Share

BAB 3

Dimas memberitahukan kepada seluruh keluarganya bahwa dalang dari semua kejadian buruk ini bukanlah via melainkan Tirta yang sudah merencanakan semuanya.

"Via mengatakan bahwa tirta menyandera bapak nya dan selama via tidak berhasil mendapatkan kak hani dengan cara apa pun maka tirta tidak akan membebaskan bapak nya via" ujar dimas menceritakan kembali apa yang via ucapkan.

"Lalu via dimana sekarang? tanya ibu".

"Via sudah menghembuskan nafas terakhirnya kemarin bu" jawab dimas pelan namun tetap mengejutkan orang tuanya.

"Lah, kok bisa, sudah kelewatan memang si tirta itu, pak bagaimana nasib si kakak pak, ibu takut putri dan cucu kita juga kehilangan nyawanya karena si tirta" ucap ibu dengan gemetar dan mulai berlinang air matanya.

"Sudah bu jangan menangis" ucap bapak sambil menggenggam jemari istrinya.

"Tapi pak..."

"Ibu harus sehat dan punya kekuatan, karena hani masih belum di ketemukan jadi siapa yang akan merawat anak hani jika ibu sakit, menantu kita saja masih belum sadarkan diri"

"Iya bu, bapak benar kalau ibu sakit nanti malah jadi banyak yang harus di urus, lila saja hanya punya libur semester satu bulan sedang kan bayinya si kakak belum tau kapan bisa keluar dari rumah sakit" ujar lila.

"Iya bu, siapa lagi yang bisa ngurus bayi selain ibu" ucap diky menimpali.

"Iya, iya" jawab ibu sambil mengusap air mata di pipinya.

"Dimas, besok kita berangkat ke malang untuk melihat situasi rumah nya via, kamu tau ndak alamatnya? tanya bapak".

"Ndak tau pak" jawab dimas

"Pak, alamat nya ada di undangan pernikahannya via dengan tirta, ada di lemari kaca dekat dapur yang berwarna ungu pak" terang ibu.

"Ya sudah dimas, berarti besok kita ke rumah dulu baru bisa pergi ke rumahnya via" ucap bapak.

"Iya pak" jawab dimas

"Ibu, lila sama diky ndak apa di tinggal di sini kan? tanya bapak"

"Iya ndak apa pak, tapi jangan lama-lama, karena nanti lila dan diky harus pulang pas awal bulan untuk masuk kuliah, bapak sudah harus di sini ya sebelumnya pokoke ibu ndak mau sendirian" ucap ibu.

"Iya, bapak juga ndak bawa banyak baju kok bu, kan nanti pulang ke rumah toh" terang bapak.

"Iya pak" jawab ibu.

"Bapak sudah selesai makan nya kalian lanjutkan saja ya, bapak mau nonton dulu" ucap bapak sambil beranjak dari meja makan.

"Waaahhhh, asyiik nih masih banyak lagi lauknya mana makanan nya enak-enak lagi" ujar diky dengan senyum sumringah.

"Diky, jangan rakus sisain buat makan malam, nanti kamu kalau kelaparan ndak ada makanan gimana hayooo" ucap lila menasehati adiknya sambil ia mengambil semua piring kotor untuk di letak kan ke tempat cuci piring.

Ibu masih berusaha menghubungi ponsel hani namun usaha ibu itu masih nihil dan tidak menghasilkan apapun karena selular itu masih tidak aktif sampai sekarang.

"Bu, lila masuk kamar dulu ya mau mandi dan rebahan sebentar, badan lila sakit semua bu, kecapekan mungkin" pamit lila kepada ibu nya yang masih sibuk dengan selular nya.

Dimas dan diky pun masuk ke kamar dan tidak berani mengganggu ibu yang masih di rundung kesedihan karena penculikan hani.

"Pak, kita ke rumah sakit lagi yuk ibu mau lihat si kecil" ucap ibu.

"Ya sudah, tapi kita mandi saja dulu bu supaya agak segar dikit, kan ndak enak dilihat besan" ujar bapak.

"Iya pak" jawab ibu.

Setelah bapak dan ibu selesai mandi dan bersiap, mereka langsung berpamitan ke ketiga anak mereka dan meminta mereka agar tidak jalan berkeliling sendirian takutnya nanti ada orang yang berniat jahat lagi yang masih mengintai keluarga mereka.

"Bu, lila ikut ya, aku mau lihat bagaimana keadaan keponakan ku" anak yang selalu di nantikan oleh kak hani, ucap hani dengan wajah sedih.

"Ya sudah ayo, kita berangkat sekarang supaya tidak pulang kemalaman nanti, ujar bapak"

"Dimas, kamu jaga diky jangan kalian keluyuran ya sekalian coba kamu lihat-lihat tiket kita pulang ke malang untuk besok" titah bapak

"Pakai pesawat abang clark aja pak, kan waktu nya bisa kita yang tentukan dan ndak takut ketinggalan penerbangan lagi pak kalau terlambat"

"Kamu tau cara menghubunginya? tanya bapak"

"Tau pak, sudah biar dimas saja yang urus pak" ucap dimas.

"Hmmmm" gumam bapak sambil berjalan ke luar tempat penginapan bersama ibu dan lila.

Di sepanjang koridor ibu masih saja kepikiran dengan hani, sebagai seorang ibu ia merasakan kesedihan mendalam mengingat nasib hani yang tidak jelas saat ini.

"Bu kita sudah mau sampai ke ruang perawatan, sudah jangan menangis lagi nanti kalau sudah lihat cucu kita juga hati kamu tenang bu"

"Iya pak" jawab ibu dan lila pun memeluk erat ibunya.

"Sudah bu, kita bawa dalam doa saja supaya semua kekelaman ini segera berlalu" ucap lila.

"Iya nduk" jawab ibu sambil membalas pelukan putrinya

"Ibu hanya tidak menyangka bagaimana orang terdekat kakak mu bisa menjadi seorang penghianat, kakak mu kan sedang hamil tua, bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan hani dan kandungannya kan, kok tega sekali dia itu" ucap ibu tak habis pikir.

"Ya begitulah bu, alasan itu banyak, cara juga banyak untuk menghindari coba dia bilang ke si abang pasti mereka bisa cari solusinya tanpa harus memisahkan kakak dengan anaknya" ucap lila.

"Ssttt, sudah jangan di bahas lagi, itu di depan sudah kelihatan besan, ndak enak nanti kalau ketahuan kita ngomongin di belakang" ujar bapak.

"Iya pak" Jawab ibu dan lila bersamaan.

Bapak, ibu dan lila pun sudah sampai di depan kamar ruang rawat intensive clark dan putranya, namun karena clark masih dalam pemeriksaan untuk seluruh organ tubuhnya maka mereka hanya bisa melihat si bayi yang masih berada di inkubator.

"Mari silahkan bapak dan ibu terlebih dahulu yang mau melihat si bayi, nanti bergantian dengan lila ya, sekarang lila kamu di temani daniel saja dulu ya di sini karena untuk saat ini jangan terlalu banyak dulu yang masuk supaya istirahat si bayi tidak terganggu" terang tante clarissa.

"Iya tante aku tunggu di luar saja, nanti kalau sempat ya bergantian saja" jawab lila dengan mengembangkan senyum manisnya.

"Daniel kamu temani lila ya, jangan di gangguin kamu tau kan abangmu tidak suka ada yang mengganggu keluarga istrinya"

"Iya bou, cuma ngobrol aja kan nggak gangguin kan namanya lil" ucap daniel.

"Iya ndak lah bang, masa ngobrol aja di bilang ganggu" ucap lila santai namun ia tak berani menatap wajah daniel yang duduk tepat di depan nya.

Lalu bapak, ibu dan tante clarissa meninggalkan daniel dan lila masuk ke ruang intensive.

Kesunyian yang ada di antara daniel dan lila, daniel hanya mampu memandang lila yang kini tengah asik berkutat dengan selularnya, lila yang secara tidak sengaja mendongakkan wajahnya menangkap basah daniel yang sedang menatap dirinya tanpa satu kedipan mata.

Keduanya gelagapan ketika beradu pandang, lila yang tertunduk malu bercampur wajahnya yang mulai memerah, sedangkan daniel berusaha mengatur degup jantungnya agar tetap normal kembali namun entah mengapa ia tak mau melepaskan pandangannya dari adik ipar sepupunya itu.

Bersambung .....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status