Share

06; Kedatangan Vella

"Rinji! Anjir. Gue hampir aja kehilangan lo!" Dildar yang sejak tadi diam, kontan menghampiri rekan kerja nya dengan raut wajah yang masih panik. Tentu saja, Dildar melihat dengan jelas bagaimana kejadian itu berlangsung. Saat Rinji tidak berkutik di tempat nya, sementara mobil dari sisi kanan melaju dengan kencang. Untung saja, Tuhan masih memberikan Rinji waktu untuk hidup, karena mobil itu berhasil berhenti sebelum menerjang tubuh Rinji.

"Dar, lo sejak kapan di sini?" Tanya Rinji bingung. Oh tentu, dia masih berada dalam pengaruh virus ketampanan pria tadi.

Hingga kemudian Dildar segera menarik Rinji, takut jika teman nya akan di tabrak beneran kalau dibiarkan di jalan seperti.

"Sejak lo hampir mati!" Dildar emosi. Dia bahkan merangkul tubuh Rinji dengan erat, untuk dia bawa ke warung Ibu Marni. Sementara itu, Rinji hanya nyengir lalu menyempatkan diri untuk menepuk-nepuk bisep sebelah kiri milik Dildar dengan keras.

"Cie panik lihat gue mau mati."

"Ya iya gue panik! Kalau lo mati, gue mau enggak mau harus ikhlasin semua hutang lo sama gue."

"Hehe, Dildar. Selalu nomor satu ya kalau soal hutang."

"Ya iya lah. Hutang lo banyak soal nya."

"Ih enak aja. Hutang gue tinggal seratus ribu ya, kurang bayar skincare doang yang kemaren."

"Kalau itu udah gue ikhlasin."

"Widih... Serius lo ikhlasin seratus ribu gitu aja?"

"Iya, tapi enggak sama hutang yang lain nya."

"Apaan deh, orang hutang gue cuma itu."

"Stargazing sama gue."

"Oh.... Itu! Oke, tenang aja. Gampang."

"Iya, gampang. Tapi kalau lo mati, gimana?"

"Iya-iya maaf. Gue emang ceroboh banget, Dar."

"Hmm. Kurang-kurangin ceroboh nya ya."

"Iya, Dildarling." Setelah itu, Rinji segera melepaskan rangkulan Dildar, soalnya mereka sudah sampai di warung Ibu Marni. Rinji pun segera menyantap pesanan nya sambil menjawab beberapa pertanyaan yang terlontar dari mulut Ibu Marni yang juga ikutan panik Rinji kenapa-napa.

***

Jeff melepaskan kacamata yang sempat bertengger di wajah nya, lantas melemaskan otot-otot di leher nya yang terasa tegang. Dia melirik jam dinding yang tergantung di dinding sebelah kiri nya, sudah pukul delapan malam. Pekerjaan nya juga sudah selesai, sekarang waktunya pulang. Jeff pun bangkit, lalu mengambil jas yang dia taruh di sandaran kursi dan memakai nya.

Perut nya mulai terasa lapar, wajar saja, karena hari ini dia baru memakan roti dua lapis. Dia melewatkan makan siang karena tidak sempat melakukan nya.

Jeff pun mengambil kunci mobil nya, sebelum kemudian bergegas pergi meninggalkan kantor yang sudah gelap. Iya, dia satu-satu nya karyawan yang lembur. Sesampai nya di dalam mobil, Jeff langsung menyalakan mesin, disusul menyalakan radio untuk menemani nya mengemudi.

Apocalypse milik Cigarettes After Sex terputar, Jeff mengulas senyum nya. Itu adalah salah satu lagu yang sering dia dengar. Tidak ada makna khusus, dia hanya suka mendengar nya saja. Terlebih ketika dia sedang sendian seperti ini. Sangat menenangkan. Tenaga yang terbuang karena bekerja pun jadi terisi kembali.

Drrt...Drtt

Jeff menoleh pada ponsel nya yang dia letakkan di atas dashboard. Tanpa perlu melihat nya pun, dia tahu siapa yang mengirimi nya pesan di jam segini. Sudah pasti itu Vella, anak kesayangan bos nya, yang akan menanyakan keberadaan Jeff di mana. Tentu saja Jeff akan hapal. Vella setiap hari melakukan nya.

Tak lama kemudian, ponsel Jeff berdering, membuat pemilik nya mengesah. Memang akan seperti ini jika satu menit saja Jeff mengabaikan notifikasi Vella, maka ayah nya akan bertindak menghubungi nya. Mau tak mau, Jeff pun menjawab panggilan itu.

"Iya, Pak? Apa ada pekerjaan--"

"Jangan abaikan Vella."

"Saya sedang mengemudi."

"Kalau begitu datang lah ke rumah."

"Baik." Panggilan pun terputus. Jeff kembali fokus pada jalanan. Malam ini jalanan cukup senggang, ah, mungkin karena Jeff pulang telat. Jadi, dia tidak tahu betapa penuh nya jalan raya pada jam pulang kerja.

Tiga puluh menit berlalu, akhirnya mobil Jeff sampai di depan pekarang rumah bergaya Italy klasik dengan cat berwarna putih. Itu adalah rumah bos nya, pemilik Reksa Group, tempat Jeff bekerja sebagai sekretaris pribadi nya.

Jeff keluar dari mobil, kedatangan nya langsung di sambut hangat oleh seorang gadis berambut cokelat panjang yang sekarang sedang menghambur dalam pelukan nya. Itu adalah Vella. Dia sudah sangat hapal dengan suara mobil Jeff.

"Jeff, I miss you!" Jeff tidak membalas ucapan Vella, dia hanya tersenyum singkat ketika mata nya bersirobok dengan gadis itu.

"Ck. Aku baru pulang dari Aussie loh, Jeff. Baru banget."

"Hm. Saya tahu." Vella merengut sebentar, sebelum kemudian bergelanyut manja pada lengan Jeff.

"Kamu belum makan kan?"

"Hm."

"Oke. Aku juga belum. Jadi, ayo kita pergi ke restaurant favorite aku. Ya? Please...." Jeff mengangguk, lantas membuka pintu mobil sebelah kiri, hingga senyuman Vella pun terukir.

"So gentle. Thank you."

"You're welcome."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status