Share

05; Jeffrey Karenzio

"Ma--maksud nya?" Pria yang Rinji yakini malaikat maut itu menghela napas seraya menggaruk bagian samping kepala nya.

"Kamu tidak apa-apa?" Rinji mengangguk polos.

Sungguh, dia masih belum mencerna dengan apa yang terjadi sekarang. Yang dia ingat tadi hanya ada mobil dengan kecepatan tinggi dari arah kanan, suara Dildar yang memanggil nama nya dengan lantang, dan suara decitan mobil.

Tunggu, seperti nya Rinji mulai sadar satu hal.

Dia masih hidup.

Iya, dia masih bisa mengambil napas, masih bisa berkedip, dan tangan nya yang memegang tubuh embul Fatma masih bisa bergerak dengan sempurna.

Dan, "Ya. God bless you. Karena saya tidak jadi menabrak kamu."

Rinji kontan menghela napas lega nya, seraya menatap ke atas dengan penuh haru.

Tentu saja itu karena Tuhan masih memberikan nya waktu untuk hidup. Artinya, Rinji masih bisa bekerja di tempat baru, masih memiliki waktu untuk menghasilkan uang, dan hidup lebih baik dari sebelum-sebelum nya.

"Ya Tuhan... Terima kasih, ternyata aku masih di beri kesempatan untuk hidup."  Seru Rinji dengan mata yang berkaca-kaca, yang tanpa di sadari, itu membuat orang-orang yang mengerubungi nya geleng-geleng kepala.

Iya, Rinji masih belum sadar kalau dia berada di tengah diantara orang-orang yang melingkari nya.

"Seperti nya kepala kamu terbentur sesuatu. Ayo, ikut saya. Saya akan bertanggung jawab." Rinji terlonjak ketika satu tangan nya di tarik, dan itu kontan membuat Fatma yang ada dalam gendongan nya meloncat turun.

"Tunggu. Fatma, jangan menyebrang sembarangan---"

"Kamu yang menyebrang sembarangan." Ucap seseorang yang sempat Rinji sangka malaikat maut itu.

Sebentar, Rinji jadi bingung. Dia bahkan sudah tidak memedulikan lagi si Fatma yang entah lari kemana. Dia sedang fokus mengamati laki-laki yang mencengkeram pergelangan tangan nya.

Dalam pikiran nya berkata, kalau sekarang dirinya masih hidup, lalu laki-laki tampan yang sekarang menggandeng nya.... Adalah manusia.

Manusia.

Rinji langsung menganga lebar, mata nya berkedip sengan cepat.

Bagaimana bisa ada manusia yang nyaris sempurna?!

Hati Rinji menjerit.

Persetan dengan fakta bahwa dia hampir kehilangan nyawa karena laki-laki itu. Lagian, Rinji yang ceroboh, sudah tahu jalan raya, malah tidak berhati-hati.

"Rinji Kamila Averaya,"

"Y-ya? Eh sebentar. Anda memang manusia kan?"

"Kalau saya alien, maka bahasa yang saya gunakan bukan seperti ini."

Ah iya, Rinji jadi ingat sinetron Indonesia yang dulu ada alien nya, di sana si alien itu cuma bilang tek-otek-otek-tek-otek saja. Jadi jelas, pria ini bukan alien. Lagian memang ada aliem setampan ini.

Rinji berdeham, "Lalu anda tahu nama saya dari mana?" Pria itu kontan melirik dada bagian kiri Rinji, membuat pemilik nya melotot lantas menarik tangan yang di cengkeram pria itu, lantas menutupi dada nya.

Kini giliran pria itu yang berdeham. "Saya hanya melihat name tag kamu."

Dan baru saat itulah Rinji paham apa maksud tatapan pria itu yang dijatuhkan pada dada nya. Rinji pun melepaskan tangan nya.

"Iya sudah, ayo ikut saya."

"Kemana?" Rinji panik.

Pria yang belum Rinji ketahui nama nya itu kontan menghembuskan napas lagi seraya memejamkan mata, untuk tetap menjaga kesabaran nya menghadapi manusia yang ada di hadapan nya.

"Rumah sakit."

"Saya enggak sakit!" Sangkal Rinji dengan cepat.

"Kepala kamu?"

"Enggak. Saya baik-baik aja."

"Yakin?"

"Yakin lah, seratus persen yakin malahan."

"Oke." Lalu pria itu merogoh saku jas bagian dalam nya untuk kemudian mengambil sebuah kartu nama dan memberikan nya pada Rinji.

"Karena hari ini saya buru-buru, jadi, kamu bisa hubungi saya di nomor ini kalau misalkan kamu kenapa-napa."

Rinji terdiam sambil memandangi kartu nama berwarna cream itu. Di sana tertera nama panjang dan nomor telepon pria tersebut.

Jeffrey Karenzio.

Sungguh, itu adalah nama yang cocok untuk nya. Batin Rinji bersuara

"Kalau begitu, saya permisi." Tanpa sadar Rinji mengangguk. Pria bernama Jeffrey itu segera bergegas kembali ke mobil audi hitam nya lantas menancam gas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status