Share

Bab 5

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-27 15:44:42

 

Sambil menikmati segarnya udara pagi bersama secangkir kopi, aku melamun membayangkan pertemuan dengan Kirana di masa silam.

 

Saat itu Kirana melamar kerja di kantor Mas Hanif dan ia diterima sebagai staf biasa. Namun, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba ia bisa menjadi sekretarisnya.

 

Sedangkan Lolita, sekretaris Mas Hanif sebelumnya dipecat dengan alasan yang tak masuk akal, perempuan itu mengatakan jika Kirana yang telah berbuat curang dan selalu menggoda Mas Hanif agar naik jabatan.

 

Awalnya aku tak percaya, tetapi setelah mengumpulkan bukti barulah mataku terbuka dan bisa lebih peka membaca gerak-gerik mereka.

 

Entah sejak kapan mereka memiliki hubungan, yang jelas semua ketahuan saat Mas Hanif pura-pura melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, nyatanya ia pergi liburan bersama Kirana.

 

"Kamu tega, Mas. Dan kamu juga Kirana ga punya hati, sudah tahu dia punya istri malah kamu pacari?!" Dengan bersimbah air mata aku mengamuk di hadapan mereka yang sedang berlaku mesra di pantai Bali.

 

Kukira saat itu Kirana akan menyesal dan memohon maaf, tapi nyatanya ia malah berkata.

 

"Sorry, Mbak, tapi kami saling cinta, gimana dong?" ucapnya dengan enteng.

 

"Gini aja, Risti. Terima dia jadi yang kedua atau kamu kuceraikan, pilih salah satu," sahut Mas Hanif sambil merangkul Kirana.

 

Sejak saat itu kuputuskan untuk mengakhiri semuanya, terlebih saat Mas Hanif mengusirku dari rumahnya, aku memutuskan pergi menjauhkan diri.

 

***

_______

 

 

"Yang, kita beli baju ya buat acara besok, istri Mas ini harus tampil cantik dan elegan di acara itu," ucap Mas Lutfi.

 

Dari awal menikah hingga saat ini ia memang selalu memanjakanku, sangat berbeda sekali dengan Mas Hanif.

 

"Hem ayo. Tapi tunggu bentar aku siap-siap dulu." 

 

Dan dengan senang hati suamiku setia menunggu.

 

Kata Mas Lutfi ia akan membuat sebuah acara pembukaan pabrik cabang baru di kota ini, entah seperti apa acaranya yang jelas semua tetangga diundang termasuk Kirana.

 

Tapi di undangan itu sama sekali tak ada yang tahu jika Mas Lutfi adalah pemilik pabrik tersebut, memang begitulah suamiku, tak pernah mau tampil ia lebih senang memperhatikan di belakang layar.

 

"Kamu pilih gaun yang paling bagus ya, ingat harus menutup aurat dan jangan terlalu mencolok warnanya," ucapnya saat kami sudah sampai di butik.

 

"Ok." 

 

Mas Lutfi duduk di sofa tunggu sedangkan aku pilih-pilih baju.

 

Lagi-lagi di tempat ini aku harus bertemu dengan Kirana dan suaminya.

 

"Ketemu lagi kita di sini, seleramu tinggi juga ya, Mbak," celetuk Kirana dengan tatapan mengejek.

 

Tak ingin meladeninya aku memutuskan pergi ke kasir sambil membawa beberapa potong baju yang terpilih.

 

"Eh, Mbak, hati-hati jalannya gendong tuyul itu pasti berat 'kan!" teriaknya mengundang perhatian orang.

 

Menyadari sang istri dilecehkan Mas Lutfi berdiri sambil berkacak pinggang.

 

"Jangan macam-macam sama istriku, atau akan kubuat kalian menyesal!" Ancam Mas Hanif lalu melangkah menghampiriku.

 

Pasangan luknut itu langsung bungkam dan mendelikkan mata ke kiri  dan kanan, aku tahu mereka ingin melawan tapi gertakan Mas Lutfi barusan cukup membuat nyalinya menciut.

 

Acara yang ditunggu telah tiba, akhirnya sebentar lagi tuduhan orang-orang itu akan jadi malapetaka bagi Kirana.

 

Nampaknya acara itu diadakan saat makan siang, tepat di hadapan pabrik milik Mas Lutfi.

 

Tempat yang luas ini disulap senyaman mungkin, juga dihias dengan indah sehingga tamu yang hadir bisa makan dengan nyaman.

 

Yang hadir lumayan banyak, diantaranya para karyawan baru, teman-teman bisnis Mas Lutfi, dan juga tetangga kami.

 

Saat ini hanya orang-orang tertentu yang mengetahui jika pemilik pabrik ini adalah Mas Lutfi.

 

Dari kejauhan kulihat Mas Hanif dan Kirana duduk di deretan bangku terdepan, kebetulan sekali supaya mereka bisa melihat dengan jelas siapa sebenarnya kami.

 

"Baiklah untuk pembukaan acara ini sekaligus pembukaan cabang baru pabrik PT Milky Ways kami persilahkan kepada yang terhormat Bapak Lutfi Dzuhairi, beserta istri untuk tampil ke depan."

 

Para tamu terdengar bertepuk tangan dengan semringah. Aku dan Mas Lutfi bergandengan tangan lalu maju ke depan

 

Aku melirik ke arah Kirana dan beberapa tetangga lainnya, mereka menganga tak percaya. Tangan-tangan yang semula bertepuk ria kini seolah kaku sulit digerakkan.

 

Bersambung

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Iyan Yuniar
......... nah kn mati kutu tu yg sk ngmongin...
goodnovel comment avatar
Mujinah 28
sunghuh mrnankjubkan, jangan biarkan mulut mulut yang suka memfitnah itu semakin lancang menyebarkan keburukan. kasih pelajaran yang berharga agar jera
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.B

    Menjelang sore kami pulang kembali ke Jakarta hingga matahari tenggelam barulah kami bisa menginjakan kaki di rumah bercampur lelah."Mbak Ris, Ibu pulang ya. Itu di luar kayanya ada tamu," ucap asistenku, ia terbiasa pulang sore dan berangkat pagi."Oh suruh masuk aja.""Biar Emak yang bawain barang-barang ke dalam sekalian mau istirahat." Emak mengangkat paper bag dan beberapa kantong kresek, oleh-oleh dari Teh Naya dan sebagiannya kubeli di perjalanan tadi.Yang datang ternyata Sabrina bersama Rafka, aku menghela napas jangan sampai ia membuat tubuhku semakin lelah.Wanita itu tersenyum. "Assalamualaikum.""Wa'alaikumus'salam," jawabku dan Mas Lutfi serentak.Ia duduk di sofa bersebrangan denganku dan Mas Lutfi."Kayaknya kalian lagi pada capek ya, sebelumnya mohon maaf aku udah ganggu waktu istirahat kalian," ucap Sabrina.Wajah cantik dan segar itu menatap kami satu persatu, bodohnya aku selalu saja tersimpan cemburu ketika ia memandang suamiku."Ga apa-apa, santai aja. Rafka kan

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.A

    "Oh, jadi kamu istri keduanya ya?" tanyaku sambil maju satu langkah.Kulihat Bapak tampak khawatir memandang kami bertiga."Maksudnya?" tanya wanita itu terkejut."Dia ini ibu saya, istri pertamanya lelaki ini, fix selama ini Emak dibohongi sama Bapak, ada untungnya juga ya kita kemari." Aku menyeringai sinis.Wanita yang terlihat lebih muda dari emak itu nampak terkejut, sejurus kemudian matanya mulai berkaca-kaca, lalu menatap bapak penuh kecewa"Jadi ... jadi Akang punya istri selain aku?" tanya wanita itu dengan mata berkaca-kaca.Bibir bapak bergetar, tubuhnya terlihat sangat kurus dengan wajah yang semakin menua."Halimah, Akang bisa jelaskan," ucap Bapak sambil berusaha meraih tangannya."Akang udah bohong! Selama sepuluh tahun Akang bohongi aku! Keterlaluan!" Wanita itu berteriak.Sontak saja pasien yang lain saling melirik, karena ini kamar nomor dua, jadinya satu ruangan ditempati oleh beberapa orang."Maaf, Halimah, Maaf," ucap bapak dengan suara bergetar.Aku maju lagi sat

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.B

    "Mbak, sekarang aku benar-benar merasa di posisimu dulu, ditinggalkan dan dicampakkan. Hanya bedanya aku bersama anakku, ada tanggung jawab besar yang harus kupikul." Lagi-lagi Kirana terisak."Aku udah ngerasain karmanya akibat ngerebut suami orang, kamu benar, Mbak, kalau akhirnya Mas Hanif suatu saat akan direbut juga sama orang lain, sekali lagi aku minta maaf," ujar Kirana dengan suara bergetar."Kirana, aku udah maafin kamu." Tenggorokanku tercekat mendengar suara tangisannya."Terima kasih, terima kasih, Mbak. Aku berharap masa depanku nanti akan bahagia bersama anakku, aku harap karma ini hanya berlaku untukku tidak untuk keturunanku." Kirana bicara lagi."Syukurlah kalau kamu udah menyadari semuanya, aku seneng, Kirana."Hening, aku merasa terharu dengan semua yang terjadi, tak dapat dipungkiri ada rasa puas yang menjalar dalam hati, rasanya semua sakitku di masa lalu telah terbayar lunas."Tapi, kamu tinggal di mana sekarang?" tanyaku, agak khawatir juga karena setahuku oran

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.A

    "Aku ga ada urusan ya, Rin, dia itu bapak kamu, ya urus lah." Aku berucap sinis.Gantian, karena biasanya dia yang akan bicara ketus seperti itu padaku."Nyebelin! Cepat bilangin ke Emak tentang keadaan bapak, suruh dia pulang urusin suaminya, aku capek tahu nyuciin baju bapak yang bau pesing." Ririn membentak.Aku menahan tawa, akhirnya kena karma juga tuh anak sombong, baru beberapa hari ngurusin bapaknya saja sudah lelah, bagaiman emak yang berpuluh-puluh tahun mengurusnya, tak pernah dihargai lagi."Gugatan ke pengadilan sebentar lagi akan diajukan, Ririn anak manja, jadi bapakmu itu bukan lagi suami emakku, tapi mantan!" tegasku dengan suara pelan."Oh ya, emangnya bapakmu sudah ga kuat jalan ke kamar mandi ya? sampai pipis aja harus di celana?" Aku menahan tawa"Kamu tuh ya bener-bener ngeselin, masa iya nyuruh Emak sendiri bercerai, anak durhaka!" Ririn murka."Bodo amat, dari pada menikah tapi dibuat susah dan ngebatin, ya mending suruh cerai, di rumahku Emak kujadikan ratu, b

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.B

    Mas Lutfi mangut-mangut sambil terus menenangkan Maryam yang masih merengek."Ya sudah kalau gitu siap-siap, kita akan berangkat sekarang. Ris, motor udah dikasih?" Mas Lutfi melirikku.Aku mengangguk. "Udah Mas.""Oh ya, Mak, ga usah bawa baju banyak-banyak, bawa keperluan Emak yang penting aja, soal pakaian kita bisa beli di Jakarta."Emak mengangguk lalu memintaku untuk ditemani berkemas di kamarnya, ketakutan jelas masih tercipta di wajah tuanya."Temani Emak, Maryam biar sama aku." Kata Mas Lutfi seraya keluar bersama Teh Naya, dari kejauhan kudengar mereka mengobrol.Di dalam kamar Emak melipat baju-baju dan memasukkan beberapa buah perhiasan yang selalu ia sembunyikan dari Ririn dan bapak."Terima kasih ya, Ris, tapi beneran ga apa-apa 'kan kalau Emak tinggal sama kamu?" tanya Emak sambil menatapku.Aku mengangguk serius. "Ga apa-apa, Mak, Mas Lutfi juga menerima dengan senang hati, jangan mikir macem-macem ya." Aku tersenyum yakin."Oh, jadi kamu beneran mau pergi, Heti? mau t

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.A

    "Nih, Pak, mereka berdua yang udah hasut Emak buat minta cerai sama Bapak, anak macam apa kalian nyuruh orang tua cerai." Ririn si anak songong itu menunjuk wajah kami.Seketika suasana jadi tegang, Mas Lutfi dan Kang Ruswan berhamburan datang mengerumuni kami di dapur."Ada apa ini, Ris?" tanya Mas Lutfi."Heti! Apa bener anak-anak kamu mau kita pisah?" tanya bapak sambil melotot.Heti adalah nama emakku sedangkan nama bapak tiriku yang nyebelin itu Rusdi.Tangan emak dingin dan bergetar, wajahnya menunduk dalam. Lalu kugenggam erat tangan keriput itu dan kuelus punggungnya untuk menenangkan."Jawab, Heti!" tegas bapak dengan mimik wajah menyeramkan.Lelaki tua itu membanting kopiah yang ada di kepalanya ke lantai hingga tubuh emak terguncang ketakutan."Iya," jawabku dengan wajah menantang."Saya ga nanya kamu!" Bapak menunjuk wajahku."Cukup ya selama ini Emakku disiksa batinnya sama kamu! Sekarang tolong ceraikan dia dan tinggalkan rumah ini," cetus kakakku memasang tampang bengi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status