Harga akun itu 4,6 juta rupiah. Ikrar bilang padanya sambil menyodorkan iklan di salah satu platform jual beli ternama dan menyamakan spesifikasi akun tersebut dengan yang diberikan Danish sebagai sogokan untuk adiknya. Di sana tertera bahwa akun itu sudah terjual, dan bisa saja Danish memang sengaja membelinya. Sayna sangat tidak enak, sejak kemarin dia merasakan hal itu tapi lebih memilih untuk terus memendamnya saja.
Daripada dia mengomel pada Danish, lebih baik Sayna melakukan cara dan usaha lain. Toh, Danish rela mengeluarkan sejumlah uang demi kelancaran hubungan mereka, Sayna tidak boleh menyalahkannya secara sepihak. Perutnya nyeri, tapi Sayna ada jadwal pekerjaan hari ini.
Dia sudah bersiap dengan setelan hanbok berwarna kuning gading-hijau, dirias secantik mungkin, dan berdiri di depan kamera serta lightning profesional sebuah butik ternama. Sayna mengambil pekerjaan ini untuk mengumpulkan uang dan bisa mengganti biaya yang dikeluar
Danish sampai di rumahnya saat langit sudah gelap dan agak larut. Tadi dia menyempatkan diri ke markas Konoha untuk memeriksa keadaan mereka setelah kembali dari tugasnya mengantarkan Sayna. Untuk kali pertama Danish melihat ada memar di wajah Angga, serta Aryan yang lengan kirinya cedera. Anggun, Oliv dan yang lain sudah tidak asing lagi kalau wajah mereka lebam tak keruan.Dan karena itu, dia merasa bersalah. Walau Angga tetap tersenyum sambil mengatakan mereka tidak apa-apa. Asal semuanya selamat dan tidak ada yang tertangkap polisi, berhubung tawuran kali ini hanya berskala kecil, tidak sampai menimbulkan kehebohan besar seperti yang terakhir kali terjadi.Danish memeriksa ponsel, Sayna mengirimkan foto-foto Bolu dan juga menjadikan videonya sebagai status di sosial media terbaru sebagai ungkapan rasa bahagia. Sejujurnya, Danish tidak pernah melihat Sayna selembut itu menatap sesuatu selain Bolu, tiba-tiba saja aura keibuannya keluar saat mereka melakukan pandangan
Danish menganga untuk beberapa detik pertama, dia ikut memperhatikan benda yang Arvin khawatirkan dan jelas-jelas melihat pusaka itu masih menempel dengan sempurna di antara kedua kakinya. Arvin mendadak buta atau bagaimana?“Nish... gimana, Nish? Ntar gue nggak bisa enaena...” Dia meraung-raung sambil memegangi celana.“Terus ini apaan, goblok?”“Aw!”Arvin menjerit keras saat Danish menyentil ujung burungnya dan kembali menangis karena kesakitan. Tidak mau berlama-lama terjebak lingkaran setan, Danish segera mencuci tangan dan keluar dari sana, membiarkan Arvin gila sendirian.Lalu hal gila lain didapatinya saat Herdian berjongkok di samping rak sepatu koleksi ibunya Hamam. Dia berdiam diri seperti patung bahkan saat Danish bertatapan dengannya.“Kenapa lo?” tanya Danish heran.“Ssshh...” Herdian menyimpan telunjuknya di depan bibir. “Gue lagi nyamar jadi sendal.&rdqu
Sayna menunggu di depan kelas dengan perasaan resah. Pagi ini sekolah mereka dihebohkan oleh kabar perkelahian antar siswa dengan sekolah lain. Dan itu tak lain tak bukan adalah gengnya Danish dulu, geng Kobang alias Konoha Bangsat. Sayna takut Danish terpengaruh karena rasa empati dan solidaritasnya yang tinggi dan malah terjun membantu teman-temannya berkelahi di luaran sana.Gelagat Danish akhir-akhir ini juga sangat mencurigakan, dia seperti waktu itu lagi, menghilang saat jam istirahat kedua, alasannya macam-macam saat dia kembali dan meminta maaf pada Sayna. Antre di mushola lah, gantian memakai sarung dengan Arvin lah, menunggu stok Teh Kotak diisi ulang oleh petugas kopsis dan lain-lain. Alasan yang makin hari makin mengada-ada, alasan yang... mau tidak mau harus Sayna terima meski rasa kesal dan khawatirnya menumpuk dalam dada.“Nish...” panggil Sayna buru-buru sambil menarik tangan Danish dan menyeretnya masuk ke kelas saat dia berjalan beriringan
Teman-temannya dalam bahaya. Meski Angga dan Aryan tetap dengan gengsi mereka yang setinggi bangunan Burj Al-Arab, tapi anggota lain mulai bergantian mengirimi Danish pesan dengan rengekan-rengekan mereka untuk minta bantuan. Sekarang yang jadi musuh geng mereka adalah 2 sekolah dengan siswa mayoritas laki-laki. Sangat pantas kalau Konoha mulai keteteran, dan meski Danish ikut bergabung, belum tentu mereka akan menang, apalagi jika tidak? Setiap hari ada saja korban yang tumbang di jalanan. Terakhir Oliv yang dihadang oleh 3 sepeda motor dan babak belur dipukuli mereka.Pikiran Danish benar-benar kacau dan tidak lagi berada di tempat. Dia tidak konsen belajar, tidak konsen mengejar Sayna, susah tidur dan kepikiran terus teman-temannya. Apa dia harus egois dan terus keras kepala seperti ini? Tidak mau membantu mereka meski sebenarnya sangat mampu?Sayna: Nish, gue sama Bolu udah siap. Mau jemput atau ketemuan aja di tempat janjian? Ah,
Danish: Bolu anaknya papa Danish lagi apa? Udah makan belum? Sayna sengaja mengabaikan pesan itu sejak setengah jam yang lalu. Dia bangun pagi-pagi sekali, membersihkan kamar tidur, lalu mandi dan sarapan sambil menyuapi Bolu makan pagi. Baru setelahnya bersiap-siap untuk sekolah. Kemarin tingkah Danish menyebalkan sekali, dia tiba-tiba kehilangan mood bicara dan tidak seru diajak kencan lagi. Mereka bahkan tidak makan malam bersama, belum sempat membeli pakan untuk Bolu, dan Sayna juga berjanji akan membelikan Bolu mainan baru, tapi semua rencananya ambyar karena mereka langsung pulang setelah itu.Menyebalkan. Danish pergi meninggalkannya buru-buru. Memberikan semua belanjaan mereka pada Sayna tanpa membaginya, melupakan soal pembagian dana di amplop gaji yang Sayna terima. Danish pergi tanpa pamit setelah menurunkan Sayna di depan gerbang. Semalaman tidak memberi kabar. Baru muncul pagi-pagi sekali, sepertinya dia
Aryan pingsan setelah mendapat serangan tiba-tiba dari murid SMK Zamrad saat dia baru saja pulang les kemarin sore. Perutnya dipukul dan kebetulan dia belum makan seharian, maka serangan itu langsung membuatnya terjengkang. Untung saja ada Angga di sekitar situ, dan perkelahian tak dapat dihindarkan, anak-anak lain mulai datang menyusul dengan anggota seadanya, mereka mulai saling pukul. Tidak ada tawuran terencana, tertata dan terorganisir seperti dulu.Peperangan mereka sekarang jauh lebih brutal. Siapa saja yang ditandai sebagai penyerang bisa mendapat pukulan tiba-tiba, bahkan hanya ketika membeli sesuatu ke warung dekat rumah seperti yang terjadi pada Anggun dan Rian. Suasana makin memanas dan sangat tidak kondusif, geng Konoha kalah jumlah, terlebih sejak Danish keluar dari sana, mereka kuwalahan, hanya saja baik Angga maupun Aryan tidak ingin bilang. Mereka mau Danish hidup tenang.“Bilangin ke Sayna gue ada urusan.” Danish menitip pesan pada Arvin d
“Shareloc,” gumam Danish dengan geram di ujung tenggorokan sambil memacu motornya dengan kecepatan tak keruan.Sampai beberapa detik yang lalu, Anggun masih terhubung dengannya lewat panggilan telepon. Tapi kemudian suara bising dan rusuh menelan itu semua. Danish benar-benar buta, tidak tahu di mana tepatnya mereka bentrok dengan musuh sekarang. Dia berusaha berpikir dan mendatangi satu per-satu sekolah yang menjadi musuh bebuyutan mereka. Tapi tidak ada siapa-siapa di sana dan tidak ada yang memberitahunya di mana mereka melakukan bentrokan.Danish berhenti di sisi jalan lalu mencoba menghubungi nomor Angga yang tadi pun sempat memanggilnya tapi dia abaikan begitu saja. Dua kali panggilan tidak tersambung dan tidak mendapat jawaban, kali ketiga, Danish mendapat pesan. Sebuah peta menuju lokasi tawuran. Dia pun bergegas ke sana.Dan lagi-lagi, yang didapatnya tetap kehampaan. Tidak ada siapa-siapa, bahkan tidak dengan polisi sekalipun. Hanya tersisa
Aryan benar, bukan? Danish tidak ikut tawuran. Tidak pernah lagi, tidak sejak dia berjanji pada Sayna, Danish tidak pernah mengingkari. Jadi, sore yang hampir gelap itu dia kembali melajukan motornya ke sekolah, berharap Sayna masih ada di sana, masih menunggunya, masih mau... memaafkannya. Karena harusnya dia mendapatkan Sayna setelah kehilangan teman-temannya, bukan?Jauh dalam lubuk hatinya, Danish benar-benar tidak keruan. Pikirannya melayang, pada Oliv, pada Angga, pada anak geng mereka yang terciduk dan... pada Sayna. Meski besar harapannya memikirkan Sayna yang masih menunggu di sekolah usai melatih klub taekwondo, tapi sisi lain dari dirinya juga tahu bahwa itu tidak mungkin. Sayna pasti sudah pergi, Sayna mana mungkin menunggunya sampai saat ini.Dan semuanya terjawab saat Danish berusaha menyeberang ke sebelah kanan, tempat di mana gerbang sekolahnya berada. Dia tertegun lama dalam sunyi dan remang kala mendapati gadis pujaannya masih berdiri di sana. Mereka