Share

03; Hari Terakhir Rinji

Hari ini, adalah hari terakhir Rinji bekerja sebagai resepsionis di sebuah hotel bintang tiga di Jakarta. Dia tidak resign atau pun apa, hanya saja kontrak nya sudah habis, dan tidak di perpanjang.

Rinji menghela napas, seraya melepaskan heels nya. Ini jam istirahat, dan dia sedang berada di warung pinggir jalan yang berada tepat di depan hotel tempat nya bekerja.

"Mbak Rinji, kata nya hari ini terakhir kerja ya?" Tanya Ibu Marni, pemilik warung itu yang sudah Rinji anggap sebagai Ibu sendiri, karena saking akrab nya.

Rinji mengangguk lesu, dia sedih karena harus meninggalkan orang-orang baik yang ditemui di sini. Satu tahun enam bulan adalah waktu yang tidak singkat. Rinji sudah sangat nyaman dengan lingkungan dan rekan-rekan kerja nya. Tapi ya, mau bagaimana lagi. Mungkin ini sudah jalan yang paling baik dari Tuhan.

"Nanti Ibu bakalan kehilangan pelanggan yang royal kayak Mbak Rinji nih." Eluh Ibu Marni yang kontan membuat Rinji langsung menatap ke arah nya.

"Ih Ibu, kayak aku mau pergi buat selama nya aja. Aku kan cuma enggak kerja di sini lagi, Bu. Bukan berarti aku enggak bakal jajan disini. Tenang aja, nanti kalau ada waktu aku bakal datang kesini, pesan masakan Ibu yang paling endol se Jakarta."

"Mbak Rinji bisa aja kalau ngomong." Rinji kontan memamerkan deretan gigi putih nya.

"Biar dapat diskon Bu, kalau misalkan aku kesini pas belum gajian."

"Emang Mbak Rinji udah dapat kerja lagi?"

"Udah dong, senin mulai aktif Bu."

"Wah... Keren ya, Mbak Rinji. Emang enggak capek kerja mulu?"

"Selama belum ada yang nafkahin, gas aja, Bu."

"Loh, emang Mas Dildar belum mau nafkahin juga?" Rinji terbahak.

"Yah Ibu, kan udah dibilang kalau Dildar bukan siapa-siapa nya aku."

"Tapi kalian dekat banget. Ibu jadi bingung."

"Ibu kayak enggak tahu aja, aku kan dekat sama siapa aja. Sama suami Ibu juga aku tuh dekat loh." Ibu Marni terkekeh sambil geleng-geleng kepala.

"Iya deh iya, sama Mas Dildar cuma teman."

"Nah gitu dong. Udah ah, aku lapar, pesan kayak biasa ya, Bu."

"Siap."

Sambil menunggu pesanan nya---nasi, pepes ayam dan sambal goreng hati-- Rinji memeriksa ponsel nya, dan ternyata ada notifikasi dari Dildar.

From: Dildarling

Dimana, Ji?

To: Dirdarling

Bu Marni

Kenapa?

From: Dirdarling

Pesanin gue kayak biasa

I'm on my way

To: Dirdarling

Ok

Kemudian Rinji meletakkan ponsel nya di meja. "Bu, Dildar pesan kayak biasa."

"Siap." Sahut Ibu Marni yang sedang menyiapkan pesanan Rinji.

Sambil menunggu pesanan nya datang, Rinji berjongkok untuk kemudian mengambil Fatma---kucing betina milik Ibu Marni yang sudah nurut dengan Rinji.

"Haiiii.... Fatma," sapa Rinji yang dijawab Fatma dengan suara 'meong' satu kali. Lantas dia mengambil tubuh Fatma dan membawa nya dalam gendongan.

"Uuu... Gemas banget sih. Sekarang udah bucin sama aku ya? Dulu bawaan nya pengen nyakar mulu. Huh! Dasar kucing." Ucap Rinji sambil terus menoel-noel hidung Fatma. Kucing itu tidak bereaksi apa-apa selain memejamkan mata nya, menikmati setiap sentuhan yang Rinji berikan.

"Dih... Keenakan." Seolah-olah mengerti dengan kalimat itu, Fatma langsung membuka matanya lalu meloncat ke bawah. Agak nya Fatma marah.

"Fatma, ngambekan banget sih. Sini-sini tadi aku cuma bercanda kok."

'Meong'

Fatma memberikan satu kali meongan, sebelum meninggalkan Rinji yang sekarang mendengus kesal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status