"APA!" jerit Aricia sembari beranjak berdiri dengan cepat, alhasil ia terjatuh dari tempat tidur sehingga bokongnya langsung menemui kerasnya lantai. Aricia meringis nyeri usai kecerobohannya sendiri tapi Pria bertelanjang dada itu jauh lebih mengejutkannya.Duke Victor terbangun sembari mengucek kedua mata birunya. Ia menatap Aricia dengan mata kantuknya. "Kenapa kau di lantai?" tanya Duke."Dasar bodoh!" bentak Aricia dengan wajah merah padam sembari melempar bantal gulingnya pada Duke Victor.Duke kembali merebahkan tubuh kekarnya itu. "Tidak perlu cemas, kemarin kau tidur duluan jadi aku juga ketiduran di sampingmu, bukan hal yang besar." Duke berucap sembari memiringkan tubuhnya kemudian menatap Aricia yang masih duduk ria di lantai. "Atau jangan-jangan, kau memang mengharapkan sesuatu terjadi diantara kita?" goda Duke dengan tampang datarnya."Cih, dasar gila!" bentak Aricia sembari beranjak berdiri. Aricia segera keluar dari ruang kamar itu, ketika menyadarinya ternyata Aricia
"Tak heran jika jasa para Healer sangat fantastis karena para Healer harus membayar pajak besar dengan upah yang sedikit, mengingat para penyembuh hebat hanya ada di Plumeria." Davis melirik Aricia dengan tatapan yang sulit diartikan itu. "Kenapa?" ketus Aricia heran. "Belakangan ini aku juga sering melihat surat dari lambang kerajaan Plumeria, apa kau tahu soal itu?" tanya Davis. Aricia menggeleng meski Duke tidak pernah menceritakan prihal Ratu Clara padanya namun semua ini cukup aneh. Tak lama seorang Pria menawan mendekatinya dengan senyum lebarnya itu. "Aricia! Ya Tuhan apa kabarmu?" tanya Pria itu tak lain Ksatria Rever. Aricia tahu jika Ksatria ini selalu bersikap seolah-olah dia mengenal baik Aricia, masalahnya ingatan Healer Legendaris Aricia tidak membekas di Aricia alias Aricia Ahinsa dari dunia masa berbeda ini. “Kau mengenalnya?” tanya Davis berbisik. Aricia tersenyum canggung. “Tidak, tapi dia mengaku sahabat kecilku,” jawab Aricia tak kalah berbisik. Davis mengang
“Kalau begitu apakah aku bisa membantu Istrimu? Aku seorang Healer,” ucap Aricia menerkanya. Pria tua itu tersenyum haru. “Bagaimana Anda bisa tahu jika istriku sedang sakit keras?” Pria tua itu amat bahagia mendengar tawaran Aricia. “Healer merupakan orang yang sangat langka di Helian, biayanya mahal dan kami tak mampu membayarmu, Anak Muda.” Aricia menggeleng. “Ayo, bawa aku ke sana,” ucap Aricia. Kota Nariha, kota pesisir pantai yang hangat. Aricia tidak menyadari jika sepanjang perjalanannya menuju kediaman Kakek Tua itu jadi perjalanan yang ia sukai. Aricia jatuh cinta dengan lautan biru, pasir putih yang lembut dan desiran ombak yang merdu. Kereta kuda pengakut ini sampai pada jalanan luas yang kiri dan kanannya hanya hamparan tanaman gandum yang menguning. "Cantik sekali, kota ini," puji Aricia terpana melihat bangunan rumah yang dikelilingi tumbuhan bunga pada setiap rumah penduduk.Kakek Tua itu menghentikan kudanya. "Kita sampai di pinggir Kota Nariha, Nak." Kakek Tua it
"Oh iya, benar juga, apa yang kau lakukan di Nariha?" tanya Duke Victor."Semula hanya ingin pelarian tapi mendadak menemukan seseorang yang harus aku tolong, seorang Elf yang terkena penyakit dari Iblis," jawab Aricia.Duke melototkan kedua matanya, kini ia beralih memengangi kedua bahu kecil Aricia. "Aricia, itu bukan perkara yang bisa kau selesaikan dengan mudah," sergak Duke. "Duke Ashkings, siapakah dirimu sebenarnya?" celetuk Aricia. "Ini rakyatmu, dia bagian dari Helian juga, bukan?" kedua mata ruby Aricia menatap menyalang. Ia memang tidak tahu cara menolong Wanita itu namun Aricia mengerti akan keinginannya.Duke menurunkan kedua tangannya yang semula memengangi pundak Aricia. Dia menyisir rambut pirangnya ke belakang dengan tangan kanannya sendiri, sembari menatap Aricia yang tetap keras kepala dengan keinginannya. Duke menyeringai puas usai menyaksikan tatapan Aricia dan wajah keras kepalanya yang menurutnya itu menggemaskan.Tangan kanannya meraih dagu Aricia. "Baiklah,
"Dia seperti sedang koma, ada tanda kehidupan tapi tidak ada kesadaran, kondisi seperti ini bisa karena penyakit atau kecelakaan tapi sulit bagiku percaya ... luka seperti ini bisa membuatnya koma seperti ini?" celetuk Aricia sembari melirik bekas luka pada Zumra. "Pasti ada sesuatu yang lain," ucap Duke Victor menatap langsung kedua mata ruby milik Aricia yang berkilau. Aricia mendadak mendeham karena canggung dengan tatapan tajam Duke yang senantiasa memandanginya itu. Bagaimana aku bisa bekerja dipandangi seperti itu terus? batin Aricia berceloteh sendiri. Alih-alih menemukan cara membantu Istri Pria Tua itu, Aricia malah bergulat dengan isi kepalanya sendiri. "Apa kau kesulitan?" tanya Duke Victor menghampiri Aricia. Sejenak Aricia terdiam sembari mengguman tidak jelas namun tak lama ia menjentikkan kedua jarinya. "Aha! aku tahu, harus bertanya siapa?!" jerit Aricia senang. Aricia pun beranjak keluar dari kediaman itu dengan Duke yang senantiasa mengekorinya. Aricia memejamkan
“Kabar baik, Oh ho ... kau membawa kekasih kali ini, ayo masuk nona manis,” ucap Tabib tua pada Aricia.Victor tersenyum canggung. “Paman, dia seorang Healer,” ucap Victor pada pamannya ini.Tabib tua itu menurunkan kacamatanya yang sudah retak itu. Dia memperhatikan Aricia dari atas hingga bawah. “Jarang sekali, matamu merah dan rambutmu hitam.” Tabib Tua itu terperangah pada Aricia.“Benar, Tuan,” jawab Aricia. “Masuklah, kita berbincang di dalam saja Anak muda,” ajak Tabib tua mempersilahkan masuk.Aricia memperhatikan ruangan rumah yang sederhana ini. Tabib tua ini adalah tabib handal di istana, mengherankan jika dia hidup dengan penuh kesederhanaan seperti ini. "jadi kalian ada perlu apa denganku?" tanya Pria tua itu.Aricia dan Victor saling berpandangan. "Kami mau bertemu Morpheus." Aricia berucap sembari mengikutsertakan Victor yang bersamanya. Aricia melirik Victor yang kala itu hanya diam memandanginya dengan tatapan tajamnya."Siapa Gadis kecil ini? hendak bertemu Dewa se
"Aku salut jika Healer sepertimu rela membantu menyebuhkan seseorang dengan tulus," ucap Tabib. "Kenapa kau mau membantu Elf itu, wahai Healer Gracewill?" tanya Tabib.Aricia memang tidak punya alasan khusus, jika karena balas budi kebaikan Pria Tua itu karena sudah menumpanginya menuju Nariha, tentu bukanlah alasan yang tepat tapi karena Aricia tersentuh dengan cinta yang mereka miliki. "Seseorang menantimu selama bertahun-tahun, melalui musim demi musim dengan harapan jika kau akan membuka mata dari mimpi yang panjang, Nah Tabib, bisa kau bayangkan bagaimana rasa bahagia itu jika akhirnya kau mendapatkan harapan jadi kenyataan?" tanya Aricia dengan lembut. Aricia menepikan beberapa helaian rambutnya ke belakang telinga. "Cinta yang seperti itu ... semua orang akan menginginkannya." Duke baru tiba diambang pintu, langkahnya cukup pelan namun ia dapat mendengar suara Aricia yang berbincang dengan pamannya itu. Saat berada diambang pintu menuju ruangan, ia tertegun ketika mendengar
"Apakah kau dewa Morpheus?" tanya Aricia. "Ah itu ... haha, kau kenal Verdandy ternyata," jawab Wanita itu tertawa hambar.[Morpheus, Dewa Mimpi]Seketika panel menampaki identitas dari Sang Dewa, dugaan Aricia benar kemudian Aricia beranjak dari duduknya kemudian menyambar tangan kanan Wanita itu dan menggengamnya. "Aku membutuhkan bantuanmu," ucap Aricia. "Eh?" Wanita itu mengeryitkan dahinya dengan heran. Aricia menatap dengan penuh harapan pada kedua mata merahnya yang berbinar. Ia tak memerdulikan wajah Morpheus yang kala itu menatap degan bingung sampai pada akhirnya Morpheus pun menghela napas. Ia menyerah menatap kegigihan dari Aricia. "Baiklah namun kau harus menerka jawaban dari pertanyaanku," ucap Morpheus. Aricia tersenyum lebar atas keberhasilannya bertemu dengan Dewa Mimpi itu. "Katakan, aku akan berusaha menjawabnya." Aricia menyahut dengan semangat. "Mengalir dengan perlahan mengikuti inti bumi, menjadi sebuah kehidupan?" tanya Wanita itu. Aricia lama terdiam. P