kuinginkan?” tanya Levana mengulangi ucapan Rave.

“Ya.”

“Kau yakin?” Levana kembali memastikan dan berhasil membuat Rave mengerang saat mendengarnya. “Bukan begitu, hanya saja selera kita.. sepertinya sangat bertolak belakang,” jelas Levana yang mendadak tidak yakin saat mengatakannya.

“Apa aku peduli dengan seleramu, Levana? Lagi pula aku tidak akan tinggal di sini nantinya. Aku akan datang sesekali jika itu diperlukan.” Jawaban Rave terdengar ketus hingga membuat Levana sedikit sedih mendengarnya.

“Benar, aku melupakan hal itu.”

Suasana di rumah itu mendadak canggung, Rave terlihat memandangi Levana dalam diam saat gadis itu fokus memperhatikan halaman belakang dari balik jendela. Seperti ada yang ingin dikatakan oleh Rave, tapi hingga Levana berbalik menatapnya, kata-kata tak sedikit pun keluar dari mulutnya.

“Oh Rave, boleh aku menanyakan sesuatu padamu?” tanya Levana tiba-tiba yang mana membuat pria berambut pirang itu menatapnya dengan tatapan tak bisa dijelaskan.

“Apa yang ingin kau tanyakan?”

“Boleh aku tahu kontak Lilian?” pinta Levana yang terdengar ragu karena takut Rave marah. Benar saja dugaan Levana karena ekspresi suaminya itu mendadak penuh amarah.

“Berhenti mengganggu hidup Lilian, Levana. Apa lagi yang kau inginkan darinya?” keluh Rave dengan nada tinggi yang membuat Levana harus menahan napas mendengarnya.

“Aku berjanji tidak akan menghubunginya, aku hanya ingin menyimpan kontaknya. Siapa tahu suatu saat aku membutuhkannya.” Levana berusaha meyakinkan suaminya itu.

“Tidak. Kau tidak membutuhkannya, begitu juga dengan Lilian,” tolak Rave yang mana kini bergegas hendak pergi meninggalkan Levana seorang diri di rumah barunya.

Belum siap ditinggal seorang diri di rumah barunya, Levana mencoba menghentikan langkah Rave dengan bercerita tentang apa yang terjadi tadi malam. Ia menceritakan tentang seseorang yang memberikannya selamat di pesta.

“Tadi malam temanmu datang dan memberikan selamat padaku,” seru Levana tiba-tiba yang berhasil membuat langkah Rave terhenti.

“Temanku?”

“Ya, seorang wanita berambut hitam pekat. Aku ingat dia temanmu karena sewaktu di reuni sekolah kau pernah datang bersamanya,” cerita Levana yang justru membuat Rave terlihat kebingungan.

“Reuni sekolah?” ulang Rave.

“Ya, reuni sekolah tahun lalu. Itu pertama kalinya aku datang karena kebetulan Ethan memaksaku untuk menemaninya ke sana.” Levana kembali bercerita yang mana membuat ekspresi wajah Rave berubah.

“Ah, aku lupa jika kau teman si bodoh itu,” respon Rave yang terlihat meremehkan sekarang, membuat Levana membenci melihat ekspresinya.

“Dia bukan pria yang bodoh, Rave. Dia temanku,” protes Levana yang mana membuat Rave tidak suka mendengarnya. “Lagi pula aku ingin memberi tahu tentang temanmu. Dia mencarimu tadi malam, kau bisa menghubunginya dan ucapkan terima kasih karena sudah datang.”

“Siapa kau berani menyuruhku seperti itu, Levana?” Suara Rave terdengar seolah mengancam membuat Levana tiba-tiba merinding mendengarnya.

“Dengar, aku hanya memberi tahumu,” balas Levana cepat dan tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka.

Melihat ekspresi wajah Levana yang terlihat seolah menghindar membuat Rave sadar apa yang dilakukannya. “Lupakan itu. Dan oh, Levana. Ethan Xander termasuk rival bisnisku dan karena kau kini menikah denganku, jangan coba-coba untuk berhubungan dengannya lagi walaupun pernikahan kita hanya pernikahan kontrak sekalipun,” ancam Rave yang mana membuat Levana tidak suka saat mendengarnya. Namun, Levana tidak bisa membela diri karena Rave sudah pergi begitu saja meninggalkan dirinya seorang diri.

Setelah kepergian Rave, Levana tidak melakukan apa pun dan lebih memilih duduk di kursi kayu yang mana satu-satunya barang yang ada di rumah itu. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan membalas pesan yang ia terima sebelumnya dari nomor tidak dikenal. Tidak mendapat balasan, Levana pun segera menghubungi nomor tersebut.

“Kau menikmati pernikahanmu dengan Rave, Levana? Bagaimana kalau aku memberi tahu Rave atau keluarga Maverick lainnya bahwa kau tidak bisa hamil?” ucap seseorang dari seberang telepon yang berhasil membuat tubuh Levana bergetar saat mendengarnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 137; Kehidupan Baru

    “Setelah mempertimbangkan seluruh bukti persidangan, Vincent Sullivan selaku Tergugat dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan pencemaran nama baik yang diajukan oleh Penggugat, Jacob Flynn. Informasi yang diberikan Tergugat kepada Francis Maverick merupakan fakta, yaitu adanya penggelapan dana, pemalsuan data, dan pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh Penggugat. Oleh karena itu, gugatan Penggugat resmi ditolak dan pengadilan membebankan seluruh biaya dan ganti rugi kepada Penggugat. Putusan persidangan ini dinyatakan selesai.”Ketukan palu sebanyak tiga kali berturut-turut pun terdengar, menandakan jika sidang benar-benar dianggap telah selesai. Perasaan Levana sendiri begitu lega setelah mendengar sang ayah dinyatakan tidak bersalah, sedangkan sang ibu menangis haru dalam pelukan Yara Maverick.Levana langsung mendongak ke arah samping kanannya begitu ia merasakan tangannya digenggam seseorang. Dirinya mendapati Rave tengah tersenyum tulus menatap ke arahnya dan dibalas senyuman yan

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 136; Permintaan Kembali

    Pandangan Levana kini tak beralih sedikit pun dari pria di hadapannya. Ia dan Rave kini berada di dalam kamar Levana, duduk berhadapan dengan beberapa tumpuk berkas di hadapan mereka.“Jadi, bagaimana keputusanmu?” tegur Rave yang membuka pembicaraan lebih dulu.Embusan napas berat Levana kini terdengar dan mulai membuka salah satu berkas di hadapannya. Sebelumnya ia sempat berbicara langsung dengan ayahnya, menanyakan perihal kepergian kedua orang tuanya kemarin malam.“Semua perbuatanku di masa lalu itu memang benar, Levana. Walaupun semua informasi yang aku berikan pada Francis Maverick terkait Flynn Group benar adanya, pihak Flynn Group tetap saja bisa menjebloskanku ke dalam penjara dengan undang-undang pencemaran nama baik,” ujar sang ayah yang membuat Levana menggenggam erat ujung kemejanya.“Lalu, apa yang kau inginkan sekarang?” Suara Levana terdengar begitu dingin saat menanyakannya kepada sang ayah, membuat raut wajah sang ayah terlihat begitu sedih.Sebenarnya Levana meras

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 135; Pilihan Berat

    Seharian ini semua pekerjaan Levana mendadak terganggu karena ia terpikirkan dengan ucapan Rave sebelumnya. Ia tidak bisa bekerja dengan baik hingga rekan kerjanya sesama asisten lab menyarankan Levana untuk istirahat di ruangannya sebentar.“Berhenti memikirkannya, Levana. Hidupmu baik-baik saja sebelum dia datang kembali,” keluh Levana yang kini memejamkan matanya sembari bersandar di balik lemari.Sekuat apa pun Levana berusaha menepis pikirannya tentang Rave, ia tidak bisa melupakannya begitu saja. Pertemuannya kemarin malam seolah menghancurkan bentuk pertahanan Levana yang ia bangun sejauh ini.“Dari mana dia tahu jika aku sedang mengandung? Yang tahu tentang kehamilanku hanya mum dan dad saja,” gumam Levana yang mendadak bingung sendiri.“Mungkinkah ada orang lain yang mengetahuinya? Tapi siapa?”Keraguan mengenai kedua orang tuanya tiba-tiba mendatanginya. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan kedua orang tuanya kemarin malam hingga membuatnya berada seorang diri di rumah.Ke

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 134; Salah Paham

    “Levana! Apa yang terjadi di rumah semalam? Kenapa bajumu berantakan di ruang keluarga? Dan baju siapa ini?” teriak sang ibu yang langsung membuka pintu kamar Levana tanpa permisi.Baik Levana maupun sang ibu sama-sama terkejut ketika pintu terbuka. Levana yang terbangun karena suara teriakan sang ibunya hanya bisa mematung saat menyadari posisinya saat ini. Begitu juga dengan sang ibu yang langsung membungkam mulutnya sendiri seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.“Rave?” gumam sang ibu yang mana hanya gerakan bibir saja yang terlihat.Mata Levana refleks terpejam saat mengingat memorinya tadi malam. “Mum, ini tidak seperti yang kau bayangkan!” teriak Levana yang berhasil membangunkan pria di sampingnya.“Oh, Levana, jangan bergerak dan sebaiknya kau pakai bajumu dahulu,” sahut sang ibu yang langsung menutup pintu kamarnya. “Mum tunggu di bawah.”Tangan kanan Levana hanya bisa memijat keningnya saat menyadari apa yang terjadi tadi malam. Rave yang perlahan bangun pun

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 133; Kembali Pulang

    Tubuh Levana seketika membeku ketika dirinya membuka pintu dan mendapati Rave berdiri di hadapannya. Tubuhnya basah, wajahnya pucat, dan kulitnya mengkerut karena terkena hujan yang cukup deras.“Levana..” panggilnya pelan yang mana membuat Levana akhirnya tersadar dari lamunannya.“Rave? Apa yang kau lakukan di sini?Tangan Levana pun refleks menarik lengan Rave ketika dirinya tersadar dari lamunanya. Dengan kesadaran penuh dirinya mempersilakan suaminya itu masuk ke dalam rumah, khawatir akan kesehatan sang suami yang sudah basah kuyup seperti itu.“Sebenarnya apa yang kau lakukan di tengah hujan deras seperti ini? Kau benar-benar mencari penyakit,” tegur Levana yang kini sibuk sendiri membawakan handuk untuk Rave.Levana pun berlari kecil ke kamarnya, mengambilkan handuk untuk Rave. Sedangkan suaminya itu masih berdiri tepat di depan pintu rumahnya.Handuk yang Levana bawa pun langsung disampirkannya ke kepala dan tubuh Rave, mengusapkan di wajahnya hingga tidak lagi basah.“Lebih

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 132; Terseret Gosip

    Sidang perceraian Rave Maverick dan Lilian Flynn menjadi topik pencarian teratas. Tak hanya di sosial media, beberapa stasiun televisi swasta pun menayangkan siaran langsung sidang perceraian tersebut.Tak ingin terganggu dengan apa yang terjadi, Levana memilih untuk tetap pergi ke kampus. Dirinya tidak ingin hanya diam di rumah dan tidak berbuat apa pun, karena ujungnya ia pasti akan penasaran dan menonton tayangan sidang perceraian sang suami.“Kau baik-baik saja, Levana?” tegur asisten lab yang lain.Tangan Levana pun seketika berhenti dan menoleh ke arah rekan kerja. “Ya? Aku baik-baik saja. Apa aku membuat kesalahan?” tanya Levana yang kebingungan karena dirinya merasa tidak melakukan kesalahan.Kepala sang rekan kerja menggeleng cepat. “Kau … tidak terganggu dengan sidang perceraian Rave Maverick?” Kepala Levana langsung beralih kembali ke arah rekan kerja. “Oh, Levana, maafkan aku, tapi aku penasaran karena namamu terus dibawa oleh beberapa media.”Yang dikatakan oleh rekan ker

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status