Share

Bab 6

 

 

"Assalamualaikum, selamat siang semua." Mas Lutfi mulai bicara, sedangkan aku berdiri di sampingnya dengan senyuman gembira.

 

"W*'alaikumus'salam." Serentak para tamu menjawab.

 

Jujur saja aku deg-degan jadi pusat perhatian orang, tapi genggaman tangan Mas Lutfi seperti sebuah energi yang menguatkan.

 

"Saya Lutfi Dzuhairi selaku pemilik PT Milky Ways ini mengucap banyak terima kasih pada karyawan dari semua divisi dan yang utama kepada Bapak Hendy Sudarno selaku direktur yang telah banyak membantu pabrik ini menjadi berkembang pesat."

 

Orang yang dimaksud suamiku tersenyum lalu menganggukan kepala.

 

"Pabrik susu murni ini merupakan cabang kedua, Alhamdulillah pabrik utama yang sekarang berada di desa Cirambay Sukabumi sudah berkembang pesat, dengan teknologi yang lebih canggih."

 

Para tamu bertepuk tangan lagi.

 

"Selain pabrik susu kami juga mengelola peternakan sapi perah di desa itu, puluhan sapi bahkan kini hampir mencapai angka seratus itu, selalu menghasilkan susu segar setiap harinya untuk dikelola di pabrik kami sendiri."

 

"Tak hanya itu kami juga berencana membuka kesempatan bagi para petani sapi perah di daerah tersebut, untuk  menjual hasil perahannya lalu kami beli dengan harga yang pantas, dan tentunya menggunakan prosedur-prosedur agar terjamin kehigienisannya."

 

Lagi-lagi para tamu bertepuk tangan heboh.

 

"Awalnya saya tidak ingin tampil seperti ini, tetapi belakangan ada kabar selentingan yang mengatakan jika saya dan istri pelihara tuyul karena sering diam di rumah tapi bisa tinggal di rumah mewah."

 

Para tetangga terlihat saling lirik tak enak, begitu pun dengan Kirana ia melirik suaminya dengan wajah yang terlihat pucat.

 

Suasana mendadak riuh, terutama rekan bisnis Mas Lutfi dan karyawan semua divisi, mereka bicara seperti tak menyangka terhadap tuduhan itu.

 

"Saya tegaskan, kabar itu merupakan hoax alias tidak benar. Saya dan istri tidak pelihara tuyul, tapi kami pelihara sapi perah yang bisa menghasilkan susu segar, dan bisa menghasilkan uang."

 

Suasana tambah riuh, diantara mereka banyak bertanya siapa dalang penyebar fitnah itu, tapi suami tetap bungkam.

 

Di sana Kirana dan Mas Hanif nampak gelisah  beberapa kali membetulkan posisi duduk, terlebih para tetangga yang duduk di belakangnya berbisik-bisik, dari tatapan mata mereka seperti memojokkan Kirana.

 

Aku tersenyum miring melihat perempuan itu yang terlihat salah tingkah, habislah kau Kirana, setelah ini mulut pedas tetangga pasti akan mencacimu habis-habisan.

 

"Laporkan saja, Pak, si penyebar pitnah itu ke polisi." Ada seseorang yang berteriak dari arah belakang.

 

"Iya betul, laporin aja pencemaran nama baik itu."

 

Suasana makin riuh saja, Mas Lutfi sampai memberikan kode agar semua tamu diam, mau menyimak lagi pembicaraannya.

 

"Saya sebenarnya punya niat untuk melaporkan ke polisi, tapi setelah dipikir lagi untuk apa juga hanya membuat saya repot saja, biarlah Allah sendiri yang membalas, yang penting nama kami bersih di hadapan orang-orang."

 

Suasana riuh kini mulai mereda, orang-orang banyak memuji Mas Lutfi dan memaki si penyebar fitnah keji.

 

"Waah luar biasa ya Pak Lutfi ini, selain rendah hati ia juga tidak pendendam." Sang MC menyahut lalu tepuk tangan, setelah itu diikuti para tamu undangan.

 

Aku hanya tersenyum sambil menatap wajah suamiku, ada binar kebahagiaan di sana, aku bersyukur memiliki suami yang baik setelah dahulu lepas dari Mas Hanif yang doyan selingkuh.

 

"Baiklah kita masuk ke acara inti yaitu potong pita. Bos kita beserta istri saya persilakan." 

 

Lalu di hadapan kami terbentang pita panjang berwarna pink, di tengah-tengah ada hiasan bunga mawar yang terbuat dari kertas.

 

"Silakan, Bu, Pak. Gunting sama-sama." MC lelaki yang berperawakan sedang itu menyodorkan sebuah gunting  pada kami.

 

Aku dan Mas Lutfi memegang gunting itu bersama.

 

"Bismillahirrahmanirrahim." Suara MC terdengar menggema, dan saat itu pula pita berwarna merah muda terpotong oleh kami berdua.

 

"Alhamdulillah, akhirnya cabang kedua PT Milky Ways ini resmi dibuka, semoga pabrik ini berkembang pesat dan bisa bermanfaat untuk costumer juga karyawan yang bekerja."

 

Para tamu pun bersorak sambil tepuk tangan.

 

Aku dan Mas Lutfi turun dari panggung yang tak terlalu tinggi ini, acara selanjutnya yakni makan-makan. Seluruh tamu undangan bebas memilih makanan yang sudah disediakan secara prasmanan.

 

Sedangkan aku dan Mas Lutfi duduk di bangku spesial bersama rekan-rekan bisnis dan juga kaki tangannya.

 

Makanan kami dilayani oleh petugas catering, tak antri dengan para tamu lain. Betapa bahagianya diperlakukan layaknya orang terhormat, padahal dulu saat jadi istri Mas Hanif hanya hinaan yang kudapat.

 

Selesai makan aku memilih menepi dari obrolan Mas Lutfi dengan para kaki tangannya, aku menghampiri para tetangga dekat rumah yang sedang mengelilingi Kirana sambil menikmati hidangan yang ada.

 

"Aduh Mbak Risti, saya minta maaf ya kemarin udah suudzon sama Mbak," ucap Bu Sisca yang kemarin buat story w* menyindirku.

 

"Saya juga minta maaf." Disusul oleh Bu Silmi.

 

Hampir semua kumpulan wanita itu minta maaf kecuali Kirana, dengki yang ada di hati perempuan itu  memang mendarah daging.

 

Ia hanya senang melihat hidupku terhina dan menderita, seolah kehidupan ini diatur oleh tangannya.

 

"Saya permisi mau pulang duluan." Kirana berdiri sambil nenteng tas brandednya.

 

"Eh tunggu dulu jangan pergi kamu. Gosip kalau Mbak Risti pelihara tuyul itu awalnya dari kamu 'kan?" Bu Sisca mencegah kepergian Kirana.

 

Aku menyeringai saja melihatnya gelagapan.

 

"Iya bener, saya juga tahunya dari dia."

 

"Saya juga."

 

"Saya juga."

 

"Kenapa sih kamu lakuin itu? Apa salahku, Kirana? Apa perlu saya sebutkan kedzaliman kamu di masa lalu? soal kamu yang me ...."

 

"Sudah cukup!" Kirana menghentikan ucapanku.

 

Rupanya ia takut juga aib masa lalunya kusebarkan, kalau masa lalunya yang buruk itu kuceritakan, sudah pasti takkan ada yang mau berteman dengannya.

 

Secara ibu-ibu zaman now sangat membenci pelakor, walaupun wajahnya cantik dan menarik tapi di mata barisan istri sah yang namanya pelakor itu terlihat burik.

 

"Me apa sih Mbak Risti?" Bu Sisca penasaran.

 

"Iya, kedzaliman apa yang udah dilakuin Kirana sama Mbak? Pantesan aja dia berani nyebarin fitnah yang engga-engga." 

 

"Apaan sih Mbak Risti? Kita penasaran nih." Ibu-ibu nampak penasaran. Haruskah kuceritakan kalau Kirana itu pernah menghancurkan rumah tanggaku di masa silam?

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ikeu Rahayu
aku akan unisntal apk nya karena baca tamat harus isi pointt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status