Share

Bab 6

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-05-27 15:46:12

 

 

"Assalamualaikum, selamat siang semua." Mas Lutfi mulai bicara, sedangkan aku berdiri di sampingnya dengan senyuman gembira.

 

"W*'alaikumus'salam." Serentak para tamu menjawab.

 

Jujur saja aku deg-degan jadi pusat perhatian orang, tapi genggaman tangan Mas Lutfi seperti sebuah energi yang menguatkan.

 

"Saya Lutfi Dzuhairi selaku pemilik PT Milky Ways ini mengucap banyak terima kasih pada karyawan dari semua divisi dan yang utama kepada Bapak Hendy Sudarno selaku direktur yang telah banyak membantu pabrik ini menjadi berkembang pesat."

 

Orang yang dimaksud suamiku tersenyum lalu menganggukan kepala.

 

"Pabrik susu murni ini merupakan cabang kedua, Alhamdulillah pabrik utama yang sekarang berada di desa Cirambay Sukabumi sudah berkembang pesat, dengan teknologi yang lebih canggih."

 

Para tamu bertepuk tangan lagi.

 

"Selain pabrik susu kami juga mengelola peternakan sapi perah di desa itu, puluhan sapi bahkan kini hampir mencapai angka seratus itu, selalu menghasilkan susu segar setiap harinya untuk dikelola di pabrik kami sendiri."

 

"Tak hanya itu kami juga berencana membuka kesempatan bagi para petani sapi perah di daerah tersebut, untuk  menjual hasil perahannya lalu kami beli dengan harga yang pantas, dan tentunya menggunakan prosedur-prosedur agar terjamin kehigienisannya."

 

Lagi-lagi para tamu bertepuk tangan heboh.

 

"Awalnya saya tidak ingin tampil seperti ini, tetapi belakangan ada kabar selentingan yang mengatakan jika saya dan istri pelihara tuyul karena sering diam di rumah tapi bisa tinggal di rumah mewah."

 

Para tetangga terlihat saling lirik tak enak, begitu pun dengan Kirana ia melirik suaminya dengan wajah yang terlihat pucat.

 

Suasana mendadak riuh, terutama rekan bisnis Mas Lutfi dan karyawan semua divisi, mereka bicara seperti tak menyangka terhadap tuduhan itu.

 

"Saya tegaskan, kabar itu merupakan hoax alias tidak benar. Saya dan istri tidak pelihara tuyul, tapi kami pelihara sapi perah yang bisa menghasilkan susu segar, dan bisa menghasilkan uang."

 

Suasana tambah riuh, diantara mereka banyak bertanya siapa dalang penyebar fitnah itu, tapi suami tetap bungkam.

 

Di sana Kirana dan Mas Hanif nampak gelisah  beberapa kali membetulkan posisi duduk, terlebih para tetangga yang duduk di belakangnya berbisik-bisik, dari tatapan mata mereka seperti memojokkan Kirana.

 

Aku tersenyum miring melihat perempuan itu yang terlihat salah tingkah, habislah kau Kirana, setelah ini mulut pedas tetangga pasti akan mencacimu habis-habisan.

 

"Laporkan saja, Pak, si penyebar pitnah itu ke polisi." Ada seseorang yang berteriak dari arah belakang.

 

"Iya betul, laporin aja pencemaran nama baik itu."

 

Suasana makin riuh saja, Mas Lutfi sampai memberikan kode agar semua tamu diam, mau menyimak lagi pembicaraannya.

 

"Saya sebenarnya punya niat untuk melaporkan ke polisi, tapi setelah dipikir lagi untuk apa juga hanya membuat saya repot saja, biarlah Allah sendiri yang membalas, yang penting nama kami bersih di hadapan orang-orang."

 

Suasana riuh kini mulai mereda, orang-orang banyak memuji Mas Lutfi dan memaki si penyebar fitnah keji.

 

"Waah luar biasa ya Pak Lutfi ini, selain rendah hati ia juga tidak pendendam." Sang MC menyahut lalu tepuk tangan, setelah itu diikuti para tamu undangan.

 

Aku hanya tersenyum sambil menatap wajah suamiku, ada binar kebahagiaan di sana, aku bersyukur memiliki suami yang baik setelah dahulu lepas dari Mas Hanif yang doyan selingkuh.

 

"Baiklah kita masuk ke acara inti yaitu potong pita. Bos kita beserta istri saya persilakan." 

 

Lalu di hadapan kami terbentang pita panjang berwarna pink, di tengah-tengah ada hiasan bunga mawar yang terbuat dari kertas.

 

"Silakan, Bu, Pak. Gunting sama-sama." MC lelaki yang berperawakan sedang itu menyodorkan sebuah gunting  pada kami.

 

Aku dan Mas Lutfi memegang gunting itu bersama.

 

"Bismillahirrahmanirrahim." Suara MC terdengar menggema, dan saat itu pula pita berwarna merah muda terpotong oleh kami berdua.

 

"Alhamdulillah, akhirnya cabang kedua PT Milky Ways ini resmi dibuka, semoga pabrik ini berkembang pesat dan bisa bermanfaat untuk costumer juga karyawan yang bekerja."

 

Para tamu pun bersorak sambil tepuk tangan.

 

Aku dan Mas Lutfi turun dari panggung yang tak terlalu tinggi ini, acara selanjutnya yakni makan-makan. Seluruh tamu undangan bebas memilih makanan yang sudah disediakan secara prasmanan.

 

Sedangkan aku dan Mas Lutfi duduk di bangku spesial bersama rekan-rekan bisnis dan juga kaki tangannya.

 

Makanan kami dilayani oleh petugas catering, tak antri dengan para tamu lain. Betapa bahagianya diperlakukan layaknya orang terhormat, padahal dulu saat jadi istri Mas Hanif hanya hinaan yang kudapat.

 

Selesai makan aku memilih menepi dari obrolan Mas Lutfi dengan para kaki tangannya, aku menghampiri para tetangga dekat rumah yang sedang mengelilingi Kirana sambil menikmati hidangan yang ada.

 

"Aduh Mbak Risti, saya minta maaf ya kemarin udah suudzon sama Mbak," ucap Bu Sisca yang kemarin buat story w* menyindirku.

 

"Saya juga minta maaf." Disusul oleh Bu Silmi.

 

Hampir semua kumpulan wanita itu minta maaf kecuali Kirana, dengki yang ada di hati perempuan itu  memang mendarah daging.

 

Ia hanya senang melihat hidupku terhina dan menderita, seolah kehidupan ini diatur oleh tangannya.

 

"Saya permisi mau pulang duluan." Kirana berdiri sambil nenteng tas brandednya.

 

"Eh tunggu dulu jangan pergi kamu. Gosip kalau Mbak Risti pelihara tuyul itu awalnya dari kamu 'kan?" Bu Sisca mencegah kepergian Kirana.

 

Aku menyeringai saja melihatnya gelagapan.

 

"Iya bener, saya juga tahunya dari dia."

 

"Saya juga."

 

"Saya juga."

 

"Kenapa sih kamu lakuin itu? Apa salahku, Kirana? Apa perlu saya sebutkan kedzaliman kamu di masa lalu? soal kamu yang me ...."

 

"Sudah cukup!" Kirana menghentikan ucapanku.

 

Rupanya ia takut juga aib masa lalunya kusebarkan, kalau masa lalunya yang buruk itu kuceritakan, sudah pasti takkan ada yang mau berteman dengannya.

 

Secara ibu-ibu zaman now sangat membenci pelakor, walaupun wajahnya cantik dan menarik tapi di mata barisan istri sah yang namanya pelakor itu terlihat burik.

 

"Me apa sih Mbak Risti?" Bu Sisca penasaran.

 

"Iya, kedzaliman apa yang udah dilakuin Kirana sama Mbak? Pantesan aja dia berani nyebarin fitnah yang engga-engga." 

 

"Apaan sih Mbak Risti? Kita penasaran nih." Ibu-ibu nampak penasaran. Haruskah kuceritakan kalau Kirana itu pernah menghancurkan rumah tanggaku di masa silam?

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ikeu Rahayu
aku akan unisntal apk nya karena baca tamat harus isi pointt
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.B

    Menjelang sore kami pulang kembali ke Jakarta hingga matahari tenggelam barulah kami bisa menginjakan kaki di rumah bercampur lelah."Mbak Ris, Ibu pulang ya. Itu di luar kayanya ada tamu," ucap asistenku, ia terbiasa pulang sore dan berangkat pagi."Oh suruh masuk aja.""Biar Emak yang bawain barang-barang ke dalam sekalian mau istirahat." Emak mengangkat paper bag dan beberapa kantong kresek, oleh-oleh dari Teh Naya dan sebagiannya kubeli di perjalanan tadi.Yang datang ternyata Sabrina bersama Rafka, aku menghela napas jangan sampai ia membuat tubuhku semakin lelah.Wanita itu tersenyum. "Assalamualaikum.""Wa'alaikumus'salam," jawabku dan Mas Lutfi serentak.Ia duduk di sofa bersebrangan denganku dan Mas Lutfi."Kayaknya kalian lagi pada capek ya, sebelumnya mohon maaf aku udah ganggu waktu istirahat kalian," ucap Sabrina.Wajah cantik dan segar itu menatap kami satu persatu, bodohnya aku selalu saja tersimpan cemburu ketika ia memandang suamiku."Ga apa-apa, santai aja. Rafka kan

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.A

    "Oh, jadi kamu istri keduanya ya?" tanyaku sambil maju satu langkah.Kulihat Bapak tampak khawatir memandang kami bertiga."Maksudnya?" tanya wanita itu terkejut."Dia ini ibu saya, istri pertamanya lelaki ini, fix selama ini Emak dibohongi sama Bapak, ada untungnya juga ya kita kemari." Aku menyeringai sinis.Wanita yang terlihat lebih muda dari emak itu nampak terkejut, sejurus kemudian matanya mulai berkaca-kaca, lalu menatap bapak penuh kecewa"Jadi ... jadi Akang punya istri selain aku?" tanya wanita itu dengan mata berkaca-kaca.Bibir bapak bergetar, tubuhnya terlihat sangat kurus dengan wajah yang semakin menua."Halimah, Akang bisa jelaskan," ucap Bapak sambil berusaha meraih tangannya."Akang udah bohong! Selama sepuluh tahun Akang bohongi aku! Keterlaluan!" Wanita itu berteriak.Sontak saja pasien yang lain saling melirik, karena ini kamar nomor dua, jadinya satu ruangan ditempati oleh beberapa orang."Maaf, Halimah, Maaf," ucap bapak dengan suara bergetar.Aku maju lagi sat

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.B

    "Mbak, sekarang aku benar-benar merasa di posisimu dulu, ditinggalkan dan dicampakkan. Hanya bedanya aku bersama anakku, ada tanggung jawab besar yang harus kupikul." Lagi-lagi Kirana terisak."Aku udah ngerasain karmanya akibat ngerebut suami orang, kamu benar, Mbak, kalau akhirnya Mas Hanif suatu saat akan direbut juga sama orang lain, sekali lagi aku minta maaf," ujar Kirana dengan suara bergetar."Kirana, aku udah maafin kamu." Tenggorokanku tercekat mendengar suara tangisannya."Terima kasih, terima kasih, Mbak. Aku berharap masa depanku nanti akan bahagia bersama anakku, aku harap karma ini hanya berlaku untukku tidak untuk keturunanku." Kirana bicara lagi."Syukurlah kalau kamu udah menyadari semuanya, aku seneng, Kirana."Hening, aku merasa terharu dengan semua yang terjadi, tak dapat dipungkiri ada rasa puas yang menjalar dalam hati, rasanya semua sakitku di masa lalu telah terbayar lunas."Tapi, kamu tinggal di mana sekarang?" tanyaku, agak khawatir juga karena setahuku oran

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.A

    "Aku ga ada urusan ya, Rin, dia itu bapak kamu, ya urus lah." Aku berucap sinis.Gantian, karena biasanya dia yang akan bicara ketus seperti itu padaku."Nyebelin! Cepat bilangin ke Emak tentang keadaan bapak, suruh dia pulang urusin suaminya, aku capek tahu nyuciin baju bapak yang bau pesing." Ririn membentak.Aku menahan tawa, akhirnya kena karma juga tuh anak sombong, baru beberapa hari ngurusin bapaknya saja sudah lelah, bagaiman emak yang berpuluh-puluh tahun mengurusnya, tak pernah dihargai lagi."Gugatan ke pengadilan sebentar lagi akan diajukan, Ririn anak manja, jadi bapakmu itu bukan lagi suami emakku, tapi mantan!" tegasku dengan suara pelan."Oh ya, emangnya bapakmu sudah ga kuat jalan ke kamar mandi ya? sampai pipis aja harus di celana?" Aku menahan tawa"Kamu tuh ya bener-bener ngeselin, masa iya nyuruh Emak sendiri bercerai, anak durhaka!" Ririn murka."Bodo amat, dari pada menikah tapi dibuat susah dan ngebatin, ya mending suruh cerai, di rumahku Emak kujadikan ratu, b

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.B

    Mas Lutfi mangut-mangut sambil terus menenangkan Maryam yang masih merengek."Ya sudah kalau gitu siap-siap, kita akan berangkat sekarang. Ris, motor udah dikasih?" Mas Lutfi melirikku.Aku mengangguk. "Udah Mas.""Oh ya, Mak, ga usah bawa baju banyak-banyak, bawa keperluan Emak yang penting aja, soal pakaian kita bisa beli di Jakarta."Emak mengangguk lalu memintaku untuk ditemani berkemas di kamarnya, ketakutan jelas masih tercipta di wajah tuanya."Temani Emak, Maryam biar sama aku." Kata Mas Lutfi seraya keluar bersama Teh Naya, dari kejauhan kudengar mereka mengobrol.Di dalam kamar Emak melipat baju-baju dan memasukkan beberapa buah perhiasan yang selalu ia sembunyikan dari Ririn dan bapak."Terima kasih ya, Ris, tapi beneran ga apa-apa 'kan kalau Emak tinggal sama kamu?" tanya Emak sambil menatapku.Aku mengangguk serius. "Ga apa-apa, Mak, Mas Lutfi juga menerima dengan senang hati, jangan mikir macem-macem ya." Aku tersenyum yakin."Oh, jadi kamu beneran mau pergi, Heti? mau t

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.A

    "Nih, Pak, mereka berdua yang udah hasut Emak buat minta cerai sama Bapak, anak macam apa kalian nyuruh orang tua cerai." Ririn si anak songong itu menunjuk wajah kami.Seketika suasana jadi tegang, Mas Lutfi dan Kang Ruswan berhamburan datang mengerumuni kami di dapur."Ada apa ini, Ris?" tanya Mas Lutfi."Heti! Apa bener anak-anak kamu mau kita pisah?" tanya bapak sambil melotot.Heti adalah nama emakku sedangkan nama bapak tiriku yang nyebelin itu Rusdi.Tangan emak dingin dan bergetar, wajahnya menunduk dalam. Lalu kugenggam erat tangan keriput itu dan kuelus punggungnya untuk menenangkan."Jawab, Heti!" tegas bapak dengan mimik wajah menyeramkan.Lelaki tua itu membanting kopiah yang ada di kepalanya ke lantai hingga tubuh emak terguncang ketakutan."Iya," jawabku dengan wajah menantang."Saya ga nanya kamu!" Bapak menunjuk wajahku."Cukup ya selama ini Emakku disiksa batinnya sama kamu! Sekarang tolong ceraikan dia dan tinggalkan rumah ini," cetus kakakku memasang tampang bengi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status