Share

Chapter 5 - Kekuatan Seorang Pangeran

 Rumi merasakan telinganya berdentum dan seluruh tubuhnya terasa ditekan. Setelah meninggalkan pulau manusia ikan, warna lautan pun berubah menjadi sangat gelap. Perbedaan tekanan air pun sudah bisa dirasakan oleh Rumi.

 “Luna?” tanya Rumi sambil melihat ke bawah, pada Luna yang tangannya dia genggam dengan erat.

 “Huh?” Luna menyahut dengan sedikit lemas. Rumi sudah dapat menebak kalau Luna juga merasakan tekanan air yang cukup kuat.

 “Bertahanlah,” ujar Rumi. Luna hanya mengangguk dengan lemah. Mereka berdua tidak punya pilihan lain selain mengundi nasib mereka lewat arus samudra yang membawa mereka.

 SRING

 Satu demi satu muncul ikan yang memiliki antena bohlam. Taringnya yang sangat runcing sempat membuat Luna terkejut. Para ikan itu bersinar sendiri di tengah gelap pekatnya lautan dalam.

 Para ikan transparan yang bisa bercahaya dalam gelap juga mulai terlihat di luar arus samudra. Bukan hanya itu, berbagai ikan yang memiliki ukuran tubuh panjang dengan gigi runcing yang cukup menakutkan. Mampu merobek habis santapannya.

 “Rumi,” lirih Luna pelan sambil menatap Rumi dengan nanar. Rumi yang memiliki pandangan tajam bisa melihat ekspresi Luna dengan jelas.

 “Ada apa?” tanya Rumi penasaran.

 “Aku takut,” lirih Luna.

 Seketika saja Rumi teringat dengan bekas luka lebam yang ada di kaki Luna ketika pertama bertemu. Sebuah bekas luka yang jelas-jelas bukan karena lilitan rumput laut.

 “Tenang saja, ada aku di sini,” ucap Rumi berusaha untuk menenangkan Luna.

 “Tapi...” Luna sedikit enggan untuk melanjutkan perkataannya. Seolah rasa takut masih menghinggapinya.

 “Luna.”

 “Ya?”

 “Jangan anggap kau sendiri, ada aku di sini,” ucap Rumi sambil menarik Luna menuju ke pelukannya.

 “Rumi?!” Luna terkejut karena Rumi masih bisa menariknya meski tekanan air sudah terasa sangat kuat. Di dalam arus samudra saja tekanannya kuat, apalagi di luar arus samudra.

 Rumi melingkarkan tangannya di belakang pinggang Luna, dirinya kemudian memunculkan aura hangat dari badannya agar Luna tidak merasa kesakitan dengan tekanan air yang ada di sekitarnya.

 Rumi tidak seperti pengguna element api yang lainnya. Dia adalah pangeran kerajaan Matahari yang memiliki kemampuan spesial tambahan yang berupa element angin panas. Ini bisa membuatnya merasa hangat meski tetap memiliki batasannya tersendiri.

 Luna dapat merasakan kalau tekanan air pada dirinya berkurang. Namun, Luna tidak tahu kalau itu karena kemampuan spesial Rumi. Dia juga tidak tahu harus berbuat apa lagi selain menaruh percaya pada Rumi.

 Melihat berbagai hewan laut dalam yang ada di luar arus samudra sudah cukup membuat Luna ketakutan. Dia berharap agar arus samudra ini bisa lebih cepat membawa mereka berdua ke lautan atas.

 Ratusan ubur-ubur pun terlihat di luar arus samudra. Tidak berselang lama kemudian pengelihatan yang semula gelap pekat secara berangsur berubah warna menjadi biru dongker dan kebiruan meski tidak terlalu jelas.

 BLUP

 Terdengar suara gelembung dari arah bawah yang seketika saja membuat Rumi dan Luna terkejut. Sebuah bayangan pun semakin lama semakin mendekati Rumi dan Luna.

**

 Di tempat lain Leonardo menghela napasnya sambil memandangi langit senja yang kini sudah mulai ditaburi oleh bintang gemintang. Dirinya telah menanti Rumi berjam-jam hingga ember yang ada di sisinya penuh dengan ikan hasil pancingan.

 “Rumi, cepatlah kau datang,” lirih Leonardo sambil membuang napasnya. Dirinya yakin kalau Rumi masih hidup. Meski sejuta kekhawatiran menyelimuti pikirannya.

 Sudah banyak warga yang menyuruhnya untuk menepi, tapi Leonardo masih bertahan di atas perahunya. Dia bahkan membuat batu jangkar sendiri dengan kekuatan element tanahnya supaya tidak terseret gelombang menuju tempat lain.

 Clik, clack.

 Bulir air tiba-tiba berjatuhan dari langit. Seketika saja Leonardo menengadahkan kepalanya ke langit. Awan hitam dengan kumpulan petir di sekitarnya tiba-tiba saja menyapu langit gemintang yang semula cerah.

 “Kurang ajar, kenapa cuaca bisa secepat ini berubah,” maki Leonardo ketika air hujan semakin deras dan gelombang air pun semakin kuat. Suara petir dan angin kencang pun membuat suasana menjadi semakin buruk.

 “Sudah cukup! Aku tidak bisa menahannya lagi!” Leonardo mengacak-acak rambutnya dengan kedua tangannya.

 Leonardo membuang tangannya ke udara kemudian mengepalkan jemarinya. Ketika tangannya dijatuhkan ke bawah, seketika saja muncul sebuah bangunan yang terbuat dari batuan. Layaknya sebuah istana yang tiba-tiba muncul di tengah laut. Tepat di mana kaki Leonardo berpijak.

 Beberapa warga yang sedari tadi memperhatikan Leonardo langsung terkesiap kaget. Tidak pernah sekalipun mereka melihat pengguna element tanah seperti Leonardo yang mampu membuat bangunan istana seorang diri hanya dalam waktu yang sebentar saja.

 “Tamatlah aku,” lirih Leonardo sambil terduduk di lantai. Identitasnya sebagai seorang pangeran dari Kerajaan Saturnus pasti akan langsung terbongkar dengan mudahnya. Hanya seorang pangeran yang memiliki kemampuan berkali-lipat dari pengguna element biasanya.

**

 Kembali ke Rumi yang ada di dalam arus samudra. Dia dan Luna melihat sebuah bayangan yang semakin lama semakin mendekati mereka berdua.

 BLUP

 Gelembung semakin banyak bermunculan dari bayangan yang semakin dekat. Bentuknya pun semakin terlihat.

 “SHAAAAAARK.” Gigi yang runcing terlihat dari mulut seekor hiu yang memiliki moncong yang cukup panjang.

 Bayangan itu adalah bayangan dari ikan hiu goblin yang masuk ke dalam arus samudra. Ikan pemangsa yang terlihat kelaparan saat melihat Rumi dan Luna.

 “Gawat, apa yang harus kita lakukan?” tanya Luna setengah menangis.

 “Apa kemampuan elmentmu?” tanya Rumi sambil menggerakkan kakinya agar bisa menjauhi hiu goblin yang ada di bawahnya.

 “Aku tidak punya,” jawab Luna sembari sesenggukkan. Membuat Rumi terkejut, tapi hanya menyahuti Luna dengan mengangguk.

 Rumi seorang pendali elemet api. Berada di kondisi seperti ini sama sekali tidak menguntungkan. Selain tidak bisa menggunakan kekuatan elementnya dengan benar, Rumi pun tidak bisa keluar dari arus samudra karena tekanan air yang ada di luar arus samudra lebih berat dan bisa menghancurkan badan Rumi.

 “Rumi, aku takut,” lirih Luna.

 “Bertahanlah, sebentar lagi kita akan keluar dari lautan dalam,” jawab Rumi sambil memikirkan cara agar terbebas dari ikan hiu goblin yang ada di bawahnya.

 “Rumi, apa kita akan baik-baik saja? Di atas sana ada cumi-cumi raksasa,” ujar Luna. Membuat semua pertanyaan Rumi selama ini terjawab.

 Penyebab kaki Luna lebam karena ditarik cumi-cumi raksasa.

 Ikan hiu goblin semakin dekat pada Rumi. Mulutnya terbuka lebar. Sudah siap untuk memangsa Rumi dan Luna. Membuat Luna menjadi semakin ketakutan.

 Rumi melepaskan tangannya dari Luna. Dia bahkan mendorong Luna ke atas agar berenang lebih dulu darinya.

 “Rumi?!” Mata Luna terbelalak memandang Rumi. Terlebih karena ikan hiu goblin yang jaraknya sudah sangat dekat dengan Rumi.

 Rumi melepaskan gelembung yang ada di kepalanya. Dia mengisi gelembung itu dengan angin panas sebelum kemudian melemparkannya pada Luna. Supaya Luna bisa lebih cepat pergi ke atas.

 KRAK

 Hiu goblin tanpa sungkan menggigit kaki Rumi hingga cairan warna merah keluar dari sekitar kaki Rumi.

 Rumi melesatkan tinjunya pada moncong hiu goblin agar melepaskan kakinya. Namun, hiu itu malah berenang keluar arus samudra sambil menarik Rumi.

 “RUMIIIIIIIIIII?!” Luna berteriak saat melihat Rumi diseret keluar dari arus samudra. Ada banyak mata yang tiba-tiba menyala di luar arus samudra.

 Luna hanya bisa terbelalak penuh khawatir dan takut sedangkan badannya semakin lama semakin menjauhi tempat Rumi berada. Tentu saja, karena arus samudra bagaikan taksi laut yang pergerakannya sangat cepat. Ditambah lagi dengan gelembung air panas yang telah dilemparkan Rumi pada Luna.

 “Uhuk.” Rumi terbatuk saat sebuah tentakel menghantam badan Rumi. Membuat semua oksigen yang dimiliki Rumi terbuang.

 Apa yang harus aku lakukan? Apakah ini akhir dari hidupku? tanya Rumi pada dirinya sendiri.

 Para monster cumi-cumi terlihat mengelilingi Rumi. Termasuk ikan hiu goblin yang semakin keras menggigit kaki Rumi. Membuatnya meringis kesakitan.

 Rumi menggerakkan pergelangan tangannya memutar. Muncullah sebuah lingkaran sihir yang berbentuk matahari. Sebuah sihir yang bisa membuat semua monster dan hewan yang mengelilinginya musnah.

 Rumi sedikit enggan untuk menyelesaikannya karena hanya akan membuat keberadaannya diketahui oleh ayahnya. Namun, Rumi tidak punya pilihan lain kalau dirinya ingin tetap hidup.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status