Share

Bukti pertama

Siang itu matahari sangat terik, di tambah suara bising kendaraan yang berdesak ingin segera sampai tujuan. Mita yang mengendarai sebuah mobil sedan berjenis All New Corola Atlis Hybrid AT dengan warna silver yang yang biasa ia gunakan untuk mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah. Dengan kesal Mita beberapa kali membunyikan klakson agar kendaraan di depannya melaju lebih cepat. Hal bodoh memang, karena walau berapa ratus kali pun ia membunyikan klakson tetap saja tidak akan dapat mengurai kemacetan. Namun di tengah suasana hati yang tidak baik emosi Mita pun mudah tersulut.

Setelah berhasil keluar dari kemacetan Mita menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi hingga tidak butuh waktu lama ia sudah sampai di sebuah kafe yang lokasinya telah di share Linda melalui ponsel.

Sampai di depan pintu café Mita mengedarkan pandangannya ke segala arah, dari meja yang berada persis di sebelah jendela Linda melambaikan tangannya dan Mita pun datang menghampirinya.

“Mit, lu abis kena puting beliung di mana?  Atau rumah loe kebanjiran jadi penampilan loe berantakan gini,” canda Linda sambil tertawa geli. Siang itu Mita memakai kaos hitam dengan rok selutut bermotif kotak-kotak, rambutnya ia jepit keatas dengan sembarang, ia juga hanya memakai pelembab dan sedikit lipstick agar tidak terlihat pucat.

Riasan Mita hari ini sangat jauh berbeda dengan riasan Mita 6 tahun yang lalu, jika 6 tahun yang lalu Mita selalu terlihat segar dan fashionable namun sekarang Mita terlihat sedikit kusam dengan badan yang sedikit kurus dan kantung mata yang terlihat.

“Udah cepet kenapa lu ngajak gue ketemuan?” tanya Mita ketus.

“Ya karena gua kangen banget sama lu lah,” jawab Linda santai.

“Ya udah kalo gitu gua pulang, anak-anak sebentar lagi pulang sekolah mereka pasti nyariin gua.” Mita berdiri dan mengambil tasnya.

“Yaelah lu kaya emak-emak aja gampang marah. Ups, emang lu sekarang emak-emak ya.” Linda tertawa sambil menutup mulut dan mengacungkan dua jadi tanda damai.

Mata Mita mendelik menatap dingin sahabatnya itu lalu duduk kembali dengan raut wajah kesal.

“Gue lagi kesel sama Mas Ardi jadi lu jangan pancing-pancing amarah gua,” ketus Mita sambil mengambil jus Linda dan meminumnya.

“Kenapa ardi?” tanya Linda penasaran.

“Gak tau gua, sekarang dia makin berubah, semalem aja gua sampai ngemis-ngemis minta hak gua sebagai istri, tapi dia malah bilang kalau penampilan gua sekarang bikin nafsu dia hilang, dia juga sekarang gampang marah dan dingin banget, hampir setiap hari pulangnya larut malam bahkan sering jarang pulang.”

“Nah itu dia makanya gua ngajak lu ketemuan hari ini,” timpal Linda.

“Maksud lu?”

“Kemarin malam gua ama suami makan malam di salah satu restaurant di mall Grand Indonesia, nah nggak lama setelah gua pesen makanan gua lihat Ardi berjalan keluar restaurant sambil menggandeng seorang perempuan muda yang cantik dan seksi, mereka kelihatan akrab banget kayanya,” beber Linda sedikit ragu.

Mita hanya diam dan terlihat menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan.

“Nih gua ada fotonya biar lu nggak nyangka gua bohong.” Linda memperlihatkan beberapa foto di ponselnya.

Dada Mita terasa sesak melihat beberapa foto di depannya, ia seperti sedang di himpit dua bangunan besar yang membuat aliran nafasnya tersumbat, ia marah, bingung juga depresi.

Mita diam namun bulir-bulir air bening berhasil meluncur dari  kedua mata indahnya yang terlihat sendu.

"Sekarang gua harus ngapain?” tanya Mita lirih.

“Lu harus tenangin pikiran dulu Mit, sekarang yang penting lu udah tahu gimana kelakuan Ardi di luar,” saran Linda.

“Lu bener Lin, gua nggak boleh gegabah, gua nggak mau anak-anak gua samapai terkena imbasnya.”

“Sekarang mending kita cari bukti-bukti yang jelas bahwa Ardi benar-benar selingkuh di belakang lu, setelah itu terserah lu mau gimana kedepannya.”

Mita menunduk, kedua tangannya terkepal dan pundaknya terlihat bergetar. Melihat keadaan sahabat baiknya sekarang Linda merasa iba lalu memeluknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status