Share

09; Merayakan Perpisahan

Rinji langsung memasang wajah cemberut, ketika matanya bersirobok dengan mata bulat Dildar yang berbinar. Tahu kenapa? Karena cowok yang memiliki muka bayi itu sudah membuatnya bolos kerja, dengan beralasan diare. 

Padahal harus nya hari ini Rinji memberi kuis matematika untuk anak murid kesayangan nya. Tapi Dildar memaksa nya jalan berdua, sebagai ucapan perpisahan, karena mulai senin Rinji sudah tidak lagi jadi rekan kerja nya. 

Kalau di pikir-pikir memang konyol. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, Rinji senang. Karena akhirnya dia bisa menghirup udara segar di kota Bandung. Iya, Dildar mengajak nya jalan ke kota kembang untuk mendatangi wisata alam di Lembang, tepatnya di Orchid Forest Cikole, dengan mengendarai motor scoopy putih yang diberi nama Bodil alias Bohay nya Dildar. 

"Udah dong kesal nya. Tenang aja, hari ini lo enggak bakal keluarin duit sepeser pun." Ucap Dildar sambil membuka tautan helmet Rinji. 

Padahal sudah berulang kali Rinji bilang kalau dia bisa melakukan nya sendiri, tapi Dildar selalu memaksa kalau mau pasang atau pun buka tautan helmet biar Dildar aja yang melakukan nya. Rinji enggak tahu alasan nya kenapa, dia juga enggak mau ambil pusing, jadi ya... Yaudah, dia nurut. Dan ya, hemat energi.

Rinji mendengus, "Tapi kenapa lo nyaranin gue beralasan diare sih? Malu-maluin tahu enggak!" Harus nya dia bikin alasan lain yang lebih keren, kayak... keperluan keluarga misal nya. 

"Lah kan gue ngasih saran doang, dan salah lo juga nurut-nurut aja." Tautan helmet sudah berhasil Dildar buka, selanjutnya dia melepaskan helmet dari kepala Rinji, lalu menaruh nya diatas spion. 

"Iya deh iya, lo enggak salah." Rinji pasrah. Capek berurusan sama Dildar yang enggak mau kalah. Padahal Dildar lebih tua satu tahun dari nya.

Dildar terkekeh lantas mulai membenahi rambut Rinji yang sedikit berantakan. "Enggak kok, gue juga salah karena udah bikin lo bolos. Sorry ya, Ji." Lagi-lagi kedua mata mereka bersirobok.

Orang-orang yang tidak kenal mereka, pasti mengira kalau mereka adalah pasangan. Lihat saja betapa manisnya Dildar memperlakukan Rinji, dari yang melepaskan tautan helmet sampai membenahi rambut. Mereka berdua sedekat itu, dan yang orang tahu, jika laki-laki dan perempuan sedekat itu adalah sepasang kekasih. Bukan sebatas teman biasa. Tapi faktanya, Rinji dan Dildar hanya sebatas teman dan rekan kerja.

"Santai aja. Gue juga senang sih. Soalnya udah lama banget enggak liburan." Karena nya Dildar jadi mengulas senyum. Dia senang kalau Rinji senang. Tapi, bukan Dildar namanya kalau ujung-ujung nya tidak meledek.

"Kan lo suka nya kerja, Ji."

"Hehe, iya. Gue kan workaholic ya, Dar?" Rinji menaik-turun kan alis nya, yang kemudian diikuti Dildar. Mereka melakukan itu cukup lama, sampai pada akhirnya sama-sama terkekeh karena merasa konyol dengan kelakuan masing-masing. 

"Udah gila deh kita, Dar."

"Lo doang sih, gue enggak." 

"Yeuuu... Eh Dar gue lapar nih. Makan yuk." 

"Ayo. Makan dimana?" 

"Dimana aja, terserah sama budget yang bayarin." Ucap Rinji dengan senyum manis nya sampai-sampai Dildar gemas dan langsung menyentil jidat cewek itu yang terpampang dengan jelas. Well, Rinji bukan tipe wanita yang suka memiliki poni. 

"Sakit Dildar..." Ujar Rinji sambil mengerucutkan bibir nya. 

"Sini gue cium biar sembuh." Goda Dildar lalu memonyongkan bibirnya yang kemudian Rinji geplak dengan tangan. 

"Cium nih sepatu gue." 

"Hahahahaha galak banget sih, Ji." 

"Udah ah yuk makan. Gue tadi enggak sarapan loh."

Dan kemudian mereka pun bergegas menuju tukang baso. Mereka sepakat makan baso untuk mengisi perut. Soalnya tidak terlalu kenyang. Karena rasanya sayang banget kan ke Bandung dengan perut kenyang. Nanti rugi karena tidak mencoba berbagai macam kuliner lain nya, khas kota kembang itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status