Share

BAB 2

Ibu menjadi frustasi karena tidak mendapati anak-anak nya di hotel, mereka kini entah menghilang kemana sehingga membuat sang ibu frustasi.

"Sudah bu jangan menangis, sebentar bapak hubungi dimas dulu supaya tau mereka dimana" mereka kan suka berkeliling kalau di tempat baru sudah jangan nangis lagi ya, ucap bapak menenangkan ibu yang masih menangis tersedu-sedu karena tak mendapati satu pun anaknya.

"Iya pak" jawab ibu sambil mengelap air matanya namun isak dari tangisnya masih terdengar.

"Hallo dimas kalian ada dimana sekarang nak? tanya bapak setelah panggilan telephone di angkat oleh dimas".

"Ini kami sekarang berada di pesawat pak, tadi ada kejadian kurang menyenangkan makanya kami jadi lama terbangnya" ucap dimas.

"Ohh gitu, ya sudah bapak dan ibu sudah sampai kami tunggu kalian di hotel ya" ujar bapak.

"Iya pak, nanti kami di antarkan ke sana kok" bapak dan ibu istirahat saja dulu ya, ucap dimas kemudian.

"Ya sudah kalian hati-hati ya"

"Iya pak" ucap dimas lalu panggilan pun di putus.

"Nah, ibu sudah dengarkan kalau anak-anak sudah berada di pesawat dan sedang terbang menuju ke kota ini"

"Iya pak" jawab ibu.

Lalu bapak beranjak dari tempat duduk untuk meraih remote televisi yang terletak di meja ruang tamu. Mereka di berikan kamar dengan kelas Grand Executive yang di dalam nya terdapat ruang tamu dan tiga kamar tidur yang seluruh kamar tidurnya terdapat masing-masing kamar mandi juga di bagian tengah ruangan terdapat ruang makan lengkap dengan dapur mewahnya.

Ibu mulai menata perasaannya, ia mulai berkeliling melihat-lihat ruangan yang ada di dalam kamar ini, sungguh indah penataan dan design kamar hotel ini.

"Terkadang saya bingung bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak ini, namun setelah melihat bagaimana cepatnya mereka berpikir dan bertindak membuat saya tambah berdecak kagum atas semua pencapaian dari hasil kerja keras mereka ini, ucap ibu sambil memperhatikan semua barang mewah yang ada di dapur.

"Hani, kalau kamu lihat dapur ini kamu pasti sudah membuat menu masakan mu yang menjadi favorite ibu, ikan gurame terbang dengan bumbu asam manis yang lezatnya seperti masakan restoran bintang lima"

Lalu ibu memasuki kamar utama, ia mengarah ke jendela besar dan mendapati pemandangan yang mengarah ke bangunan rumah sakit.

"Nduk, kamu dimana nak, siapa yang membawa kamu pergi sayang, sekarang suami dan anak mu sedang berjuang hidup di bantu oleh semua tim medis, ibu harap di manapun kamu berada kamu dan anak mu yang satu lagi sehat-sehat ya nduk ibu yakin Tuhan pasti menjaga dan melindungi kalian, kamu anak yang pintar kamu pasti bisa jaga diri ibu percaya itu" ucap ibu yang kembali berderai air mata di pipinya.

"Bu, sudah bu jangan menangis lagi" bisik bapak dari belakang sambil memeluk ibu.

"Iya pak, kenapa semua jadi seperti ini ya pak, kita kan datang ke kota itu untuk menemani putri sulung kita lahiran dan adik-adiknya hani juga senang sekali ingin berkeliling menikmati pemandangan indah kota itu"

"Ibu sudah membawa semua hasil rajutan tangan ibu untuk cucu kita pak, tapi semuanya kenapa menjadi sebuah malapetaka pak, huuuaaaaaa" ucap ibu yang kini kembali pecah airmatanya.

"Sudah bu, sekarang baiknya kita banyak berdoa supaya putri, menantu dan cucu-cucu kita semua selamat dan suatu hari kelak mereka dapat berkumpul lagi menjadi satu keluarga yang utuh dan harmonis".

"Iya pak" ucap ibu dengan terisak.

"Sekarang kita ke depan yuk bu, kita pesan makanan saja supaya nanti pas anak-anak sampai bisa langsung mengisi perut mereka" ajak bapak.

"Iya pak" ucap ibu masih dengan terisak tangis ia menjawab ajakan bapak.

Beberapa menu makanan sudah di pesan bapak dan ia pun langsung meminta tagihan makanannya, karena sungkan jika untuk makanan pun harus di tanggung oleh besannya.

Setelah sejam lamanya akhirnya semua makanan di antarkan oleh petugas hotel, semua di sajikan di meja makan masih tertutup sehingga makanan masih bisa bertahan kehangatannya sampai di saat nanti mereka akan menikmati makanan mereka itu.

Bell pintu pun berbunyi

"Pak, seseorang datang semoga itu anak-anak kita ya pak yang datang bukannya seseorang dengan kabar buruk" ucap ibu dengan cemas.

"Iya bu" sebentar bapak buka kan pintu nya ya

Ibu memang masih menunggu di ruang makan, namun kecemasannya berkurang setelah mendengar suara anak-anaknya yang berteriak memanggilnya.

"Ibbuuuuuuu" panggil ketiga anaknya yang sudah teriak dari pintu masuk.

"Astaga, ndak ada yang manggil bapak toh" cicit bapak yang melihat ketiga anaknya berlari mencari ibunya.

Dimas, lila dan diky lalu lari memeluk ibu mereka dan mereka pun saling berpelukan untuk menguatkan satu sama lain.

"Sudah-sudah ayo duduk dulu, ayo kita sambil makan cuci tangan kalian, sekarang sudah hampir malam sedangkan kita baru makan pagi saja tadi di pesawat menuju ke Manado".

"Iya pak" ucap dimas, lila dan diky yang satu persatu beranjak ke tempat cuci tangan.

Lalu mereka menempati bangku satu persatu, dengan penuh keributan seperti biasa mereka semua berbicara tanpa bergantian, entah siapa yang mau di dengarkan sehingga kepala bapak pun menjadi sakit oleh karena tingkah anak-anaknya yang masih seperti anak kecil padahal mereka sudah terbilang usia dewasa.

"Sudah diam, kita berdoa makan dulu" ucap bapak dengan kencang yang mampu menutup mulut ketiga anak-anaknya.

Setelah bapak memimpin doa makan, ia pun mulai mengambil sendok dan garpu, ibu dan lila pun mulai membuka penutup makanan dan mulai menyendokkan lauk ke semua anggota keluarga.

"Dimas, kenapa kalian bisa lama sekali datang kesini, sedañgkan tadi pesawat pribadinya nak clark kan masih ada di bandara belum pergi kemanapun"

"Tadi itu pak, setelah bapak dan ibu naik helikopter dan kalian baru saja lepas landas polisi mengepung mobil yang kami tumpangi"

Dimas pun menceritakan kejadiannya secara detail kepada orang tuanya yang memang masih belum tau tentang kronologis kejadian ini.

"Haaah via??? teriak ibu terkejut dengan apa yang di dengarnya dari cerita dimas".

"Iya bu" ucap lila dan diky bersamaan.

"Dimas, kamu yang benar nak via itu kan sahabat kakak mu sedari mereka duduk di bangku sekolah".

"Iya pak benar kok, mas dimas ndak bohong" ucap lila meyakinkan bapaknya yang seperti meragukan ucapan dimas.

"Bapak ndak bilang mas mu berbohong, bapak pasti hanya terkejut, iya kan pak" ucap ibu meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

"Iya, bapak hanya ndak percaya saja" hani sangat menyayangi dan mempercayai sahabatnya itu tapi mengapa si kakak malah mendapatkan penghianatan dari sahabatnya.

"Tapi dalang dari semuanya bukan via pak, tapi si tirta"

"Haaaaaah" teriak bapak dan ibu bersamaan karena terkejut.

Bersambung ........

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status