Share

Hilang Selamanya Dari Hatiku
Hilang Selamanya Dari Hatiku
Penulis: Jane Stanley

Bab 1

Penulis: Jane Stanley
Melihat tisu di tanganku semakin menipis, tiba-tiba terlintas kata-kata ini di kepalaku, menikah dengan buaya darat, memang butuh kesabaran luar biasa.

Gadis yang duduk didepanku bernama Rani, mahasiswi semester akhir.

Sejak masuk, dia sudah menangis selama dua jam penuh.

Padahal kalau dihitung, hubungan mesranya dengan Dennis baru sebulan.

Sebenarnya tidak seharusnya menangis hingga makeupnya luntur.

Aku baru hendak bicara menenangkannya, tapi tiba-tiba dia menatapku dengan matanya yang merah dan bengkak.

“Dia pernah bilang aku agak mirip denganmu. Dilihat-lihat memang mirip.”

Aku terdiam, karena mantan-mantan sebelumnya tidak pernah mengatakan hal itu.

Rani mengisap hidungnya, lalu menghapus air mata di sudut matanya.

Dengan nada sinis, dia berkata,

“Aku nggak butuh kamu menghiburku, justru kamu yang lebih menyedihkan daripada aku.”

Bukankah begitu?

Seluruh Kota Sekar tahu kalau Dennis menikahi istri yang sempurna.

Sangking sempurnanya, bisa diselingkuhi berulang kali, bahkan harus membujuk mantan-mantannya.

Setiap perempuan yang berhubungan dengannya setelah kami menikah, kusebut mereka mantan.

Harga diri sebagai istri sah sudah tidak ada lagi.

Ponselku bergetar, pesan dari Dennis.

Dennis, [Masih belum selesai? Filmnya sudah mau mulai.]

Aku meletakkan ponsel terbalik di atas meja, lalu menatap mata Rani yang kembali memerah.

“Kamu mau kompensasi apa? Bilang saja, aku bakal bantu kamu mendapatkannya.”

Kalimat ini sudah tak terhitung kali kuucapkan, seperti seorang HR yang sedang memecat karyawan.

Dia mendengus dingin, lalu tiba-tiba berdiri.

“Aku nggak mau apa-apa.”

Aku menghela napas, “Tetap ambillah sedikit.”

Uang, mobil atau rumah, setidaknya sesuatu yang bisa digenggam di tangan.

Tatapannya semakin dingin.

Lalu, dia mengangkat tangan dan perlahan menuangkan kopi dingin di atas kepalaku.

“Aku hamil.”

“Aku mau melahirkan anak ini.”

Aku terdiam, menatapnya dan lupa cara untuk membujuknya.

Aku hanya bisa memaksakan diri untuk tersenyum getir.

Dennis, dari semua janji yang pernah kamu ucapkan, tak ada satupun yang ditepati.

Aku duduk di kursi penumpang depan dengan basah kuyup, sementara Dennis sedang sibuk menelepon.

Tanpa berusaha ditutupi, aku bisa langsung tahu dia sedang berbicara dengan pacar barunya.

Tanganku tanpa sadar menggenggam erat sabuk pengaman, ujung jariku sampai terasa sakit.

Entah apa yang dikatakan orang dibalik telepon, membuat Dennis tertawa dan garis halus di sudut matanya terlihat jelas.

“Iya iya, aku bakal pergi menemanimu malam ini.”

Begitu menutup telepon dan menyalakan mobil, Dennis menoleh sedikit ke arahku.

Tangan yang menggenggam setir tiba-tiba mengencang, seketika wajahnya memuram.

“Dia yang siram?”

Aku sudah mengambil tisu dan mulai menyeka rambutku pelahan.

Mungkin karena aku tidak menjawab, dia pun mendekat dan meraih tisu dari tanganku.

“Jangan gerak.”

Aku spontan menghindar ke sisi kanan, tapi dia malah menarikku dengan dingin ke dalam pelukannya.

Dia menyekanya dengan penuh perhatian, tapi keningnya berkerut dan wajahnya terlihat kesal.

“Kamu hanya duduk diam, membiarkan dia menyirammu?”

“Rina, ke mana hilangnya sisi galakmu yang dulu selalu membentakku?”

Dulu…

Sejak menemui Rani, perasaan hampa yang menyelimuti hati perlahan menyebar.

Aku melepaskan diri dari pelukannya dengan wajah dingin dan berkata dengan datar,

“Aku nggak mungkin marah-marah dengan wanita hamil, ‘kan? Bagaimana menurutmu?”

Dia tampak sedikit canggung, tapi tetap saja bersikeras menyeka rambutku.

Sepanjang perjalanan, kami tak berbicara. Dia mengemudi, sementara aku menatap keluar jendela.

Dari sudut mata, aku masih bisa menangkap tatapannya yang sesekali melirik ke arahku.

Gelombang kecewa dalam hatiku berulang kali menyebar.

Rasa kecewa sudah mencapai di titik putus asa, hingga akhirnya yang tersisa hanya mati rasa.

Aku menonton bioskop dengan setengah hati, sementara Dennis terus-menerus menunduk sibuk membalas pesan.

Perayaan peringatan hari pernikahan ini pun sudah runtuh menjadi puing-puing seiring layar film ditutup.

Lucunya, selesai menonton, aku masih harus duduk di sampingnya, pura-pura menyaksikan dia berakting.

Dia mengundang kerabat dan teman terdekat. Undangan dari keluarga Dennis di Kota Sekar sudah dikirim setengah bulan sebelumnya.

Di tengah suasana penuh tawa, Dennis menyibukkan diri melayani tamu sambil mengupaskan udang untukku.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hilang Selamanya Dari Hatiku   Bab 10

    Sesekali berjalan bersama rekan, salah satu dari mereka akan merangkulku sambil memperkenalkanku pada yang lain.“Mantan Nyonya Dennis, cih… aku rasa kamu lebih mirip sekretarisnya.”Aku tersenyum canggung, “Kenapa begitu?”“Pertama kali aku lihat ada istri sah yang menyarankan selingkuhan untuk minta kompensasi lebih, benar-benar bijak sekali.”Dua gadis itu tertawa kecil.Hatiku terasa tenang. Pertemuan kali ini akhirnya tidak lagi membuat mata berkaca-kaca.Namun, tetap ada rasa kosong yang tersisa.Gadis bernama Rani itu benar-benar kasihan.Saat aku pergi mengambil kopi pesananku, sebuah suara memanggilku.Kursi rodanya perlahan mendekat dan aku menatap mata Dennis.Cuaca mulai panas, kancing kerah bajunya terbuka, tapi kedua kakinya tetap tertutup selimut tipis.Mungkin karena menyadari tatapanku, dia agak panik dan cepat-cepat merapikan selimutnya.“Sejak galerimu dibuka, aku belum sempat mampir….”Dennis tampak berusaha keras mencari alasan atau mungkin sudah menyiapkan alasan

  • Hilang Selamanya Dari Hatiku   Bab 9

    Sejak kecil, sepertinya aku selalu ada sebagai pelengkap bagi Risma, seperti bayangannya yang tidak begitu rapi.Menghindari pandangannya, aku meraih selimutnya untuk menutupi sudut yang terbuka.Namun, tiba-tiba tanganku membeku di tempat, bagian selimut yang jatuh itu membuat hatiku kosong.Dennis malah tersenyum.“Sekarang kamu sudah nggak punya alasan untuk memberontak lagi.”Tiba-tiba, aku menatapnya dan darahku seolah mengalir terbalik.“Dennis! Kamu sudah gila? Masih ada Rani di dalam mobil, kenapa kamu mengendarai secepat itu?”Tangan Dennis yang tadi di atas selimut agak bergetar.Dia tersenyum tipis, tapi senyuman itu tidak lagi menyiratkan kelegaan.“Sekilas, aku sempat mengira dia itu kamu….”…Hari itu, Dennis pergi untuk bernegosiasi dengan Rani.Setengah bulan penuh kekacauan, Dennis hampir gila karena tersiksa oleh iblis dalam hatinya sendiri.Tentu saja dia tahu orang tuanya ingin agar anak itu tetap ada, meski itu anak tidak sah.Dia berdiri lama di depan pintu, berus

  • Hilang Selamanya Dari Hatiku   Bab 8

    Malam itu, saat dia pulang, sudah tengah malam. Seluruh tubuhnya masih bercampur bau parfum dan alkohol.Saat aku dengan hati-hati menyerahkan proposal investasi yang diminta ayahku, tatapan jijiknya seperti binatang buas yang siap menelanku hidup-hidup.Bagaimana aku terhempas ke sofa, bagaimana bajuku tersobek dari tubuh…Semuanya hanya tersisa kepingan-kepingan ingatan yang kabur.Gigitan liar, isak tertahan penuh rasa sakit, itulah mimpi burukku sepanjang malam.Yang membuatnya tersadar adalah darah yang terus mengucur tanpa henti, yang membasahi karpet.Sejak tahu aku hamil dan anak itu menghilang, semua hanya berlangsung setengah hari saja.“Aku mendengar jelas apa yang dokter bilang tadi, meski kamu memaksa dia untuk memberikan keterangan berbeda padaku.”Ujarku sambil melihat sorot mata rumitnya, tiba-tiba aku tak ingin melanjutkan lagi.“Dennis, mungkin kita pernah saling mencintai dulu…”“Tapi, waktu kita untuk saling mencintai sudah terlewatkan. Kini yang tersisa hanyalah ke

  • Hilang Selamanya Dari Hatiku   Bab 7

    “Aku selalu menyebut mereka mantanmu, meskipun mereka muncul saat pernikahan kita masih berjalan.”“Tapi, tak satu pun dari mereka yang benar-benar jadi perusak pernikahan ini. Dari awal sampai akhir, yang perlahan menghancurkan aku hanyalah dirimu.”Mereka semua hanyalah tamu singgahan, datang dan pergi secepat aliran air.Dulu, aku kira mereka setidaknya lebih baik dariku dan mungkin akan meninggalkan sedikit jejak di hati Dennis.Namun, saat melihat tatapan mata Dennis yang semakin kosong, tiba-tiba aku malah merasa kasihan pada mereka.“Kamu sudah lupa?”“Yang ini, kamu cukup menyukainya. Kalian bersama setahun lebih. Dia bahkan mengenakan gaun pengantin untuk memohonmu kembali.”“Lalu yang satu ini, karena ketahuan oleh orang tuaku, mereka sempat pergi menanyaimu. Kamu sampai memutus beberapa pinjaman bank keluargaku demi dia.”Mungkin karena selama sepuluh tahun ini, aku sudah terlalu sering mendengar berbagai tuntutan tak masuk akal dari orang tuaku.Jadi, ketika menyebut mereka

  • Hilang Selamanya Dari Hatiku   Bab 6

    Perasaan asing yang terpendam di hatiku kembali muncul, perlahan aku mendongak menatapnya.“Sebenarnya Risma tahu semuanya.”“Tahu betapa aku menyukaimu waktu itu.”“Masih ingat pameran pribadiku yang pertama? Yang akhirnya tak berbuah apa-apa itu? Seluruh galeri kala itu penuh dengan lukisan dirimu.”Senyuman getir terlukis di bibirku, “Karena takut kakak sedih, aku bahkan diam-diam menggantung beberapa lukisan dirinya.”“Sebagai hadiah untuk peringatan pacaran satu tahun kalian.”Aku mempersiapkannya selama tiga bulan penuh dan dengan penuh kehati-hatian meletakkan tiket masuk pameran itu di laci kakak.Saat turun, aku langsung disambut dengan suasana gembira.Keesokan harinya adalah hari pertunangan mereka.…Bahasa kuas tidak akan berbohong.Risma pasti sudah melihat kanvas yang diam-diam kututupi dengan kain putih.Dia bisa melihat perasaan cinta yang tidak bisa kuceritakan saat aku melukis Dennis.Sekarang semuanya terungkap, akhirnya aku bisa melihat masa lalu dengan sudut panda

  • Hilang Selamanya Dari Hatiku   Bab 5

    Dennis tersadar kembali dan menarik kembali tangannya.Dengan kesal, dia melambaikan tangan, “Pergilah, sesuai permintaanmu, cari saja asistenku.”Setelah Dennis melambaikan tangan, anak buahnya langsung menarik Jeff keluar.Aku buru-buru maju dua langkah, “Tunggu, apa maksudmu tadi?”Dennis berdiri menghalang di depanku, kedua tangannya mencengkeram bahuku.“Nggak ada, ayo pulang denganku.”Aku berusaha keras melepaskan diri, lalu berlari dan menarik kerah baju Jeff.“Bukannya kamu mau uang? Aku kasih padamu, tapi jelaskan apa yang kamu katakan tadi.”Jantungku berdetak kencang, rasa panik yang belum pernah kurasakan membuat napasku jadi tak beraturan.Jeff sudah melepaskan diri, dengan santai memandang Dennis dari atas bahuku.“Bulan lalu, saat aku menunggu dana investasi darimu, aku seolah sudah mengerti banyak hal.”“Sepuluh tahun, cukup untuk membuktikan bahwa aku memang nggak cocok menjadi pengusaha. Berganti jalur berkali-kali pun tetap berakhir sia-sia.”“Jadi setelah mendengar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status