"Ma--maksud nya?" Pria yang Rinji yakini malaikat maut itu menghela napas seraya menggaruk bagian samping kepala nya.
"Kamu tidak apa-apa?" Rinji mengangguk polos.
Sungguh, dia masih belum mencerna dengan apa yang terjadi sekarang. Yang dia ingat tadi hanya ada mobil dengan kecepatan tinggi dari arah kanan, suara Dildar yang memanggil nama nya dengan lantang, dan suara decitan mobil.
Tunggu, seperti nya Rinji mulai sadar satu hal.
Dia masih hidup.
Iya, dia masih bisa mengambil napas, masih bisa berkedip, dan tangan nya yang memegang tubuh embul Fatma masih bisa bergerak dengan sempurna.
Dan, "Ya. God bless you. Karena saya tidak jadi menabrak kamu."
Rinji kontan menghela napas lega nya, seraya menatap ke atas dengan penuh haru.
Tentu saja itu karena Tuhan masih memberikan nya waktu untuk hidup. Artinya, Rinji masih bisa bekerja di tempat baru, masih memiliki waktu untuk menghasilkan uang, dan hidup lebih baik dari sebelum-sebelum nya.
"Ya Tuhan... Terima kasih, ternyata aku masih di beri kesempatan untuk hidup." Seru Rinji dengan mata yang berkaca-kaca, yang tanpa di sadari, itu membuat orang-orang yang mengerubungi nya geleng-geleng kepala.
Iya, Rinji masih belum sadar kalau dia berada di tengah diantara orang-orang yang melingkari nya.
"Seperti nya kepala kamu terbentur sesuatu. Ayo, ikut saya. Saya akan bertanggung jawab." Rinji terlonjak ketika satu tangan nya di tarik, dan itu kontan membuat Fatma yang ada dalam gendongan nya meloncat turun.
"Tunggu. Fatma, jangan menyebrang sembarangan---"
"Kamu yang menyebrang sembarangan." Ucap seseorang yang sempat Rinji sangka malaikat maut itu.
Sebentar, Rinji jadi bingung. Dia bahkan sudah tidak memedulikan lagi si Fatma yang entah lari kemana. Dia sedang fokus mengamati laki-laki yang mencengkeram pergelangan tangan nya.
Dalam pikiran nya berkata, kalau sekarang dirinya masih hidup, lalu laki-laki tampan yang sekarang menggandeng nya.... Adalah manusia.
Manusia.
Rinji langsung menganga lebar, mata nya berkedip sengan cepat.
Bagaimana bisa ada manusia yang nyaris sempurna?!
Hati Rinji menjerit.
Persetan dengan fakta bahwa dia hampir kehilangan nyawa karena laki-laki itu. Lagian, Rinji yang ceroboh, sudah tahu jalan raya, malah tidak berhati-hati.
"Rinji Kamila Averaya,"
"Y-ya? Eh sebentar. Anda memang manusia kan?"
"Kalau saya alien, maka bahasa yang saya gunakan bukan seperti ini."
Ah iya, Rinji jadi ingat sinetron Indonesia yang dulu ada alien nya, di sana si alien itu cuma bilang tek-otek-otek-tek-otek saja. Jadi jelas, pria ini bukan alien. Lagian memang ada aliem setampan ini.
Rinji berdeham, "Lalu anda tahu nama saya dari mana?" Pria itu kontan melirik dada bagian kiri Rinji, membuat pemilik nya melotot lantas menarik tangan yang di cengkeram pria itu, lantas menutupi dada nya.
Kini giliran pria itu yang berdeham. "Saya hanya melihat name tag kamu."
Dan baru saat itulah Rinji paham apa maksud tatapan pria itu yang dijatuhkan pada dada nya. Rinji pun melepaskan tangan nya.
"Iya sudah, ayo ikut saya."
"Kemana?" Rinji panik.
Pria yang belum Rinji ketahui nama nya itu kontan menghembuskan napas lagi seraya memejamkan mata, untuk tetap menjaga kesabaran nya menghadapi manusia yang ada di hadapan nya.
"Kepala kamu?"
"Enggak. Saya baik-baik aja."
"Yakin?"
"Yakin lah, seratus persen yakin malahan."
"Oke." Lalu pria itu merogoh saku jas bagian dalam nya untuk kemudian mengambil sebuah kartu nama dan memberikan nya pada Rinji.
"Karena hari ini saya buru-buru, jadi, kamu bisa hubungi saya di nomor ini kalau misalkan kamu kenapa-napa."
Rinji terdiam sambil memandangi kartu nama berwarna cream itu. Di sana tertera nama panjang dan nomor telepon pria tersebut.
Jeffrey Karenzio.
Sungguh, itu adalah nama yang cocok untuk nya. Batin Rinji bersuara
"Kalau begitu, saya permisi." Tanpa sadar Rinji mengangguk. Pria bernama Jeffrey itu segera bergegas kembali ke mobil audi hitam nya lantas menancam gas.
"Rinji! Anjir. Gue hampir aja kehilangan lo!" Dildar yang sejak tadi diam, kontan menghampiri rekan kerja nya dengan raut wajah yang masih panik. Tentu saja, Dildar melihat dengan jelas bagaimana kejadian itu berlangsung. Saat Rinji tidak berkutik di tempat nya, sementara mobil dari sisi kanan melaju dengan kencang. Untung saja, Tuhan masih memberikan Rinji waktu untuk hidup, karena mobil itu berhasil berhenti sebelum menerjang tubuh Rinji. "Dar, lo sejak kapan di sini?" Tanya Rinji bingung. Oh tentu, dia masih berada dalam pengaruh virus ketampanan pria tadi. Hingga kemudian Dildar segera menarik Rinji, takut jika teman nya akan di tabrak beneran kalau dibiarkan di jalan seperti. "Sejak lo hampir mati!" Dildar emosi. Dia bahkan merangkul tubuh Rinji dengan erat, untuk dia bawa ke warung Ibu Marni. Sementara itu, Rinji hanya nyengir lalu menyempatkan diri untuk menepuk-nepuk bisep sebela
Sebenarnya Jeff malas berurusan dengan wanita. Tapi dengan Vella, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti kemauan nya. Bukan karena Vella anak dari bos nya, tapi karena Vella hampir kehilangan dirinya sendiri. Jeff tidak mau Vella kambuh dan berakhir melukai dirinya sendiri seperti yang dilakukan sebelum-sebelum nya. Jadi lebih baik Jeff merelakan waktu nya luang nya untuk menuruti gadis itu, dari pada nanti dia merasa bersalah seumur hidup, karena tidak bisa menjaga apa yang sudah dititipkan pada nya.Iya, Handoko, Ayah gadis itu yang juga merupakan boss Jeff, dia sudah menitipkan Vella pada nya. Bukan tanpa sebab, itu karena hanya dengan Jeff, hari-hari anak nya yang sempat suram jadi lebih berwarna lagi. Jeff adalah penyelamat untuk hidup Vella yang nyaris berakhir mengenaskan di tangan nya sendiri.Sekitar dua puluh menit berlalu, akhirnya mobil Jeff sampai di halaman restaurant favorite Vella. Mereka segera turun, berjalan be
Jeff menarik napas seraya mengangguk. "Saya pesan carbonara, bukan aglio olio.""Oh maaf, itu salah saya.""Iya, salah anda.""Kalau begitu biar saya ganti---""Tidak usah.""Tapi---""Tidak usah, Rinji Kamila Averaya." Rinji langsung kicep. Dia menyesali diri nya sendiri yang terlihat ceroboh untuk kedua kali nya di depan Jeffrey Karenzio."Maaf, Pak.""Hm.""Jeff, kamu yakin enggak apa-apa salah pesanan?""Iya. Lagian, sama-sama pasta.""Oke. Mbak, jangan di ulangin ya kesalahan nya. Bisa fatal loh." Tukas Vella yang kemudian diangguki Rinji."Iya, sekali lagi saya minta maaf.""Iya sudah, kamu boleh pergi."Rinji pun beranjak dari meja delapan belas itu. Tapi sebelum nya, dia membungkuk sopan, untuk meminta maaf dengan sungguh-sungguh.
Rinji langsung memasang wajah cemberut, ketika matanya bersirobok dengan mata bulat Dildar yang berbinar. Tahu kenapa? Karena cowok yang memiliki muka bayi itu sudah membuatnya bolos kerja, dengan beralasan diare.Padahal harus nya hari ini Rinji memberi kuis matematika untuk anak murid kesayangan nya. Tapi Dildar memaksa nya jalan berdua, sebagai ucapan perpisahan, karena mulai senin Rinji sudah tidak lagi jadi rekan kerja nya.Kalau di pikir-pikir memang konyol. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, Rinji senang. Karena akhirnya dia bisa menghirup udara segar di kota Bandung. Iya, Dildar mengajak nya jalan ke kota kembang untuk mendatangi wisata alam di Lembang, tepatnya di Orchid Forest Cikole, dengan mengendarai motor scoopy putih yang diberi nama Bodil alias Bohay nya Dildar."Udah dong kesal nya. Tenang aja, hari ini lo enggak bakal keluarin duit sepeser pun." Ucap Dildar sambil membuka tautan helmet Rinji.Padahal sudah berulang
Jeff dikenal selalu patuh pada apa pun yang sudah ditugaskan untuk nya. Pria itu sungkan untuk menolak, sehingga tidak jarang banyak yang memanfaatkan kebaikan nya untuk kepentingan pribadi. Dan semua orang yang ada di sekitar Jeff, pasti setuju kalau kepribadian pria itu selalu tenang, meskipun badai sedang menerjang habis-habisan. Jeff juga laki-laki yang sederhana. Meskipun visual nya sangat mendukung, tapi Jeff tidak suka mengumbar wajah nya ke jejaring sosial demi sebuah like atau pun komentar yang bagus. Jeff tidak suka keramaian, tapi semenjak dia kenal dunia photography, tempat ramai bukan lagi sesuatu yang harus dia hindari. Karena disana, dia bisa mengabadikan banyak moment dengan lensa kamera nya, seperti yang dia lakukan sekarang. Istilah nya, hunting foto. Jeff melakukan itu seorang diri, dan kali ini dia memilih Bandung sebagai lokasinya. Ya... Anggap saja itu sekalian liburan singkat nya, karena hari ini dia dibebas tugas
Hari semakin gelap, lantunan ayat suci pun sudah berkumandang. Rinji terdiam seorang diri di jembatan gantung sambil menunggu Dildar menyelesaikan ibadah nya. Iya, mereka sengaja berlama-lama di satu tempat saja, karena yang mereka inginkan hanya moment bersama, bukan lain nya. Karena setelah ini, mereka sudah bukan lagi rekan kerja yang bisa bertemu setiap hari.Jika dengan Dildar dia bisa lupa dengan segala persoalan hidup, maka kepergian Dildar mengembalikan nya ke dunia yang sebenar nya.Rinji tahu hidup memang tidak mudah. Dia juga paham kalau dunia adalah tempat kesakitan, yang hanya di huni untuk sementara waktu. Tapi satu hal yang Rinji tidak bisa mengerti, kenapa masalah hidup nya tidak kunjung selesai, bahkan ketika dia sudah berusaha untuk membenahi nya satu-persatu.Selama ini Rinji berusaha keras untuk tetap kuat di hadapan banyak orang. Dia memanupulasi manusia-manusia yang ada di sekitarnya dengan membagikan energi positive. Padahal ya
Dari liburan singkatnya, ada satu hal yang Jeff syukuri. Lensa kamera nya ternyata berhasil mengambil potret Rinji yang sedang merenung di jembatan gantung. Dan, Jeff baru menyadari kalau ternyata Rinji cantik. Bahkan side profil gadis itu terlihat sekelas dengan model-model yang dia lihat di internet. "Saya beruntung bisa memotret nya." Monolog Jeff. Karena jujur saja, meskipun dia hanya memotret nya sekali, tapi hasilnya luar biasa. Dia hanya tinggal mengeditnya sedikit lagi untuk mempertajam gambar, hingga ketika sudah sempurna, Jeff memposting nya di akun media sosial yang di khususkan untuk menyalurkan hobi photography nya. 'Terlihat ramai tapi sebenarnya kosong' Itu yang Jeff tulis sebagai judul untuk foto Rinji yang dia posting. Saat itu, di sana memang ramai, tapi Jeff dapat melihat kekosongan yang Rinji rasakan dari matanya. Jadi itu adalah judul yang sangat cocok. Drt... Drt...
Rinji sedikit gugup, ketika lensa kamera mengarah pada nya. Jika kalian berpikir pekerjaan baru Rinji adalah model, salah besar. Rinji bekerja sebagai asisten pribadi di sebuah butik yang bernama Tammy's House. Tetapi karena sesuatu tak terduga---model langganan butik tersebut tidak bisa datang karena ada keperluan, jadi Rinji terpaksa dijadikan model pengganti untuk katalog terbaru. Sebenarnya tidak masalah, Rinji senang dapat bayaran tambahan di hari pertama nya kerja. Akan tetapi, Rinji mati gaya. Dia tidak tahu harus bagaimana selain tersenyum menghadap kamera dengan badan tegap seperti hendak melakukan foto pas. "Rinjani," panggil pemilik butik tersebut yang juga merangkap peran nya sebagai photographer, guna menghemat pengeluaran. Tamara nama nya. "Rinji, Bu." Koreksi Rinji karena nama nya salah disebut. "Ah iya, Rinji. Sorry." "Hehe, iya Bu." "Honey, kamu enggak usah kaku ya, santai aja supaya hasilnya bagus. Saya enggak bakal gigit kamu kok."