'Dari kabar yang beredar selama ini di kalangan mahasiswa, Adam memang dijuluki sebagai seorang womanizer. Sudah banyak wanita yang telah tidur dengannya.' *** "Jadi, bagaimana? Mau atau tidak?" tanya Adam sembari menatapnya sinis. Pricillia hanya menatapnya dalam hening. Tidak menolak, tapi juga tidak menyetujuinya. Sepertinya ia sedang mempertimbangkan dampak baik dan buruknya bila menerima tawaran pemuda itu, terlebih setelah mendapat perlakuan kasar dari para fans fanatiknya. Setelah hening cukup lama, gadis bersurai hitam itu melangkahkan kakinya kembali ke arah halte. Sikapnya membuat kakak tirinya itu bertanya-tanya. 'Apa itu artinya dia menolak tawaranku?' batin Adam penuh tanda tanya. Menghela napas kasar, kini pemuda itu memutuskan untuk turun dari motornya kemudian ikut duduk di kursi sebelahnya. "Apa kamu yakin menolak tawaranku?" tanyanya lagi. Pricillia masih tidak menunjukan reaksi apapun. Hal itu membuatnya sedikit frustasi dan menghela napas kasar lagi untuk ya
'Kamu akan semakin merasakan sakit bila berani menggoda Adamku tersayang. Mengerti?'***Deg deg—'Kok perasaanku tiba-tiba jadi tidak enak ya? Apa jangan-jangan si brengsek itu masuk ke unit apartemenku??' batin Pricillia dengan gelisah ketika mengingat kalau kartu aksesnya masih ada pada kakak tirinya.Saat ini dirinya sedang makan malam bersama tantenya dan semua anak panti.Melihatnya melamun seperti itu, tante Helena menegurnya dengan bertanya, "Pricillia, ada apa? Kamu belum menyentuh makananmu sama sekali, lho."Suara tantenya sukses membuat Pricillia tersadar dari pikirannya dan mulai menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya.'Aku harus secepatnya merebut kembali kartu aksesku dari pria itu. Semoga saja besok aku tidak bertemu dengan Linda dan gengnya itu,' batinnya sembari mengunyah makanan di mulutnya....Keesokannya, Pricillia memutuskan u
Peringatan: Bab ini mengandung adegan dewasa (21+). Harap pembaca bijak dalam menyikapinya. Terima kasih. 'Please ... I want you to stay with me.' *** “Baiklah. Sekarang kembali ke urusan kita yang belum selesai.” Tanpa aba-aba, Adam menarik paksa pergelangan tangan Pricillia dan menyuruhnya untuk ikut naik ke motor ninjanya. ‘Eeehhh?? Mau apa diaaa?? Seseorang tolong akuuuu!!’ pekik Pricillia dalam hatinya dengan nada panik. “Berhenti memberontak!” bentak Adam sembari mencengkram kedua pergelangan tangan gadis itu agar berhenti melawannya. Bentakannya sukses membuat Pricillia tertegun sesaat, kedua manik biru langitnya kini memancarkan rasa takut. Ditambah dengan sorot mata tajam dari pemuda itu yang semakin menguatkan rasa takutnya. Usai menghela napas kasar, Adam akhirnya melunak, “Bisakah sekali saja kamu menuruti perkataanku?” Sorot mata Pricillia seolah melontarkan pertanyaan ‘Kenapa aku harus menurutimu?’ padanya. “Karena aku ini sudah menjadi kakakmu! Suka atau tidak
'Bagaimanapun dan apapun caranya, ia harus berhasil meluluhkan adik tirinya.'***"Please," pinta Adam sembari mempererat pelukannya.'Apa yang harus aku lakukan sekarang??' batin Pricillia cemas.Ia terus berusaha melepas pelukan pemuda itu dengan sekuat tenaga. Tapi, usahanya tetap tak membuahkan hasil. Tenaganya tidak lebih kuat dari kakak tirinya.Deg deg—'Seseorang tolong aku!' teriak gadis itu dalam hatinya dengan degup jantung yang sudah tak karuan lagi.Keheningan di unit apartemen itu membuat suara degup jantungnya semakin terdengar dengan jelas memenuhi telinganya sendiri.Manik biru langitnya sedikit bergetar saat melihat tangan kekar Adam melingkari tubuhnya begitu erat sampai membuatnya sulit bergerak leluasa.Entah kenapa ketika melihat lengan kekar yang melingkar di tubuhnya memunculkan sebuah ide dalam kepalanya. Ide untuk merayunya sedikit
'Kenapa tiap kali memikirkannya, firasatku mengatakan kalau ada sesuatu yang pria itu rencanakan?' *** "Hah? Adam pergi ke fakultas musik pagi ini?" ujar Linda dengan nada tak percaya sembari sibuk merapikan tatanan rambutnya dengan sebuah sisir. "Iya. Pagi tadi ramai sekali. Kamu mau tahu berita apa yang paling menggemparkan?" balas Chloe dengan penuh antusias sembari menepuk-nepuk wajahnya berulang kali bermaksud merapikan alas bedak yang baru saja ia pakai. Kini wanita bermanik violet itu menoleh sembari sedikit menaikan alisnya. "Berita apa?" Wanita bersurai pendek yang masih sibuk berhias itu menjawab, "Well, ternyata gadis baru yang waktu itu kita labrak adalah adik tiri Adam." PRAKK!— Sisir yang ada di genggamannya terjatuh ke lantai. "APAA?! Adik tirinyaa??!" pekik Linda dengan mata membulat sempurna. "Ja-jadi gadis culun itu ... dia ... dia-adik tirinya Adam??" Manik vi
‘Sorot matanya tampak begitu lelah, tidak lagi memancarkan kilaunya. Semuanya tampak begitu gelap.' *** Sang fajar mengintip dari balik tirai jendela, seolah memberi isyarat pada Pricillia bahwa hari Sabtu yang merupakan hari favoritnya telah tiba. Hari di mana ia biasa menghabiskan waktunya untuk berlatih biola. Secara perlahan, manik biru langitnya mulai menampakan kemilaunya. Menandakan bahwa sang pemilik manik sudah bangun dari tidur panjangnya. Dengan malas, ia mengangkat tubuhnya untuk bangun. Enggan menapakan kakinya di lantai. Gadis itu masih memilih untuk duduk di atas kasur dan bersandar pada sandaran kepala kasur seperti orang yang baru saja selesai mengerjakan pekerjaan berat. Bukan tenaga yang ia dapatkan setelah bangun tidur, tapi rasa lelah. Seolah tidak memiliki tulang untuk menopang tubuhnya. Padahal pagi ini merupakan pagi yang cerah di kota New York. Tapi, itu tidak membuatnya merasa lebih bai
Peringatan: Bab ini mengandung adegan dewasa (21+). Harap pembaca bijak dalam menyikapinya. Terima kasih. ‘Desahan kembali melesat dari dalam mulut gadis itu ketika merasakan miliknya disentuh oleh tangan nakal kakak tirinya itu yang saat ini sudah melesat masuk ke dalam celana panjang training yang ia kenakan.’ *** Drrt drrrt drrrrrtt— Pricillia sedikit membelakakan matanya ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. ‘David?’ Itulah nama yang tertera di sana. Ada perlu apa pemuda itu meneleponnya? Saat gadis bersurai hitam itu akan mengangkatnya, terdengar langkah kaki Adam ikut memasuki kamarnya. Sejenak, ia ragu apakah ia harus mengangkat telepon dari teman sekelasnya itu. Terlebih saat ini kakak tirinya sedang berada di unitnya. Sejujurnya, keberadaan pemuda itu membuat Pricillia merasa sedikit terkekang. Berada di dekatnya selalu membuat gadis itu tertekan. Seolah ia harus meminta ijin pada kakak tirinya terlebih dahulu atas segala hal yang ingin ia lakukan. Ane
‘Aneh tapi nyata, gadis itu mulai sedikit menyukainya. Ia suka akan perasaan menggelitik yang muncul tiap kali dirinya mendapat perlakuan manis dari kakak tirinya.’ *** Mata pemuda itu langsung membulat sempurna ketika melihat nama yang tertera dari layar ponselnya. “Ayah?” Sebelum mengangkatnya, Adam melempar manik hitamnya ke arah Pricillia, mengamati sejenak gadis yang saat ini duduk termangu di atas ranjang yang hampir menjadi tempatnya melampiaskan hawa nafsu. Entah kenapa, tatapan intensnya membuat gadis itu sedikit salah tingkah hingga reflek mengencangkan balutan selimutnya di sekujur tubuhnya. Pemuda mix-raced itu kembali memfokuskan pandangannya ke layar ponselnya. Ia usap lembut layar ponselnya untuk mengangkat sambungan telepon dari sang Ayah— “Halo.” [Halo, Adam. Maaf mengganggu waktumu ya.] Terdengar suara pria paruh baya dari seberang sana. [Begini, setelah mempertimbangkannya sejenak, Ayah dan Ibu sepakat untuk menghabiskan waktu dengan kalian sebentar sebelum