Dimas memberitahukan kepada seluruh keluarganya bahwa dalang dari semua kejadian buruk ini bukanlah via melainkan Tirta yang sudah merencanakan semuanya.
"Via mengatakan bahwa tirta menyandera bapak nya dan selama via tidak berhasil mendapatkan kak hani dengan cara apa pun maka tirta tidak akan membebaskan bapak nya via" ujar dimas menceritakan kembali apa yang via ucapkan."Lalu via dimana sekarang? tanya ibu"."Via sudah menghembuskan nafas terakhirnya kemarin bu" jawab dimas pelan namun tetap mengejutkan orang tuanya."Lah, kok bisa, sudah kelewatan memang si tirta itu, pak bagaimana nasib si kakak pak, ibu takut putri dan cucu kita juga kehilangan nyawanya karena si tirta" ucap ibu dengan gemetar dan mulai berlinang air matanya."Sudah bu jangan menangis" ucap bapak sambil menggenggam jemari istrinya."Tapi pak...""Ibu harus sehat dan punya kekuatan, karena hani masih belum di ketemukan jadi siapa yang akan merawat anak hani jika ibu sakit, menantu kita saja masih belum sadarkan diri""Iya bu, bapak benar kalau ibu sakit nanti malah jadi banyak yang harus di urus, lila saja hanya punya libur semester satu bulan sedang kan bayinya si kakak belum tau kapan bisa keluar dari rumah sakit" ujar lila."Iya bu, siapa lagi yang bisa ngurus bayi selain ibu" ucap diky menimpali."Iya, iya" jawab ibu sambil mengusap air mata di pipinya."Dimas, besok kita berangkat ke malang untuk melihat situasi rumah nya via, kamu tau ndak alamatnya? tanya bapak"."Ndak tau pak" jawab dimas"Pak, alamat nya ada di undangan pernikahannya via dengan tirta, ada di lemari kaca dekat dapur yang berwarna ungu pak" terang ibu."Ya sudah dimas, berarti besok kita ke rumah dulu baru bisa pergi ke rumahnya via" ucap bapak."Iya pak" jawab dimas"Ibu, lila sama diky ndak apa di tinggal di sini kan? tanya bapak""Iya ndak apa pak, tapi jangan lama-lama, karena nanti lila dan diky harus pulang pas awal bulan untuk masuk kuliah, bapak sudah harus di sini ya sebelumnya pokoke ibu ndak mau sendirian" ucap ibu."Iya, bapak juga ndak bawa banyak baju kok bu, kan nanti pulang ke rumah toh" terang bapak."Iya pak" jawab ibu."Bapak sudah selesai makan nya kalian lanjutkan saja ya, bapak mau nonton dulu" ucap bapak sambil beranjak dari meja makan."Waaahhhh, asyiik nih masih banyak lagi lauknya mana makanan nya enak-enak lagi" ujar diky dengan senyum sumringah."Diky, jangan rakus sisain buat makan malam, nanti kamu kalau kelaparan ndak ada makanan gimana hayooo" ucap lila menasehati adiknya sambil ia mengambil semua piring kotor untuk di letak kan ke tempat cuci piring.Ibu masih berusaha menghubungi ponsel hani namun usaha ibu itu masih nihil dan tidak menghasilkan apapun karena selular itu masih tidak aktif sampai sekarang."Bu, lila masuk kamar dulu ya mau mandi dan rebahan sebentar, badan lila sakit semua bu, kecapekan mungkin" pamit lila kepada ibu nya yang masih sibuk dengan selular nya.Dimas dan diky pun masuk ke kamar dan tidak berani mengganggu ibu yang masih di rundung kesedihan karena penculikan hani."Pak, kita ke rumah sakit lagi yuk ibu mau lihat si kecil" ucap ibu."Ya sudah, tapi kita mandi saja dulu bu supaya agak segar dikit, kan ndak enak dilihat besan" ujar bapak."Iya pak" jawab ibu.Setelah bapak dan ibu selesai mandi dan bersiap, mereka langsung berpamitan ke ketiga anak mereka dan meminta mereka agar tidak jalan berkeliling sendirian takutnya nanti ada orang yang berniat jahat lagi yang masih mengintai keluarga mereka."Bu, lila ikut ya, aku mau lihat bagaimana keadaan keponakan ku" anak yang selalu di nantikan oleh kak hani, ucap hani dengan wajah sedih."Ya sudah ayo, kita berangkat sekarang supaya tidak pulang kemalaman nanti, ujar bapak""Dimas, kamu jaga diky jangan kalian keluyuran ya sekalian coba kamu lihat-lihat tiket kita pulang ke malang untuk besok" titah bapak"Pakai pesawat abang clark aja pak, kan waktu nya bisa kita yang tentukan dan ndak takut ketinggalan penerbangan lagi pak kalau terlambat""Kamu tau cara menghubunginya? tanya bapak""Tau pak, sudah biar dimas saja yang urus pak" ucap dimas."Hmmmm" gumam bapak sambil berjalan ke luar tempat penginapan bersama ibu dan lila.Di sepanjang koridor ibu masih saja kepikiran dengan hani, sebagai seorang ibu ia merasakan kesedihan mendalam mengingat nasib hani yang tidak jelas saat ini."Bu kita sudah mau sampai ke ruang perawatan, sudah jangan menangis lagi nanti kalau sudah lihat cucu kita juga hati kamu tenang bu""Iya pak" jawab ibu dan lila pun memeluk erat ibunya."Sudah bu, kita bawa dalam doa saja supaya semua kekelaman ini segera berlalu" ucap lila."Iya nduk" jawab ibu sambil membalas pelukan putrinya"Ibu hanya tidak menyangka bagaimana orang terdekat kakak mu bisa menjadi seorang penghianat, kakak mu kan sedang hamil tua, bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan hani dan kandungannya kan, kok tega sekali dia itu" ucap ibu tak habis pikir."Ya begitulah bu, alasan itu banyak, cara juga banyak untuk menghindari coba dia bilang ke si abang pasti mereka bisa cari solusinya tanpa harus memisahkan kakak dengan anaknya" ucap lila."Ssttt, sudah jangan di bahas lagi, itu di depan sudah kelihatan besan, ndak enak nanti kalau ketahuan kita ngomongin di belakang" ujar bapak."Iya pak" Jawab ibu dan lila bersamaan.Bapak, ibu dan lila pun sudah sampai di depan kamar ruang rawat intensive clark dan putranya, namun karena clark masih dalam pemeriksaan untuk seluruh organ tubuhnya maka mereka hanya bisa melihat si bayi yang masih berada di inkubator."Mari silahkan bapak dan ibu terlebih dahulu yang mau melihat si bayi, nanti bergantian dengan lila ya, sekarang lila kamu di temani daniel saja dulu ya di sini karena untuk saat ini jangan terlalu banyak dulu yang masuk supaya istirahat si bayi tidak terganggu" terang tante clarissa."Iya tante aku tunggu di luar saja, nanti kalau sempat ya bergantian saja" jawab lila dengan mengembangkan senyum manisnya."Daniel kamu temani lila ya, jangan di gangguin kamu tau kan abangmu tidak suka ada yang mengganggu keluarga istrinya""Iya bou, cuma ngobrol aja kan nggak gangguin kan namanya lil" ucap daniel."Iya ndak lah bang, masa ngobrol aja di bilang ganggu" ucap lila santai namun ia tak berani menatap wajah daniel yang duduk tepat di depan nya.Lalu bapak, ibu dan tante clarissa meninggalkan daniel dan lila masuk ke ruang intensive.Kesunyian yang ada di antara daniel dan lila, daniel hanya mampu memandang lila yang kini tengah asik berkutat dengan selularnya, lila yang secara tidak sengaja mendongakkan wajahnya menangkap basah daniel yang sedang menatap dirinya tanpa satu kedipan mata.Keduanya gelagapan ketika beradu pandang, lila yang tertunduk malu bercampur wajahnya yang mulai memerah, sedangkan daniel berusaha mengatur degup jantungnya agar tetap normal kembali namun entah mengapa ia tak mau melepaskan pandangannya dari adik ipar sepupunya itu.Bersambung .....Daniel dan lila duduk saling berhadapan, namun keduanya sibuk dengan aktifitasnya masing-masing lila yang sedang asik berselancar dengan gawainya sedangkan daniel fokus memandangi seorang gadis cantik yang ada di hadapannya itu.Ketika lila tak sengaja mendongakkan kepalanya dan menghadap ke daniel keduanya gelagapan ketika beradu pandang, lila yang tertunduk malu dan seketika wajahnya yang mulai memerah, sedangkan daniel berusaha mengatur degup jantungnya agar tetap normal kembali namun entah mengapa ia tak mau melepaskan pandangannya dari adik ipar sepupunya itu."Bang, oiiii ngedip ngapa ngeliatnya sampai nggak berkedip gitu sih" ucap paula adik bungsunya clark yang entah kapan dan datang dari mana tapi mampu membuyarkan tatapan daniel kepada lila."Astaga, ngapain ke sini sih la" ucap daniel jengkel."Dih, aku kan juga mau jenguk abang clark nya aku, tanpa ada niat modusin siapa-siapa nih ya" sindir paula untuk daniel sepupunya."Ehhhmm" lila kamu kalau mau masuk sudah bisa nduk,
Sampai pagi menjelang daniel tetap terjaga di sebelah raganya Clark tak pernah di tinggalkannya walaupun sebentar sepupunya itu, karena Clark satu-satunya saudara yang sekaligus sahabatnya yang selalu ada di masa-masa keterpurukannya.Daniel tak menyangka jika clark yang jago bela diri saja bisa tumbang dengan sekali pukulan bahkan sampai koma seperti ini, sebenarnya siapakah yang memukul Clark, apakah dia memang sehebat itu atau Clark hanya sedang lengah.Dulu setiap Daniel memiliki masalah selalu Clark yang duluan datang untuk membelanya, bahkan pertarungan dengan 10 pria tinggi besar pun pernah ia menangkan sendirian, tidak akan ada yang menyangka bahwa Clark berhasil melawan mereka sendirian tanpa bantuan dari siapapun, padahal mereka terkenal dengan premanismenya di kota itu."Clark, wake up bro ini sudah pagi bagaimana langkah kita selanjutnya bro, gue udah dateng jauh-jauh lo malah koma""Gue janji nggak akan meninggalkan lo sendirian menghadapi semuanya, gue hutang banyak nyaw
Clein menaiki pesawat itu namun ternyata pesawat nya sudah kosong dan mereka tidak menemukan siapa pun, namun beberapa orang dari tim itu langsung memeriksa seluruh badan pesawat untuk mencari barang bukti.Di sisi lain Komandan dari tim itu mulai memasuki sebuah ruang kantor, ketika tim kepolisian dari negara sakura itu telah datang, mereka segera bergabung dan turut serta dalam pencarian Hani dan anak nya."Braaak.!!"Tim kepolisian mendobrak pintu masuk ruang kantor itu. Ketika mereka mendobrak pintu itu, semua orang yang ada di dalamnya terkejut, masih ada beberapa pekerja yang tersisa di ruangan itu dan mereka semua mengangkat tangan dan tidak bergerak sama sekali karena terkejut ketika di todongkan senjata oleh para polisi.Satu per satu karyawan di mintai keterangan di tempat oleh pihak kepolisian mengenai penerbangan penculikan ini dan mereka semua terkejut karena pesawat jet yang di sewa ternyata untuk tindak kejahatan, namun hal itu tidak membuat satu pun dari mereka lolos d
Daniel masih tetap berada di sisi Clark yang belum sadarkan diri, setiap hari Daniel mulai berbicara kepada Clark bila malam telah tiba walau tidak mendapatkan tanggapan dari Clark namun ia tetap melakukannya.Pekerjaannya sebagai CEO di Cottage milik keluarganya di Miami pun tetap ia jalankan, ia mengontrolnya secara mobile namun jika diperlukan ia terbang ke miami sesekali dan ia segera pulang kembali untuk menemani Clark yang masih terbaring di rumah sakit."Clark, sudah hampir dua bulan bro lo nggak sadar-sadar, bangun kenapa sih""Kalau begini terus gimana lo mau cari pujaan hati lo, itu si Hani nggak tau nasibnya gimana bro""Gue capek ahh ngomong sendiri, mumpung lagi datang adik perempuannya si hani gue kesana dulu ya flirting dikit, siapa tau bisa gue..."Daniel tersentak, tangan Clark menggenggam erat tangannya seakan melarang Daniel untuk mengganggu adiknya Hani.Daniel langsung mengambil ponselnya dan menelephone clarissa untuk melaporkan kejadian ini.Tim medis pun datang
"Lila, hmmm, perihal yang tadi, kalau kamu mau di temani untuk bermain dengan si kecil ke rumah opung, kamu telephone aku saja ya" Ucap Daniel."Lah, nanti abang jadi ndak jagain abang Clark donk" Kata Lila kemudian."Nanti kan bisa di atur waktunya lil, pokoknya kamu jangan sungkan jika mau menghubungi aku ya"."Iya bang""Hmmm, tapi aku kan ndak tau no ponsel abang, terus bagaimana aku bisa menghubungi abang? ungkap lila"."Ohhh my God" ucap Daniel dengan menepuk jidatnya.Lalu ia dan Lila saling bertukar nomor selular, ini merupakan salah satu kesempatan emas untuk Daniel jadi ia tak perlu bersusah payah untuk mencari alasan saat dia sedang mencari tahu nomor Lila yang bisa di hubungi.Daniel memandang erat wajah Lila, seorang gadis cantik yang masih polos dan lugu, paras cantik wajah nya memang mirip dengan Hani kakak nya, hanya saja kulit nya sedikit lebih kecoklatan, namun bagi Daniel yang telah berdomisili di benua Amerika sosok Lila sangat lah menarik."Doooor" pekik Paula tep
Pagi menjelang, suasana pagi hari ini di rumah sakit tempat Clark di rawat terasa berbeda semenjak Clark telah sadarkan diri, Daniel kini pun bisa bernapas lega karena Sahabat sekaligus sepupunya itu sudah bisa di ajak berkomunikasi, walaupun Clark hilang ingatan ia bersyukur bahwa Clark masih mengingat nya."Dan" panggil Clark."Hmmmm" jawab Daniel."Apaan sih lo kok senyam senyum sendiri begitu, aneh banget deh" "Hmmmm""Buughhh""Aduuh, apaan sih Clark main lempar bantal aja, jangan ganggu gue dulu man!", dumel Daniel kemudian."Dan, lo lagi ngapain sih? tanya Clark"."Chat, sama cewe yang kemarin" jawab Daniel."Lo kenal dimana? kayaknya kalian udah sering ketemu? tanya Clark lagi."Udah beberapa kali sih ketemu, tapi gue bingung nih maju apa nggak" jawab Daniel sambil berjalan mendekat kepada Clark."Jawab dulu lo kenal dia di mana man? cecar Clark"."Adiknya Hani, masa lo lupa" ucap Daniel santai sambil membalas pesan-pesan dari Lila yang baru saja masuk ke selular Daniel."Haa
Helikopter telah menunggu di landasan, di dalamnya sudah ada papi yang telah menunggu mereka sedari tadi."Ayo cepat boys" ucap Papi setengah berteriak.Setelah Clark dan Daniel memasuki helikopter, lalu transportasi udara itu langsung lepas landas, perjalanan mereka hanya memakan waktu beberapa puluh menit saja karena tidak ada kemacetan lalu lintas yang harus mereka lalui."Clark, ini selular baru tapi nomornya masih punya kamu yang lama kok, kalau kamu tidak suka serie ponsel nya nanti setelah sampai kamu bisa ganti tapi ini serie terbaru kok jadi papi harap kamu suka ya jadi kamu bisa langsung pakai saja" ucap Papi."Ya nggak masalah kok pi, tapi sekarang memangnya sudah sampai serie ke-20 ya, rasanya punya aku terakhir masih serie ke-12" ujar Clark bingung sambil menggarukkan kepalanya."Clark, tadi lo abis dari mana si bro? gue cape banget sumpah nyariin loe!", ujar Daniel."Makan siomay batagor, enak banget bro udah gitu orangnya baik lagi, gue kan nggak bawa duit jadi gue baya
POV Hani,Hani yang baru beberapa hari melahirkan bayi kembarnya yang kedua di pelosok negara singapura, kini harus berusaha untuk kuat karena Tirta masih menahan dirinya dan bayinya, laki-laki itu belum juga mau untuk melepaskan mereka.Hani mengumpulkan semua kekuatan dan tenaganya agar tetap dapat melindungi bayinya, Tirta tak menyangka bahwa pujaan hatinya itu ternyata mengandung anak kembar, ia lupa padahal dulu Via sudah pernah memberitahukannya, hal ini menyebabkan semua rencana yang sudah di susunnya menjadi berantakan.Setelah bayi Hani yang pertama lahir dan di bawa oleh Via turun dari pesawat, Tirta terpaksa merubah rencana awalnya ia harus membawa Hani ke Rumah Sakit di Negara terdekat segera sebelum bayi itu lahir, sebab saat ini ia hanya mempunyai dokumen palsu untuknya dan Hani saja.Segera setelah dokumen palsu si bayi selesai, ia langsung membopong ibu dan anak itu segera keluar dari Rumah Sakit dan melanjutkan perjalanan sesuai dengan angan-angan Tirta, menjauh dari