"Gimana kalau kita ke Bromo aja A'?" sahut Dina sembari melepaskan lengan Al dari dekapnya dan berganti memandangya.
"Bromo? Kamu belum pernah ke sana?" tanya Al sembari menoleh ke arah Dina, tampak istrinya itu menggeleng tanda ia belum pernah mengunjungi destinasi wisata alam terbaik di Jawa Timur itu."Oke, besok kita ke Bromo," jawab Al membuat Dina mengukir senyuman manisnya."Makasih ya, A', akhirnya kesampaian juga ke Bromo bareng pasangan," gumam Dina girang."Memangnya kenapa kalau sama pasangan?" tanya Al memancing."Seru dong, A', di tempat yang dingin ada yang dipeluk-peluk. Coba aja kalau nggak? Yang ada peluk diri sendiri kek jomblo merana," sahut Dina membuat Al terkekeh."Ada-ada aja kamu," sahut Al sembari kembali fokus mengemudi.Tiba-tiba terdengar suara ponsel Dina berdering, dengan cepat Dina segera mengecek siapa yang menghubunginya. Sesaat ia ragu hendak mengangkat, diliriknya suami di sisinya dan"Din ....""Ya A'?""Saya juga ingin sholat, kamu bantu saya, ya!"Deg!Bagai sedang mimpi, antara sadar dan tidak sadar saat Dina mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut suaminya. Seulas senyum kini menghiasi wajah cantiknya. Merasa bahagia dan juga lega, karena apa yang diharapkannya perlahan menjadi nyata.Kedua mata Dina memanas memandang suaminya, haru yang dirasakan di hatinya membuat bulir bening itu mengalir begitu saja."Masya Allah, Aa', Dina nggak salah dengar 'kan?" tanya Dina dengan tatapan penuh keharuan.Perlahan Al mengusap air mata Dina yang sempat menetes membasahi pipinya."Kamu kenapa nangis?"." Dina bahagia, A'. Dina terharu,"sahut Dina sembari memegang tangan Al yang tengah membersihkan air matanya."So, kamu mau bantu saya?""Pasti, A', apa yang bisa Dina bantu?""Saya sudah lama nggak sholat, saya lupa bacaan-bacaan sholat," sahut Al serius.
Cup!Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Dina, membuatnya speech less seketika.Perlahan Dina memegang kening bekas kecupan Al dengan tangannya, kemudian memandang kedua mata Al dengan senyuman tertahan."Kamu makin cantik kalau dilihat dari dekat," lanjut Al membuat Dina semakin merona."Aaahhhh ... Oppa ...," sahut Dina manja."Ya udah, saya mau ganti baju dulu," sahut Al kemudian mengambil alih kotak di tangan Dina lalu beranjak pergi meninggalkan Dina yang sedang salting sendiri.Al membuka kotak di tangannya dan mengeluarkan sebuah sarung berwarna hitam dari sana. Segera dibukanya sarung itu kemudian mecoba mengenakannya.Lima menit berlalu dan Al masih belum selesai mengenakan sarungnya, membuat Dina berinisiatif mendekat dan membantu suaminya."Butuh bantuan A'?" tawar Dina membuat Al menoleh seketika."Ini cara make sarung gimana sih? Nggak paham saya," sahut Al masih dengan mencoba mengena
"Shodaqollahul 'Adziim," Dina segera mengakhiri bacaan Al Qur'annya saat melihat suaminya menoleh ke arahnya."Sudah hafal A'?""Sudah.""MasyaAllah, cerdas banget ya Aa', padahal baru sepuluh menit, lho! Hebat ih suami aku," puji Dina membuat Al tersenyum tipis."Saya 'kan hanya mengingat, Din. Bukan menghafal sejak awal, karena sebenarnya kalimat-kalimat ini sudah pernah saya hafal, hanya saja saya melupakannya," sahut Al merendah."Jadi sejak kapan Aa' melupakannya?""Sejak saya di Amerika. Kesibukan yang padat, juga kehidupan yang bebas, membuat saya semakin jauh dari Allah. Hingga di titik saya merasa, bahwa mungkin Allah tak akan lagi menerima saya kembali setelah saya lalai dan melupakan-Nya begitu jauh," sahut Al menceritakan."Dan sekarang, dengan Maha MurahNya, Allah memanggil Aa' untuk kembali," sahut Dina membuat Al tersenyum tipis."Ya, semoga saja begitu," sahut Al ragu."Aa' harus ya
Alfaro dan Addina tampak khusyu' dan menjalankan momen berjamaah pertama mereka dengan penuh khidmad.Al mengakhiri sholatnya dengan salam, diikuti Dina sebagai makmumnya, selanjutnya mereka larut dalam doa masing-masing.Perlahan Al menggerakkan tubuhnya untuk bersimpuh di hadapan Allah. Menunjukkan penghambaanya pada Sang Pencipta. Dalam sujudnya ia mengadu,"Ya Allah, mungkin Engkau enggan melihat hamba yang berlumur dosa ini. Mungkin Engkau tak sudi memandang hamba yang selalu membangkang. Yang sudah lalai dan meninggalkan-Mu begitu jauh.Tapi hamba tak tau lagi kepada siapa hamba harus meminta selain hanya pada-Mu. Hanya Engkau yang mampu mengabulkan pintaku ya Rabb.Satu yang hamba mau, kumpulkanlah hamba bersama orang-orang yang hamba cinta di surga-Mu. Cukup sudah derita perpisahan yang hamba rasakan di dunia ini, dan hamba mengharapkan indahnya pertemuan dengan mereka dalam naungan ridho-Mu.""Ya Allah Ya Rabbi, terima kasih
"MasyaAllah, indahnya ...," gumam Dina pelan saat melihat indahnya 'Negeri di atas awan' yang selama ini hanya ia dengar dari cerita orang.Mata Dina memandang sekitar dengan penuh takjub, memuji ciptaan Tuhan yang begitu indah di pandang mata. Impiannya untuk sampai di puncak Bromo bersama pasangan akhirnya tercapai juga, kini mereka tengah menikmati pemandangan awan yang berjalan dari atas hamparan padang pasir puncak gunung Bromo. Atas segala nikmat itu, Dina tak berhenti berucap syukur."Suka?" tanya Al dengan merangkul Dina."Suka banget A', ini benar-benar indah," sahut Dina masih dengan pandangan mengarah ke depan. Sedangkan Vio yang berada tak jauh dari sisi Al merasakan dirinya bagai sebuah obat nyamuk yang terus terbakar."A' kita selfie yuk!" ajak Dina."Nggak, saya nggak suka foto.""Ayolah, A', sekali aja. Please ....""Nggak, Din.""Buat kenang-kenangan A', boleh ya? Sekali aja, boleh lah, boleh la
"Ya Allah, suara si nenek lampir di alam terbuka pun tetep cempreng," batin Dina sembari membalikkan badannya malas."Kalian mau ke mana? Kok gue ditinggal sih?" protes Vio sambil berlari tergopoh ke arah Al dan Dina."Bukan kita yang ninggalin, tapi kamu yang ngilang, udah kaya hantu aja suka dikit-dikit ngilang dikit-dikit datang," sahut Dina membuat Al menahan tawa."Kamu itu wanita dengan seribu kepribadian, Din. Kadang manis, kadang manja, kadang dewasa, kadang gemesin, kadang juga kocak. Sebenarnya kamu ini wanita seperti apa?" batin Al semakin penasaran dengan sosok istrinya."Apaan sih nggak jelas banget," sahut Vio tak suka. "Kita mau ke kawah, lo mau ikut atau nggak terserah," sahut Al kemudian kembali merangkul Dina dan mulai menaiki anak tangga."Iiiiihhh, ngeselin banget sih mereka, nggak bisa apa toleran dikit ama jomblo?" gerutu Vio kesal melihat kemesraan Al dengan istrinya. "Kalau nggak karena nurutin Mama, ngg
Al memarkir mobilnya di parkiran "Pelataran Hotel" tepat saat adzan maghrib dikumandangkan.Al, Dina dan Vio segera turun dari mobil dan menuju loby untuk check in di hotel terbaik Bromo itu."Din ...,""Ya A',?""Saya kok tiba-tiba mules ya? Saya mau ke toilet dulu ya?" pamit Al pada Dina."Ya udah A', Dina tunggu di sini," ucap Dina mempersilakan."Kamu check in aja dulu, kartu kredit yang saya kasih dibawa 'kan?" tanya Al tak ingin proses check in tertunda."Bawa kok, A', ya udah biar Dina yang check in ya," sahut Dina menyetujui."Ya udah, pilih kamar terbaik ya," ucap Al sambil berlalu karena tak dapat lagi menahan hajatnya."Gila ya si Dina, udah dapet kredit platinumnya Al aja dia, gue bener-bener kalah gercep, seandainya gue datang lebih awal, mungkin kredit platinum itu kini berada di dalam genggamanku," batin Vio sirik."Tenang Vio, tenang ... Lo hanya butuh tenang dan vokus dengan re
Mbak, saya mau yang Founder's Home ini aja ya," ucap Dina pada resepsionis."Baik, Kak. Tapi sebelumnya saya infokan ya, Founder's Home ini sebenarnya untuk 10 orang. Jadi lebih seperti sebuah Villa, letaknya juga lebih privasi, tidak bercampur dengan pengunjung yang lain, ada empat kamar dalam ruangan ini, satu kamar dengan bed king size, satu kamar dengan bed queen size dan dua kamar dengan masing-masing tiga bed single size. Terdapat ruang tamu dan balkon dengan view alam yang spektakuler, tarif yang tertera sudah include dengan sarapan dan paket trip menyaksikan sunrise, Bagaimana, Kak?""Iya, nggak apa-apa, Mbak. Itu saja. Yang penting nyaman," sahut Dina yakin."Baik, Kak, segera kami siapkan," sahut Resepsionis dengan senyuman.Setelah melakukan check In dan mendapatkan kunci, Dina segera duduk di tempat tunggu, sejenak mengistirahatkan tubuhnya sembari menunggu suaminya.Tak berselang lama, Alfaro datang menghampiri. "Sudah check