Mendengar teriakan Niko dari dalam kamar mandi, Aspen dengan cepat langsung berlari.
Beberapa saat yang lalu tiba-tiba lampu padam, Niko tengah berada di dalam kamar mandi.
Saat pintu dibuka, Niko tengah terduduk di lantai dengan lemas, kedua tangan mendekap kakinya, wajahnya tertunduk dia seperti kehilangan kendali. Aspen menyalakan lampu pada ponsel pribadinya agar Niko bisa melihat cahaya dengan jelas.
Tubuhnya yang setengah telanjang dalam keadaan basah kuyup.
Jantungnya naik turun, Aspen dengan cepat juga membawa Niko keluar dari kamar mandi.
Amerika yang melihat kondisi Niko berubah menjadi terkejut, dia berdiri di luar dengan masih tercengang.
Aspen sudah membawanya ke dala
Amerika sudah tiba di rumahnya, saat membuka pintu dia langsung terkejut melihat semua isi rumahnya berantakan.Menghela napas panjang Amerika masuk dengan berjalan sedikit berjinjit, berusaha menghindari beberapa barang miliknya yang masih layak pakai agar tidak rusak terinjak olehnya.Wajahnya berubah sedih saat dia berusaha membereskan satu persatu barang-barang miliknya yang berserakan semuanya.Memang kamar berukuran kecil itu tidak terlalu ada banyak barang akan tetapi semua barang ini juga masih terpakai olehnya.Buku-buku yang dia beli rusak parah padahal buku itu adalah buku panduan cara merawat rambut dan seni memotong rambut yang dia beli dengan menabung beberapa bulan lamanya dari hasil kerja kerasnya.Tidak bisa
Aspen sedang berada di sebuah ruangan bersama Niko dan Caesar, salah seorang anak buah Aspen.“Bagaimana hasilnya? Apa kalian sudah menemukan Bella?” tanya Niko pada keduanya.“Beberapa hari yang lalu kami menemukannya sedang menginap di sebuah hotel tak jauh dari tempat kejadian penembakan. Tapi keesokan harinya dia sudah tidak berada di sana.”Jelas Caesar pada Niko.“Aku pikir dia tahu kalau sedang kita awasi.” Ujar Aspen duduk dengan gelisah tangan kanannya mengepal.“Aku harap kita bisa segera menemukannya sebelum acara berlangsung. Aku ingin dia ditangkap secepatnya dan kita bawa pulang.”Niko meremas tangannya sendiri saat ber
Di istanah Rosen – Kediaman keluarga William.Nenek sudah duduk di meja makan saat menjelang makan malam. Beberapa anggota keluarga juga sudah berdatangan.Malam ini nenek mengundang semua keluarga besar untuk makan malam, sudah lama sekali mereka tidak berkumpul bersama.Alan William dan Lisa Hansen, kedua orang tua Niko duduk berdekatan dengan nenek. Mereka terlihat panik, karena malam ini Niko lagi-lagi absen untuk menghadiri acara ini.Adrian William berserta keluarganya juga sudah berada di sana.“Yang Mulia, kami sudah hadir semua. Ada apakah mendadak mengundang kami untuk jamuan makan malam hari ini.” Tanya Alex pada neneknya yang duduk di kursi kepala keluarga.
Aspen dan Amerika sudah berada dalam mobil yang dikendarai oleh Caesar.Amerika menatap lurus ke depan, memperhatikan Aspen dari belakang yang duduk di sebelah anak buahnya.Mobil ini berbeda dengan mobil yang kemarin dia naiki saat kembali dari rumah sakit.Diperhatikan cukup lama oleh Amerika, Aspen merasa ada sesuatu dia bertanya, “Apa yang sedang kau pikirkan, Ameerika?”Mendengar pertanyaan Aspen membuat Amerika sedikit terkejut karena dia juga tanpa sadar sudah terlalu lama memperhatikan pria itu, semenjak masuk dalam mobil tadi.“Eh, tidak … hm … “ Amerika menjawab dengan gugup dan pipinya merona karena merasa malu.Aspen yang melihat e
“Maafkan aku!”Kata Amerika setelah sampai di atas dan turun dari gendongan Aspen. Wajahnya terlihat merah merona, napasnya terengah-engah.Amerika menunduk sengaja menutupi wajahnya agar tidak terlihat oleh Aspen. Pasti bisa dia bayangkan saat ini warna wajahnya seperti udang rebus. Memikirkan hal itu membuat perutnya terasa sakit.Amerika merutuki dirinya sendiri karena malas berolahraga, seandainya dia tidak malas mungkin tidak akan terjadi insiden seperti barusan.Aspen hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku Amerika yang menurutnya terlihat manis sekali.“Amerika jangan merasa sungkan, aku tahu kamu belum terbiasa. Jangan merasa malu seperti ini. Anggaplah aku tidak pernah menggendongmu. Ayo kita mas
Alex menggebrak meja saat tiba di rumahnya, dadanya kembang kempis, matanya melotot lebar, dia mendidih karena marah.Perkataan nenek membuatnya kesal, dia harus mengormati naneknya karena bagaimana pun nenek masih ratu di istanah Rosen.Jadi kalau dia mau dianggap sebagai manusia di sini Alex akan melakukan apa pun untuk menyingkirkan Niko.Alex selalu merasa bahwa dirinyalah yang berhak menjadi penerus keluarga dan dinobatkan sebagai putra mahkota. Seandainya saja kedua orang tuanya tidak melakukan kesalahan sudah pasti Alex tidak akan diperlakukan seperti ini.Amina masuk ke dalam saat melihat tangan Alex merah dia langsung panik dan mendekati putranya.“Alex apa yang kau lakukan? Kalau kau kesal bukan berarti kau bi
Caesar berjalan menghampiri Aspen dan Niko yang berdiri di balkon lantai satu keduanya terlihat serius dengan posisi memandang jauh. Keduanya terlihat rapi mengenakan setelan jas Aspen berwarna abu-abu sementara Niko berwarna biru dongker. Kali ini rambut Niko terlihat rapi disisir ke belakang, diolesi gel rambut beraroma vanila, terasa manis. “Kenapa kau tidak membangunkan Amerika untuk membantumu.” Tanya Aspen pada Niko. Posisi keduanya hampir sama, berdiri menatap pemandangan jauh di sana dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Seandainya saja Niko tidak berambut gondrong pasti orang yang melihat mereka berdua akan mengatakan kalau mereka adalah saudara kembar. Niko melirik sejenak dengan wajah dinginnya, sejak tadi dia membayangkan situasi di istana saat dia sampai di sana nanti. Sudah hampir set
Nenek yang mendengar perkataan Niko sedikit kesal, tapi nenek menahan emosinya. Dia tidak ingin memperlihatkannya kepada semua anggota keluarga di sini, Terutama kalau sampai Alex melihatnya memarahi Niko. Alex akan semakin percaya diri untuk merebut apa yang sudah dia berikan pada Niko. Nenek mendesah lalu berkata, “Kau haru tenang Niko, aku tidak menyuruhmu segera menikah tapi segeralah menetapkan pilihan. Kalau kau belum siap saat ini, aku kasih waktu beberapa bulan lagi, setidaknya kau harus ingat bahwa calon Putra Mahkota harus sudah punya pendamping. Apa kau paham?” Niko yang mendengar suara lembut neneknya menjadi sedikit tenang. Lisa yang duduk di depan Niko menatap putranya itu, dengan wajahnya dan juga tatapan matanya memberi saran pada putranya untuk tidak berkata lagi.