Share

07; Aglio Olio

Sebenarnya Jeff malas berurusan dengan wanita. Tapi dengan Vella, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti kemauan nya. Bukan karena Vella anak dari bos nya, tapi karena Vella hampir kehilangan dirinya sendiri. Jeff tidak mau Vella kambuh dan berakhir melukai dirinya sendiri seperti yang dilakukan sebelum-sebelum nya. Jadi lebih baik Jeff merelakan waktu nya luang nya untuk menuruti gadis itu, dari pada nanti dia merasa bersalah seumur hidup, karena tidak bisa menjaga apa yang sudah dititipkan pada nya.

Iya, Handoko, Ayah gadis itu yang juga merupakan boss Jeff, dia sudah menitipkan Vella pada nya. Bukan tanpa sebab, itu karena hanya dengan Jeff, hari-hari anak nya yang sempat suram jadi lebih berwarna lagi. Jeff adalah penyelamat untuk hidup Vella yang nyaris berakhir mengenaskan di tangan nya sendiri.

Sekitar dua puluh menit berlalu, akhirnya mobil Jeff sampai di halaman restaurant favorite Vella. Mereka segera turun, berjalan beriringan layak nya pasangan.

"Jeff, tangan aku nganggur loh."

"Hm. Mau pegang sesuatu?" Vella mengangguk semangat. Kemudian, Jeff mengeluarkan gantungan kunci berbentuk kelinci putih berbulu halus. Well, itu adalah souvenir yang dia dapatkan dari acara pernikahan rekan kerja nya tadi siang. Lalu Jeff memberikan nya pada Vella.

Gadis itu merengut. Apa-apaan. Bukan itu yang Vella maksud. Vella ingin Jeff menggenggam tangan nya.

"Jeff... I mean---"

"Saya lapar. Lebih baik kita segera masuk ke dalam." Dan kemudian Jeff berjalan mendahului Vella, dia tidak peduli bagaimana reaksi perempuan itu.

"Ck. Menyebalkan! Tapi lucu juga sih gantungan nya. Jarang-jarang Jeff kasih hadiah kan." Dan begitu saja Vella segera menyusul Jeff yang sudah cukup jauh dari jangkauan nya.

"Jeffrey Karenzio, wait me!"

***

Rinji Kamila Averaya.

Orang-orang mengenal dia sebagai wanita kuat yang suka bekerja. Iya, saking suka nya sama pekerjaan, Rinji sampai tidak bisa jika hanya memiliki satu pekerjaan. Di pagi hari sampai sore, Rinji bekerja sebagai resepsionis. Menjelang sore hingga malam, profesinya berubah menjadi waitress di restaurant milik teman nya, sedangkan di hari libur, dia bisa menjadi tutor di pagi sampai siang hari. Jadi, itulah mengapa teman-teman nya menjuluki nya wanita kuda. Karena setiap hari nya dia bekerja bagai kuda, yang tidak mengenal kata lelah.

"Pesanan nomor 33," ucap Rinji sopan dengan senyum ramah yang tak luput dari bibir nya ketika dia mengantarkan pesanan pada meja pelanggan.

"Terima kasih, Mbak."

"Sama-sama. Selamat menikmati." Setelah itu Rinji bergegas pergi. Baru beberapa langkah dia berjalan, seseorang memanggil nya dengan sebutan, "Waitress!"  Rinji pun menoleh, lantas segera menyambangi orang tersebut yang duduk di meja 18 bersama pasangan nya.

"Iya, silahkan mau pesan apa?" Tanya Rinji ramah begitu dia sampai pada meja 18.

"Loh, kamu?" Rinji terperangah begitu menyadari kalau pria yang duduk di hadapan wanita cantik---yang tadi memanggil nya, adalah orang yang sama dengan yang hampir menabrak nya tadi siang. Lantas dia berdeham lalu mengangguk sopan.

"Kamu kenal dia Jeff?"

Jeff, pria itu berdeham. "Kamu yakin enggak apa-apa?"

"Iya, Pak, saya baik-baik aja."

"Oke."

"Hm. Jadi, mau pesan apa?" Tanya Rinji sekali lagi.

Meskipun agak patah hati karena pria tampan yang dia temui sudah memiliki kekasih, Rinji tetap harus memasang senyum ramah nya, demi menjaga nama restaurant ini tetap bagus.

Tapi sungguh, Rinji tidak bohong kalau dia sangat terpesona dengan sosok Jeffrey Karenzio itu. Iya, Rinji sampai sangat hapal dengan nama laki-laki yang sempat dia sangka sebagai malaikat maut, meskipun dia hanya membaca nya satu kali. Soalnya, itu adalah nama yang sempurna, untuk orang tampan seperti nya.

"Pasta carbonara." Ucap Jeff yang kemudian Rinji catat dalam buku kecil nya. Well, pesona Jeffrey Karenzio membuat Rinji sedikit tidak fokus. Seharusnya dia menuliskan pasta carbonara, tapi malah pasta  aglio olio yang dia catat.

"Mbak nya?"

"Kalau aku... Mozzarella steak, crunchy fried chicken, salmon pesto, caesar salad, chicken crispy salad, terus---"

"Kamu enggak diet?"

"Aku lagi kesal. Jadi enggak apa-apa makan banyak."

"Iya sudah."

"Ck. Udah mbak itu aja. Sama minum nya... Kamu mau apa Jeff?"

"Samain."

"Beer."

"Vella,"

"Apa?"

"Oke. Tequila sunrise dua." Pungkas Jeff kemudian, yang langsung di catat Rinji.

"Jeff aku mau beer!"

"Enggak. Hari ini kamu harus istirahat." Dalam hati, Rinji berdoa dan memohon sama Tuhan, semoga laki-laki baik yang seperti Jeffrey Karenzio ini masih tersisa banyak di dunia dan salah satu nya bisa dia miliki.

"Oke."

"Iya udah, itu aja." Rinji mengangguk sebelum kemudian pamit undur diri.

Tidak perlu menunggu waktu lama, pesanan untuk meja 18 segera Rinji antarkan. Dia meletakkan satu-persatu piring yang dia bawa ke atas meja dengan gerakan cepat tapi tidak berisik.

"Aglio olio?" Rinji menoleh pada sumber suara itu, suara Jeffrey Karenzio yang berat tapi seksi saat memasuki telinga.

"Iya? Ada yang salah?" Tanya Rinji.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status