Share

02; Ingatan Masa Lalu

"Ma, kenapa kita enggak di bolehin masuk?" Tanya Jeff dengan raut sedih nya. 

Seolah-olah suara mungil Jeff adalah air yang dapat memadamkan api dalam diri Tamara, wanita itu kontan berjongkok, menyejajarkan tubuhnya dengan sang anak. 

"Papa di dalam lagi sibuk, sayang. Kita tunggu disini ya?" Jeff mengangguk lesu. Padahal, dia ingin sekali masuk ke dalam istana Papa nya. Mengelilingi satu-persatu ruangan yang ada, supaya nanti bisa dia ceritakan ke Kevin dan teman-teman nya yang lain. 

"Jeff sedih ya, enggak bisa masuk ke dalam?" 

"Sedikit. Tapi enggak apa-apa. Yang penting hari ini Jeff ketemu Papa." Raut sedih yang ada di wajah Jeff berangsur menghilang, tergantikan senyum menawan nya. Dan itu kontan membuat wajah Tamara ikutan tersenyum. 

"Anak pintar." Ucap Tamara sambil mengelus kepala Jeff. 

"Di mana? Di mana tamu yang mengancam-ngancam saya, hah?!" Tamara sontak berdiri dan menyembunyikan tubuh kecil Jef di belakang nya, ketika suara berat itu memasuki gendang telinga nya. 

"Mama, kenapa?"

"Jeff, diam ya? Tetap di belakang Mama." Titah Tamara yang langsung Jeff turuti. Tangan kecil nya berpegangan pada blous Ibu nya. Entahlah, saat itu Jef sedikit takut. Terlebih ketika mendengar suara sepatu yang semakin mendekat. 

"Oh, jadi kamu orang nya?" Ucap Praseno begitu dia tiba di hadapan Tamara. Suasana langsung berganti tegang, mereka saling bertatapan tajam seolah-olah sedang menodongkan senjata satu sama lain.

"Kamu yang mengancam saya, Tamara?"

"Saya tidak mengancam. Saya hanya meminta pertanggung jawaban." Tegas Tamara.

"Tamara... Tamara... Sudah saya bilang berkali-kali, kalau saya bukan satu-satu nya yang menikmati tubuh kamu." Tamara membisu dengan napas yang tertahan.

"Kamu lupa dengan pekerjaan mu?"

"Ah... Biar saya ingat kan."

"Kamu adalah pelacur!" Ucap Praseno penuh dengan penekanan. 

"Pelacur seperti kamu, tidak pantas meminta pertanggung jawaban dari siapa pun. Karena apa? Ya, karena tubuh kamu satu, tapi sudah terjamah banyak laki-laki." 

"Media massa tidak akan percaya dengan pelacur murahan seperti kamu." Tamara masih setia diam, meskipun matanya sudah sangat memerah. Sesak di dadanya semakin bertambah berkali-kali lipat, terlebih ketika dia merasakan blous nya semakin di cengkeram dengan kuat. 

Ah, Jeff. Malang nya nasib bocah itu. Karena tidak seharusnya dia mendengar kalimat-kalimat seperti tadi.

"Praseno Dharmawangsa." Ucap Tamara dengan suara yang bergetar.

"Jangan pernah sebut nama lengkap saya!" 

"Saya tahu betapa buruk nya saya. Tapi setidaknya, akuilah benih yang pernah kamu tanam di rahim saya!" Praseno tertawa sumbang. 

"Keras kepala sekali kamu ini." 

Tamara tidak menjawab, melainkan langsung mengambil sebuah amplop rumah sakit lantas dia serahkan pada pria yang ada di balik pagar tinggi tepat di depan nya. Praseno sempat terdiam untuk beberapa saat sebelum kemudian mengambil nya, lantas membuka isinya. 

Hening menyelimuti untuk beberapa saat, sebelum terdengar suara kertas yang di sobek.

"Saya tidak memiliki anak selain Jesslyn."

"Pergi! Jangan berani-berani nya kamu datang kemari lagi!"

"Ah, dan jangan pernah memakai nama Dharmawangsa pada nama nya! Dia bukan darah daging saya!" 

Jeff akan selalu ingat dengan setiap kata yang terucap dari bibir Mama nya  dengan Praseno Dharmawangsa yang saat itu terucap. Meskipun pada awal nya ada banyak kata yang tidak di mengerti, tapi semakin bertambah nya umur dan juga pengetahuan, Jeff jadi tahu semuanya. 

Sedih untuk diakui, tapi beginilah fakta nya. Jeffrey Karenzio adalah anak yang tidak pernah di harapkan. Dia tidak diterima sebagai darah daging Praseno Dharmawangsa, karena lahir dari rahim wanita penghibur. 

"Shit!" Jeff mengumpat. Dia benci ketika pikiran nya kembali ke masa itu, setiap kali dia melihat nama Dharmawangsa. 

Lampu merah menyala, Jeff memberhentikan mobil nya, lantas mengambil air mineral yang selalu dia sediakan dalam mobil, untuk kemudian dia tenggak hingga tandas dan melempar botol kosong nya ke kursi belakang. Emosinya sedang meluap, sehingga ketika lampu sudah hijau, Jeff langsung menancap gas nya dengan kecepatan tinggi. Beruntung nya jalanan cukup senggang, jadi Jeff tidak perlu khawatir akan membahayakan nyawa orang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status