Share

Bab 2

Author: Jayfi
Baru saja Libby menutup telepon, panggilan dari Mike masuk.

"Libby, aku sudah tahu kamu pasti akan mengerti aku. Demi perusahaan bisa melantai di bursa, ini satu-satunya cara yang bisa kulakukan. Tenang saja, cuma selembar kertas, nggak akan mengubah hubungan kita. Sebentar lagi aku suruh sekretaris menjemputmu. Malam ini kita rayakan baik-baik."

Hati Libby bergetar. Ternyata dalam pandangan Mike, perceraian adalah sesuatu yang patut dirayakan.

Libby tidak menolak. Sepuluh tahun hubungan penuh cinta memang layak mendapat satu makan malam perpisahan.

Di dalam restoran mewah, Mike dan Libby duduk berhadapan.

Sejak semakin kaya, Mike juga semakin sibuk. Libby bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir kali makan bersamanya.

"Libby, semua yang pernah kujanjikan padamu sudah tercapai. Setelah perusahaan melantai di bursa, aku akan mencapai kebebasan finansial." Mike mengangkat gelas di depannya dan meneguk isinya sampai habis.

Pria di hadapannya sudah bukan lagi pemuda miskin yang dulu. Mata yang dulu lembut kini penuh hasrat akan kejayaan dan kekuasaan.

Rasa getir naik ke dada. Libby mengangkat gelas, menatap pria di depannya. "Selamat karena kamu sudah mewujudkan mimpimu. Semoga kamu bebas."

Alkohol mengalir melewati tenggorokan, menyebar hingga ke dasar hati. Dia menahan air mata yang hendak jatuh, dalam hati berbisik, 'Semoga aku juga bebas.'

Mike mengeluarkan sebuah dokumen dan menyerahkannya. "Ini perjanjian pengalihan saham. Aku memindahkan 50% saham kepadamu, anggap saja sebagai jaminan."

Libby menerima dokumen itu, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman pahit. Yang dia inginkan sejak awal bukanlah saham.

Pintu ruang privat tiba-tiba terbuka. Sekretaris bergegas masuk. "Pak Mike, Bu Prilly ada urusan mendesak dan mencari Bapak."

Mike melirik Libby sekilas, lalu berdiri. "Makanan di sini enak. Kamu makan pelan-pelan saja."

Namun, makanan selezat apa pun, jika dimakan seorang diri, tetap terasa hambar.

Libby bangkit dan pergi. Saat melewati ruang makan privat di sebelah, dia mendengar suara Mike dari dalam.

"Prilly, maaf, barusan ada urusan yang menahanku. Aku sudah pesan semua makanan, semuanya favoritmu."

Melalui kaca pintu, tatapan Libby sontak membeku. Hidangan di ruangan itu persis dengan yang berada di meja mereka barusan.

Ternyata Mike sudah menyiapkan semuanya untuk Prilly. Mengajaknya makan hanyalah sekadar formalitas. Sedangkan makan malam dengan Prilly barulah acara utama yang benar-benar dia siapkan untuk malam ini.

Kuku Libby menancap kuat ke telapak tangan, tetapi dia nyaris tidak merasa sakit.

Prilly berkata dengan manja, "Aku tahu kamu sekarang sangat sibuk. Tapi hari ini 'kan hari jadi kita yang ketiga. Meskipun kamu datang terlambat, aku tetap akan menunggumu."

Di luar pintu, Libby menggigit bibir sampai berdarah. Air mata tumpah tanpa bisa ditahan. Ternyata mereka sudah bersama selama tiga tahun. Tepat tiga tahun lalu, itulah pertama kalinya Mike meminta cerai darinya.

Seorang pelayan yang membawa sepanci sup panas lewat. Tiba-tiba, dia terpeleset dan tubuhnya mencondong ke depan. Sup mendidih itu tumpah seluruhnya di tubuh Libby.

"Ah!" Libby menjerit. Kulitnya seketika memerah dan membengkak.

Pelayan itu panik. "Maaf! Maaf sekali! Aku nggak sengaja!"

Prilly mendengar suara itu dan menoleh ke luar. "Ada apa?"

Mike juga keluar. Saat melihat Libby, alisnya berkerut tipis.

Pelayan itu pucat, menjelaskan dengan terbata-bata, "Maaf, aku tadi terpeleset dan nggak sengaja menyiram sup panas ke nona ini ...."

Mike spontan melangkah maju dan memegangi lengan Libby. Alisnya mengerut dalam. "Bagian mana yang kena? Parah nggak? Biar aku lihat!"

Kepedulian mendadak itu membuat Prilly terkejut. "Mike, kalian ... saling kenal?"

Pertanyaan itu seperti seember air es yang disiramkan tepat ke kepala Mike. Dia segera menarik kembali tangannya yang tadi memegang Libby, lalu berbalik pada Prilly sambil tersenyum santai.

"Mana mungkin aku mengenal nona ini? Aku cuma melihat lukanya lumayan parah, jadi refleks. Kamu tahu 'kan, aku paling nggak tahan melihat orang menderita."

Jantung Libby seperti berhenti berdetak. Bagi Mike, dirinya hanya orang asing yang perlu dikasihani.

Pelayan itu terus meminta maaf. "Biar aku antar ke rumah sakit untuk diobati."

Libby mengangkat wajah, berusaha tampak tenang. "Nggak apa-apa, cuma luka kecil. Aku bisa urus sendiri."

Dia pergi dengan langkah tergesa-gesa. Karena jika dia bertahan satu detik lagi, seluruh ketenangan palsu yang dia tahan mati-matian akan runtuh dalam sekejap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 17

    Manuel, lulusan unggulan, psikolog terkenal, muda dan berprestasi. Baik dari penampilan maupun status, semuanya adalah tipe yang disukai wanita.Mike datang ke kantor Manuel.Manuel melihat pria di depannya yang tampak lusuh. Dia bertanya sesuai prosedur, "Maaf, apa sudah buat janji sebelumnya?""Kamu Manuel, 'kan?" Nada Mike penuh provokasi."Ya, aku Manuel. Kamu siapa?" Manuel melihat pria yang tampak marah itu dengan heran.Saat ini, Mike sudah menahan amarah sekuat mungkin. "Tolong jauhi Libby. Dia itu milikku! Lebih baik kamu punya sedikit kesadaran diri dan segera hilang dari hidupnya!"Wajah lembut Manuel tampak sedikit terkejut, tetapi kemudian kembali tenang. Dia kira-kira sudah bisa menebak identitas pria ini. "Kamu mantan suaminya, 'kan? Libby pernah menyebutmu.""Kalau kamu tahu hubungan kami, kamu seharusnya paham bahwa perasaan kami itu bukan sesuatu yang bisa kamu campuri."Mendengar itu, alis Manuel langsung mengerut. Dia melihat Mike yang seperti orang gila dari atas s

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 16

    Mike menginap di sebuah hotel dekat rumah Qaila. Setiap pagi dia muncul tepat waktu di depan rumah Qaila, membawa berbagai jenis bunga segar. Dia pun memasak sendiri makanan favorit Libby, lalu mengemasnya dan mengantarkannya. Dia bahkan menulis beberapa surat cinta dan menitipkannya pada pembantu untuk diberikan kepada Libby.Seminggu kemudian, Libby akhirnya memutuskan untuk bicara dengannya."Mike, sebenarnya kamu mau apa?" Nada suara Libby penuh jarak, bahkan mengandung rasa muak."Libby, aku salah. Aku datang untuk minta maaf. Bisa nggak kamu kasih aku kesempatan buat menebus semuanya?" Suara Mike sedikit bergetar."Menurutku, aku sudah bicara dengan sangat jelas." Suaranya tenang tanpa sedikit pun kehangatan. "Di antara kita, semuanya sudah berakhir. Tolong jangan lakukan hal-hal yang nggak ada artinya lagi.""Belum berakhir! Buatku, semuanya nggak pernah berakhir!" Mike membantah dengan cemas, matanya memerah."Libby, aku tahu kamu benci aku, kamu dendam padaku, dan semua itu pa

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 15

    Mike terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Demi membuat perusahaan IPO, aku menyakiti Libby, mengkhianati perasaan Libby padaku. Sekarang aku sudah tahu aku salah. Aku berharap Bibi bisa memberiku satu kesempatan, memberiku kesempatan untuk menebus hubunganku dengan Libby.""Masalah audit perusahaan, aku tahu itu Bibi yang mengendalikan semua itu. Aku pun nggak menyalahkan Bibi karena itu adalah pelajaran yang pantas kudapatkan."Suaranya tercekat karena emosi. "Aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi. Bukan kesempatan untuk perusahaan, tapi kesempatan bagiku untuk memperbaiki kesalahan, menjadi manusia baru.""Aku juga mohon ... beri aku dan Libby satu kesempatan. Aku tahu aku nggak pantas, tapi aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa dia."Ruangan kantor sunyi. Hanya tersisa suara napas Mike yang berat dan tergesa-gesa.Qaila menatapnya dengan tenang, tetapi matanya setajam pisau, seakan-akan ingin membelah hatinya untuk melihat berapa bagian penyesalan itu benar dan berapa bagian hany

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 14

    "Prilly, kamu benar-benar berpikir begitu?"Melihat ekspresi terkejut Mike, di wajah Prilly malah muncul lebih banyak ejekan. "Keluarga Marwies melepaskanmu itu bukan hal aneh. Apa mereka harus tetap memelihara bidak yang sudah busuk dan bau ini, lalu menunggumu menyeret mereka turun, jadi bahan tertawaan seluruh lingkaran bisnis?"Setiap kata menusuk hati. Setiap huruf seperti palu berat yang menghancurkan sisa martabat Mike.Selama ini, dia penuh perhitungan, selalu menimbang untung dan rugi. Namun sampai detik ini, dia baru sadar betapa besar kesalahannya.Dulu, Mike mendekati Prilly dengan tujuan lain. Adapun Prilly, bukankah dia juga melihatnya sebagai investasi potensial?Saat investasi potensial itu kehilangan nilai, Prilly menekan tombol hapus dan mengeluarkannya dari permainan.Di hadapan keluarga seperti Keluarga Marwies, bagaimana Mike bisa dibandingkan dengan keluarga besar yang sesungguhnya?Dalam pertarungan antara "uang lama" dan "uang baru", dia kalah telak.Saat itu, M

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 13

    Dia tidak percaya! Dia tidak bisa percaya bahwa Keluarga Marwies akan begitu kejam, begitu tidak sabaran! Lebih-lebih lagi, dia tidak percaya Prilly akan memilih menjauh darinya saat dia berada dalam kesulitan!Padahal Prilly begitu mencintainya, begitu memahami dirinya!Sekarang dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Dia tidak bisa kehilangan satu-satunya perempuan yang mencintainya. Dia harus mencari jawabannya!Setelah merapikan diri, Mike mengemudi menuju rumah mewah Keluarga Marwies di daerah paling elite kota. Rumah di lereng bukit itu melambangkan kekayaan dan status.Semakin dekat, hatinya semakin dingin. Rumah Keluarga Marwies diterangi cahaya gemerlap, dari jauh tampak seperti istana kristal. Di luar gerbang besi berukir, mobil-mobil mewah berjejer, pelayan berseragam menyambut dan mengantar para tamu dengan hormat.Siapa pun bisa melihat bahwa di sana sedang digelar sebuah pesta besar. Mike menghentikan mobil, tetapi langsung diadang oleh satpam."Pak, silakan tunjukkan undanga

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 12

    Sesaat sebelum keluar negeri, Mike diberitahu bahwa sebelum Grup Bright berhasil melantai di bursa, dia akan dibatasi untuk keluar negeri.Namun, kalau dia tidak pergi mencari Qaila dan Libby untuk menjelaskan situasinya, dengan kondisi perusahaan seperti ini, mustahil perusahaan bisa sukses melantai di bursa.Libby sudah memblokir semua kontaknya, membuatnya sama sekali tidak bisa menghubunginya. Dengan susah payah, dia mendapatkan kontak pribadi Qaila, lalu berkali-kali meneleponnya.Telepon tidak diangkat, dia mengirim pesan. Pesan tidak dibalas, dia mengirim email. Namun, Qaila tetap mengabaikannya.Keputusasaan sedikit demi sedikit menggerogotinya. Dia tidak bisa hanya diam menunggu mati seperti ini, melihat rencana perusahaan untuk melantai di bursa hancur begitu saja.Direktur keuangan mengingatkannya, "Pak Mike, sekarang kita harus bergerak lebih dulu. Karena audit sebelumnya gagal, kita audit di perusahaan lain. Usahakan sebelum IPO, audit kedua bisa selesai."Ucapan itu seola

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status