Share

Episode 2/ Rencana Jahat Mama.

Dikta mengepalkan tangannya.

"Huhhhhh," Dikta menghela nafas.

"Maafkan Mama, Sayang. Maafkan semua ucapan Mama," kata Dikta menatap Rahayu.

"Rahayu tidak pernah dendam dengan Mama, Mas. Rahayu tahu jika Mama begitu mendambakan seorang cucu," balas Rahayu.

Dikta tersenyum walaupun hatinya tahu bahwa Rahayu pasti sudah begitu terluka oleh ucapan Mamanya.

"Lebih baik kamu kejar Mama, Mas. Pasti Mama masih ada di luar sekarang," saran Rahayu.

"Mengejar Mama! Tidak perlu!" kata Dikta.

"Mas, itu Mama kandung kamu. Seorang ibu yang sudah melahirkan kamu dan merawat kamu hingga seperti ini, mau bagaimanapun, se kesal apapun kamu dengan Mama. Itu tetap Mama kamu, seorang wanita yang harus kamu hormati," ucap Rahayu.

"Tapi, Sayang!" Dikta yang begitu kesal dengan Mamanya.

"Mas," ucap Rahayu dengan lembut dan memegang kedua pipi Dikta.

"Kamu menyayangi aku kan?" tanya Rahayu.

Dikta memberikan anggukan kepala.

"Aku ingin kamu kejar Mama dan meminta maaf pada Mama," kata Rahayu.

Rasa kesal Dikta akhirnya menurun.

"Kamu memang obat penenang aku, Sayang. Aku berjanji, aku tidak akan menceraikan kamu. Apapun alasannya," ucap Dikta mengecup kening Rahayu.

Dikta melihat Mamanya memang masih berdiri di teras rumah.

"Jika bukan Rahayu yang meminta, aku tidak akan pernah ingin menemui Mama lagi! Seharusnya Mama beruntung memiliki menantu yang memiliki hati seperti malaikat, bukan seperti ini!" gumam Dikta melangkah ke teras rumah.

'Itu pasti Dikta,' pikir Mama dengan tersenyum licik.

'Kamu memang terlalu lemah dengan air mata ini!' batin Mamanya dengan penuh kemenangan licik.

"Maaf, Ma. Dikta tidak bermaksud berkata kasar pada Mama," kata Dikta.

'Huh, akhirnya kamu masuk perangkap Mama juga!' batin Mama.

"Kenapa kamu kesini! Seharusnya kamu biarkan saja Mama!" ucap Mama.

"Huhhhhh," Dikta menghela nafas.

"Biar Dikta antar Mama pulang," saran Dikta.

"Tidak perlu, Mama bisa pulang sendiri!" tolak Mama.

"Mama, Dikta ingin minta maaf dengan tulus pada Mama. Izinkan Dikta mengantarkan Mama pulang malam ini," pinta Dikta.

'Sudah ku duga, pasti rencana ini akan berjalan dengan baik. Aku harus meminta Carina untuk datang ke rumah malam ini,' gumam Mama.

"Mama maafkan kamu, kamu ini anak Mama satu-satunya. Tapi, jangan buat Mama sedih karena sikap kamu," pinta Mama.

"Iya Ma," balas Dikta.

Ketika Dikta mengantarkan pulang Mamanya, Rahayu sudah berada di dapur rumah mewah tersebut. Perlahan air mata Rahayu jatuh membasahi pipinya.

Dengan berusaha untuk menahan rasa sakit yang ia alami, Rahayu berusaha untuk bungkam.

'Apa salah aku ini semua? Apa ini salah aku oh Tuhan?!' 

'Wanita mana yang tidak ingin memiliki seorang malaikat kecil? Apa ini semua salah aku?! Apa ini ….' batin Rahayu berusaha untuk tegar.

Isakan tangis Rahayu semakin keras, Mbok Mina yang kebetulan sedang lewat di dapur. Tidak sengaja melihat Rahayu menangis terisak.

"Ya ampun, Nyonya. Ada apa? Kenapa Nyonya menangis?" tanya Mbok Mina yang mendekat dengan memberikan beberapa lembar tisu.

"Eh, Mbok. Nggak apa-apa, cuman kelilipan doang. Mbok ngapain?" tanya Rahayu menghapus air matanya yang sudah terlanjur meneteskan rasa sakit yang begitu pedih untuk diingat.

"Ini pasti karena Bu Bos yah?" tanya Mbok Mina pada Rahayu.

Mbok Mina adalah saksi bisu akan kekejaman yang dilakukan oleh mertua Rahayu. Selama Dikta tidak berada di rumah, maka selama itulah Rahayu harus mendapatkan banyaknya penderitaan. 

Dianggap seperti seorang pembantu yang paling hina, membuat Rahayu benar-benar tersiksa.

Penderitaan Rahayu semakin terasa jika Dikta ada dinas keluar kota selama berminggu-minggu, selama itulah mama mertuanya akan memperlakukan Rahayu tidak lain seperti seorang wanita suruhan.

Mbok Mina selalu ingin mengatakan perbuatan kejam dari Bu Bos pada Tuan Dikta, tapi Rahayu selalu mencegah. Rahayu selalu mengatakan hal yang sama pada Mbok Mina.

Rahayu hanya tidak ingin hubungan ibu dan anak itu bermasalah hanya karena dirinya.

Rahayu berusaha tegar dan tersenyum.

"Tidak, Mbok. Mata Rahayu cuman kelilipan aja," ucap Rahayu.

"Mbok Mina belum istirahat?" tanya Rahayu.

"Belum, Nyonya. Mbok Mina masih mau cuci piring," jawab Mbok Mina.

"Biar Rahayu aja Mbok, Mbok Mina bisa istirahat sekarang. Mbok Mina pasti capek seharian kerja," saran dari Rahayu.

"Tapi, Nyonya. Ini kan tugas Mbok," kata mbok Mina.

"Tidak apa-apa, Mbok. Rahayu belum ngantuk soalnya," ucap Rahayu.

"Baik, jika begitu Nyonya. Ada yang perlu Mbok bantu sekarang?" tanya Mbok Mina yang sudah bekerja hampir tujuh tahun lamanya. 

"Sekarang tidak ada Mbok, Mbok bisa istirahat aja sekarang. Jika nanti ada yang saya butuhkan, saya pasti akan meminta bantuan dari Mbok yah. Mbok lebih baik istirahat saja sekarang," jawab Rahayu.

"Baik, Nyonya. Mbok beruntung banget bisa bekerja dengan Nyonya yang begitu baik dan memperlakukan Mbok seperti keluarga sendiri," 

"Terima kasih, Nyonya. Mbok benar-benar beruntung," ucap Mbok dengan tersenyum.

"Iya, sama-sama Mbok. Semoga Mbok betah untuk bekerja disini yah," Rahayu tersenyum dan kembali melangkah untuk mengambil beberapa piring kotor di atas meja.

Selepas peninggalan Rahayu, Mbok Mina kembali ke kamarnya yang terletak tidak terlalu jauh dari dapur rumah mewah tersebut.

Kamar Mbok Mina begitu berbeda dari kamar pembantu pada umumnya, kamar Mbok Mina memang jauh lebih layak, semua peralatan yang berada di kamar Mbok Mina semuanya baru dan itu semua adalah pemberian dari Rahayu. 

"Betapa beruntungnya Tuan Dikta mendapatkan istri sebaik Nyonya Rahayu, sudah cantik, baik, tidak pernah berkata kasar sedikitpun pada orang lain. Hanya satu kemalangan yang harus diterima oleh Nyonya Rahayu," Mbok Mina langsung memberikan ekspresi wajah sedih jika harus mengingat penderitaan yang harus dialami oleh Nyonya Rahayu selama Tuan Dikta tidak berada di rumah.

"Sayangnya Nyonya Rahayu harus berhadapan dengan mama mertuanya yang begitu kejam," pikir Mbok Mina menatap sebuah foto pernikahan antara Rahayu dan Dikta, dan di foto pernikahan tersebut ada Mbok Mina yang menjadi saksi perjuangan Rahayu dan Dikta untuk bisa berada seperti sekarang.

"Sungguh malang nasib Kamu Nyonya Rahayu, memiliki mertua yang kejam nya lebih dari iblis. Padahal jika tidak ada Nyonya, Tuan Dikta juga tidak akan memiliki semua kekayaan seperti ini. Seharusnya Tuan Dikta tahu tindakan mama nya sendiri," 

"Tapi, kenapa? Kenapa Nyonya tidak memperbolehkan aku untuk mengatakan yang sebenarnya? Kenapa Nyonya mau menerima penderitaan itu semua?" 

"Nyonya memang memiliki hati sebaik malaikat, malaikat yang dikirimkan untuk Tuan Dikta. Sudah tujuh tahun berlalu, dan saya berharap semoga pernikahan Tuan Dikta dan Nyonya bisa awet hingga masa tua," 

"Sekalipun pernikahan Nyonya dan Tuan Dikta belum dikaruniai seorang anak, saya berdoa semoga Tuan Dikta dapat bertahan dengan Nyonya. Dan akan terus mencintai Nyonya apapun yang terjadi di masa depan," gumam Mbok Mina menatap pada foto pernikahan tersebut dengan linangan air mata yang mulai menetes secara perlahan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status