Share

Hinaan Mertua yang Tiada Berujung
Hinaan Mertua yang Tiada Berujung
Penulis: Nofriza Rahma

Episode 1/ Talak Istri Kampungan Kamu Itu.

Tidak ada yang tidak ingin sebuah pernikahan itu terus hingga menua bersama, tapi bagaimana tanpa angin tanpa hujan, badai besar akan menerpa rumah tangga bahagia tersebut.

Dibenci oleh mertua hanya karena belum dapat memberikan keturunan dan sebuah kebiasaan yang lebih menyukai memakai daster, membuat Mama Dikta begitu membenci menantunya.

Mama Dikta seperti sedang menunggu seseorang di cafe bintang lima sekarang.

"Aku tidak dapat membiarkan harus memiliki menantu kampungan seperti dia! Apalagi jika harus memiliki cucu dari wanita sampah seperti itu!" gumam kesal Mama Dikta pada Rahayu.

"Kamu harus ingat Dikta, Mama tidak pernah bercanda akan semua ucapan yang sudah Mama ucapkan. Jika kamu masih bersikeras untuk mempertahankan pernikahan kamu dengan gadis kampungan itu, Mama tidak akan pernah tinggal diam sekarang!" 

"Kamu itu pantas bersanding dengan wanita yang cantik, wanita yang sexy. Bukan seperti istri kamu yang kerjaannya hanya menggunakan daster rumahan terus!" kekesalan Mama Dikta semakin bertambah.

"Huhh, Mama akan buat kamu meninggalkan istri kamu yang kampungan itu!" ujar Mama Dikta tersenyum licik ketika ada seorang wanita super cantik masuk ke dalam kafe.

"Maaf, Yah Tan. Biasa jalanan disini macet banget, nih rambut aku sampai rusak lagi!" kata wanita tersebut sembari cipika-cipiki dengan Mama Dikta.

"Sans aja Sayang, gak apa-apa kok. Kamu suka menu ini kan?" tanya Mama Dikta dengan begitu akrab.

"Iya, Tan. Suka banget," balas wanita muda tersebut.

"Memangnya Tante mau membicarakan hal penting apa sama aku?" tanya wanita tersebut.

"Kamu sudah lihat foto yang Tante kirim tadi siang?" tanya Mama Dikta.

"Oh, foto pria tampan itu. Sudah lihat Tan," jawab wanita tersebut.

"Hmmm, itu anak Tante. Gimana?" ujar Mama Dikta ingin menjodohkan wanita pilihannya untuk Dikta.

"Itu anak Tante?!" 

"Sumpah, dia tampan banget Tan. Pasti banyak yang naksir sama anak Tante," kata wanita tersebut.

"Emang sih tampan, tapi sayangnya anak Tante itu salah pilih pasangan. Masa iya cari pasangan yang hanya pakai dasteran terus di rumah? Gak seperti kamu, yang cantik banget. Kamu itu yang seharusnya jadi menantu Tante bukan wanita kampungan tersebut!" ujar Mama Dikta.

"So, Tante maunya gimana? Aku sih mau banget sama anak Tante yang tampan itu," ucap wanita tersebut.

"Kamu mau gak nolong Tante untuk memisahkan mereka berdua? Tante maunya kamu yang jadi istri anak Tante, bukan wanita kampungan itu. Gimana?" tanya Mama Dikta.

'Rencana bagus nih, jika aku bisa mendapatkan anak Tante ini. Aku tidak akan kehabisan kekayaan,' pikir wanita tersebut.

"Hmmm, mau Tan. Lagian aku juga udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama anak Tante yang tampan itu. Tenang aja Tan, untuk masalah itu Tante bisa serahkan semuanya pada aku," ucap setuju wanita tersebut untuk menjadi perusak di rumah tangga Dikta dan Rahayu.

"Okay, jika begitu kamu besok pagi langsung aja ke kantor anak Tante. Nanti Tante Sherlock lokasinya," ucap Mama Dikta.

"Baik, Tan. Semuanya pasti akan berjalan dengan mulus," kata wanita tersebut seakan sudah merencanakan sesuatu.

Ini adalah awal dimana permasalahan dalam pernikahan mulai diuji. 

Mama Dikta sedang bertamu ke kediaman Dikta yang begitu megah bak istana. 

Dikta tahu hal yang akan dibicarakan oleh mamanya sekarang.

Ekspresi wajah Dikta begitu kesal dan sangat tidak suka dengan pembicaraan dari mamanya sendiri.

"Istri kamu dimana?" tanya Mama.

"Lagi di dapur Ma," balas Dikta.

"Istri kamu kerjaannya hanya di dapur aja yah! Emang sih lebih cocok jadi pembantu," kata Mama.

"Mama! Bisa gak sih Mama tidak harus membahas hal itu lagi?!" ujar Dikta mengepalkan tangannya.

"Kamu bagaimana Dikta! Ini itu sudah pernikahan kamu yang kedelapan tahunnya, dan kamu belum juga dikaruniai keturunan dari gadis kampung tersebut. Kamu itu butuh seorang pewaris Dikta!" ucap Mama Dikta yang juga ikut emosi dengan sikap dari putranya yang masih membela Rahayu.

"Tapi, Ma. Ini semua butuh proses, dan Dikta bersama Rahayu sedang berusaha agar kami berdua mendapatkan keturunan. Jadi Dikta mohon Mama tidak membicarakan ini lagi, terutama jika ada Rahayu. Mama harus bersabar," pinta Dikta.

"Mau bersabar?! Hingga kapan?! Hingga Mama mati duluan?!" ucap Mama Dikta yang mulai emosi.

"Mama ini butuh cucu dari kamu, dan istri kampungan kamu itu tidak bisa memberikan Mama seorang cucu. Apa yang harus kamu pertahanan lagi di pernikahan ini?!" ujar Mama Dikta.

Dikta benar-benar tidak percaya dengan ucapan yang disampaikan oleh mamanya sendiri.

"Maksud Mama apa? Dikta mencintai Rahayu sangat tulus, tidak mungkin itu semua akan terjadi!" kata Dikta masih bersikeras dengan pendiriannya.

"Kamu itu sudah dibutakan oleh cinta gadis desa itu! Hingga kamu berani berkata kasar pada Mama seperti ini, Mama benar-benar tidak percaya jika kamu lebih memilih gadis desa tersebut dibandingkan Mama!" ujar Mama Dikta.

Dikta hanya terdiam, dirinya tidak bisa memilih antara Rahayu atau mamanya sekarang.

"Mama tidak mau tahu, jika dalam beberapa bulan ini istri kampungan kamu itu masih belum hamil juga. Mama minta kamu ceraikan istri kamu secepatnya!" ujar Mama Dikta.

Plakk 

Gelas pun berserakan di lantai rumah mewah tersebut.

"Rahayu?!" ujar Dikta yang melihat istrinya hanya terdiam mematung di tempat pecahan gelas tersebut.

Rahayu?" ucap Dikta melangkah dengan gusar ke arah Rahayu yang hanya terdiam.

Rahayu hanya terdiam dengan tatapan kosong, air matanya mulai berkaca-kaca.

"Sayang, jangan dengarkan ucapan Mama. Mama hanya salah ngomong saja," Dikta berusaha untuk menghibur istrinya.

Dikta paham pasti Rahayu tidak sengaja mendengar ucapan dirinya dan mamanya.

Rahayu berusaha tersenyum walaupun hatinya begitu tersakiti. Mau bagaimanapun dirinya juga hanya wanita biasa, terlalu sensitif untuk banyak hal. 

Rahayu menatap suaminya dan berucap.

"Maaf, Mas. Rahayu tidak sengaja memecahkan gelas ini," 

"Rahayu akan bersihkan pecahan kaca ini," ucap Rahayu segera menjongkok dan mengumpulkan pecahan gelas yang sudah hancur berkeping-keping seperti hal yang sedang dirinya rasakan.

Ucapan mertua memang begitu sakit jika sudah membahas keturunan.

Mama Dikta tanpa rasa bersalah melangkah mendekat ke arah mereka berdua.

"Masa iya hanya membawa itu aja sampai teledor seperti ini sih! Gak teliti banget jadi istri!" ucap Mama Dikta.

"Memang kamu itu gak cocok jadi istri dari anak saya, kamu ini lebih cocok nya jadi pembantu saja!" kata Mama Dikta tanpa memikirkan perasaan Rahayu.

Rahayu hanya terdiam, air matanya seakan tidak bisa ia tahan lagi.

"Maaf Ma," ucap Rahayu masih mengumpulkan pecahan gelas yang sudah hancur berkeping-keping tanpa berani menatap wajah mertuanya sendiri.

Dikta bangkit dan mendekat pada Mamanya.

"Mama sudah mau pulang kan? Mari Dikta antar ke depan," kata Dikta yang tidak ingin membuat hati istrinya kembali tersakiti dengan ucapan menyakitkan dari mamanya sendiri.

"Kamu usir Mama! Kamu lebih memilih istri kamu yang tidak berguna ini dibanding Mama yang sudah melahirkan dan membesarkan kamu! Mama benar-benar kecewa dengan kamu!" kata Mama Dikta dengan suara yang meninggi.

"Heii! Wanita kampungan!"

"Kamu lihat sendiri! Anak saya durhaka karena kamu!" kata Mama Dikta ingin menampar pipi Rahayu.

"Sudah cukup Ma! Ini benar-benar sudah terlalu kelewatan!" kata Dikta yang mencegah tangan Mamanya.

"Mama tidak menyangka jika kamu akan seperti ini dengan Mama," ucap Mama Dikta dengan berpura-pura meneteskan air matanya.

Dikta memang lemah terhadap air mata mamanya sendiri.

"Bukan begitu maksud Dikta, Ma. Tapi …" kata Dikta terpotong.

"Sudah! Kamu memang sudah tidak lagi menyayangi Mama! Semenjak kamu menikah dengan wanita kampungan ini, kamu sudah berubah Dikta, bukan Dikta yang Mama kenal lagi!" ucap Mama melangkah keluar dari rumah megah tersebut dengan memberikan air mata bohongan.

'Kamu pasti akan mengejar Mama, Dikta. Mama tahu kelemahan kamu!' batin Mama Dikta dengan tersenyum penuh kemenangan.

'Mau bagaimanapun, kamu harus ceraikan istri kamu yang kampungan itu!'                    

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tyarasani
pengen karungin mertuanya terus buang ke laut, boleh nggak thor? kesel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status