"Morning, Babe."
Ashley Wilson merasakan sebuah tangan besar merangkul pinggangnya membuatnya tertinggal dengan kedua temannya yang sudah berjalan di depannya, dan ia mendengar sapaan menggelikan itu tadi di telinga kanannya sampai membuat bulu-bulu halus di lengannya langsung berdiri karena suara asing itu, ia membalikan tubuhnya lalu tangan besar itu menariknya lebih dekat sehingga ia berhadapan dengan dada seorang pria yang membuatnya langsung mengandahkan kepalanya untuk melihat wajah pemilik tubuh tersebut membalasnya dengan senyuman hangat.
"Bagaimana pagimu, Honey?"
Sebutan apa lagi itu?
Babe?
Honey?
Dasar pria gila!
Pria asing itu sekarang mencium bibirnya!
Sekali lagi, mencium bibirnya!
Dasar pria mesum!!!
Perbuatan pria itu sangat gila, Ashley melepaskan paksa ciuman itu lalu secara spontan berteriak juga mendorong tubuh pria itu menjauh darinya tapi pelukan pria tersebut padanya semakin erat di tubuhnya sehingga tubuh mereka menyentuh satu sama lain yang membuat jantungnya berdebar karena berhadapan dengan pria sedekat ini, ini adalah debaran karena ia terkejut dengan perlakuan pria itu padanya.
Pria asing tersebut lalu meletakan telapak tangannya tepat di mulutnya dan mendekatkan kepalanya ke telinga kirinya untuk meminta padanya tidak berbicara apapun dengan bisikan tepat di depan telingannya.
"Jangan berteriak atau kau akan menyesal!" Ancamnya dengan nada lembut, "Aku hanya ingin sesuatu darimu Ashley Wilson."
Ashley tidak peduli, ia masih mencoba untuk melepaskan pelukan pria itu darinya. Meminta bantuan apa sampai harus menciumnya di depan banyak orang bahkan di depan kedua teman baiknya yang hanya diam melihat kearah mereka berdua tanpa tau apa yang di pikiran mereka sekarang ini setelah melihatnya berciuman dengan pria asing.
Padahal mereka baru saja memulai semester baru setelah musim panas tapi belum apa-apa Ashley sudah bertemu dengan pria gila ini. Tadi ia baru saja berjalan sama kedua temannya, Linda dan Jane. Mereka sedang berjalan bersama di halaman kampus membicaraan liburan musim panas mereka yang bagi Ashley membosankan.
Linda membicarakan tentang kekasihnya, mereka berlibur bersama lalu mengunjungi nenek kekasihnya itu di Mexico dan dia mengeluh karena menurutnya ia terlalu cepat di perkenalkan ke keluarga kekasihnya itu, tapi ia tidak bisa menolaknya padahal mereka sudah berkencan hampir satu tahun. Jane hanya membicarakan tentang pekerjaan paruh waktunya di perpustakaan dan restaurant, ia mendapatkan banyak bonus karena bersedia mengambil shift malam lalu karena ini musim liburan juga, jadi Jane sangat menikmati liburannya.
Mereka sudah berteman lebih dari dua tahun, sejak mereka tinggal di asrama tapi sayangnya Ashley tidak lama tinggal disana sampai ia kembali ke rumahnya. Linda adalah orang pertama yang ia temui ketika pertama kali masuk kamps ini, wanita berambut pirang sedikit kecoklatan itu sangat cantik dan cukup populer di jurusannya, dia juga memiliki kepribadian ceria dan menarik sehingga ia memiliki banyak teman. Linda adalah mahasiswi jurusan seni. Sedangkan Jane sendiri memiliki kepribadian hampir sama dengannya, wanita itu tidak mudah berbaur dan hanya bergaul dengan teman- yang cocok baginya saja. Jane memiliki rambut pendek berwarna hitam dan berkaca mata bulat yang lebih sering ia pakai saat kuliah saja, tapi penampilannya sangat modern dan ia juga cantik. Jane memiliki daya tarik sendiri lewat gaya bicaranya dan kecerdasanya, dia adalah mahasiswi jurusan sains yang sangat cocok dengannya.
Mendengar itu semua membuat Ashley iri, tidak banyak yang ia lakukan selain melakukan pekerjaan paruh waktu juga tapi itu biasa saja bukan sesuatu yang bisa ia nikmati seperti pekerjaan malamnya. Ah, pekerjaan malamnya itu.
Pria tersebut lalu kembali melihat wajahnya sambil tersenyum manis dan mengelus pelan rambut Ashley lalu kali ini dia kembali berbisik di telinga kiri wanita itu sementara Ashley sendiri melihat waspada kepadanya.
"Aku tau rahasiamu sayang, kamu bekerja di klub malam sebagai wanita penghibur-kan? Kamu pasti suka menuangkan minuman pada tamu-tamu vip itu."
Dugaannya benar. Ashley sudah menebak bahwa pria ini mengetahuinya tapi agaimana bisa pria di depannya ini mengatakan kata-kata itu sembari tersenyum padanya, tapi Ashley tidak bisa berkutik mendengar itu. Tubuhnya menegang, dan pikirannya kosong karena salah satu rahasianya terbongkar.
Sebenarnya siapakah pria ini?
Ashley merasa asing tapi semakin ia melihatnya ia merasa setidaknya sekali mereka pernah bertemu, tapi tidak tau kapan dan bagaimana. Itu tidak penting sekarang, ia harus bertanya tentang apa yang pria itu inginkan darinya.
"Aku harus membantumu apa?"
Hidupnya selama ini sangat datar dan hampa, semua orang mengenalnya sebagai gadis penurut. Ashley hanya terus melakukan apa yang dikatakan Ayahnya, ia tidak mengenal banyak orang karena sebelumnya ia bersekolah di rumah bahkan bagi kedua teman baiknya itu ia hanya seorang gadis polos tapi perlahan hidupnya mulai berwarna setelah ia bertemu teman-temannya dan bertemu banyak orang lainnya sehingga ia merasa bahwa kehadirannya itu ada, mereka mengakui.
Ia tidak mau kehilangan kehidupannya sekarang karena salah satu rahasianya terbongkar. Ashley tidak siap jika harus kehilangan teman-temannya karena kebohongannya itu yang memang sudah ia lakukan lama sebelum bertemu mereka.
Pria itu tersenyum lalu melihat pada kedua teman Ashley- Linda dan Jane yang berada di depan sana.
"Kalian adalah sahabat Ashley kan? Linda...dan Jane?" Kata pria itu menunjuk pada Linda dan Jane bergantian secara benar.
Mereka berdua mengangguk secara bersamaan. Linda langsung memanggil nama pria itu yang tentu saja ia mengenalnya jelas.
"Evan Louis Johnson, aku tau. Jadi, Kamu....dan Ashley?"
Evan merangkul bahu Ashley, tersenyum lebar pada wanita itu lalu melihat kembali kepada dua teman Ashley disana, juga orang-orang di sekitar mereka.
"Kami sepasang kekasih."
Pengakuan pria yang ternyata bernama Evan itu membuat Ashley tersadar dari lamunannya, ia tidak percaya dengan perkataan Evan dan langsung mengetahui bahwa ini adalah yang diinginkan Evan, menjadi kekasih palsu bagi Evan tapi mengapa dirinya?
Ashley masih tidak mengerti dengan ancaman Evan lalu menjadikannya kekasih palsu pria itu di hadapan semua orang, sebanyak ini. Matanya melihat ke sekitar, banyak orang yang berhenti melihat padanya dan Evan.
Linda dan Jane, kedua temannya itu bahkan melihat padanya sambil membuat ekspresi yang ia sendiri tidak tau, mereka tersenyum lebar lalu mencoba mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui tapi jelas ada yang salah disini.
Lalu, Evan kembali menciumnya. Kali ini, mencium puncak kepalanya lalu bibirnya kembali. Ashley mendorong tubuh Evan menjauh ketika pria itu tengah lengah.
"Kau gila, brengsek!"
Entah mengapa cuaca terasa panas hari ini, lebih panas dari kemarin. Ashley juga merasa sangat lelah, dan terus minum. Hari ini sangat menguras energi ya padahal baru setengah hari, dan ia bersyukur karena sudah tidak ada lagi orang-orang yang membicarakannya.Mungkin masih ada, tapi tidak di depannya langsung seperti tadi pagi. Semuanya kembali normal walaupun sesekali ada beberapa orang yang masih melihatnya aneh.Ashley melihat penampilannya sendiri sebelum keluar kelas, ia berpikir memang harus sedikit mengganggati gaya pakaiannya agar terlihat pantas dengan Evan.Apa?! Tunggu, apa yang ia pikirkan tadi? Pantas? Hah siapa juga yang peduli dengan hubungan palsu ini.Setelah kelas berakhir, tepat di depan pintu kelas, Linda langsung menarik Ashley kedalam toilet yang tidak jauh dari sana, diikuti Jane sambil menenteng beberapa paperbag ditangannya, mereka berdua bahkan membuat toilet perempuan tersebut kosong dengan menaruh tanda rusak di depan agar tidak ada seorang pun masuk kedal
"Bagaimana kau bisa tau tempat tinggal ku?" "Aku tau segala tentangmu babe," Ashley berjalan ragu kearah Evan, dia takut jika Ayahnya di dalam rumah mengetahui ia pergi bersama pria. Mungkin, beliau mungkin tidak peduli tapi Ashley ia peduli dan ia tidak tau bagaimana reaksi Ibu tirinya jika ia bersama Evan yang kemungkinan mereka mengenal siapa itu Evan. Tidak seperti kemarin, ternyata gadis ini masuk kedalam mobilnya tanpa penolakan bahkan meminta Evan untuk cepat masuk kedalam mobil. Evan sempat bingung tapi ia melakukan yang Ashley minta. "Kamu...tampak berbeda?" "Apa?" Ashley tidak tau dia memangnya ada apa dengannya. Ia merasa tetap sama saja, hanya suasana hatinya yang buruk karena pria itu Evan melajukan mobilnya dan kembali bertanya"Kamu tampak berbeda dari kemarin, kau masuk kedalam mobilku begitu saja." "Aku hanya takut Ayahku melihatnya," Ashley menjawab dengan jujur karena ia harus memberitahu Evan tentang ini agar pria itu tidak berani menjemputnya, "Kau tidak bo
"Tentu, aku sangat menunggumu kedatanganmu. Aku selalu menunggumu,"Tanpa ragu Evan membalasnya, bagaimanapun ia akan selalu menungggu Katherine. Entah berapa lama wanita itu menjauh, ia akan selalu menunggunya sampai Katherine bisa terbebas dari suaminya.Katherine adalah temannya sekolahnya saat sekolah dasar, mereka tidak satu kelas. Katherine lebih tua tiga tahun dari Evan, sejak saat itu Evan sudah mengagumi Katherine yang memiliki senyuman cantik dan sikapnya yang dewasa.Mereka lalu sering bertemu di berbagai acara amal atau acara lainnya, tapi saat itu Katherine hanya melihatnya sebagai adik kecil dan Katherine juga selalu memiliki pasangan. Mereka menjalani hidup masing-masing yang sejujurnya masa remaja Evan itu buruk. Sampai, Kathrine melihatnya lalu mereka menjalin hubungan tapi tiba-tiba saja Kathrine di jodohkan lalu menikah dengan pria.Kathrine berkata dia tidak ada pilihan, lagipula ini karena hubungannya dan Evan yang di ketahui oleh keluarga mereka berdua. Mereka ti
Bibir Evan sudah menempel sebelum Ashley sempat menolaknya.Sial, batin Ashley.Ia seharusnya mendorong pria ini dan menamparnya keras karena ia tidak menginginkan ciuman tersebut namun itu semua hilang ketika Evan mulai memainkan bibirnya dengan lihai sampai dia merasa menginginkan ciuman ini, terbuai oleh permainan awal Evan, dia mulai membuka mulutnya yang langsung disambut penuh nafsu oleh Evan....Ashley lebih memilih pulang ke rumah keluarganya dibandingkan masuk kedalam kelas, dia tidak akan bisa berkonsentrasi di dalam kelas jadi dia lebih memilih pulang setelah Evan mengantarnya kembali ke universitas mereka,dia lebih memilih berbalik kembali ke jalanan lalu memanggil taksi untuk mengantarnya pulang.Seperti biasa, rumah besar ini selalu sepi setiap waktunya, selain dirinya hanya ada beberapa pekerja yang berada di sini. Ashley bahkan tidak ingat kapan rumah ini penuh kehangatan keluarga, mungkin sebelum Ibunya meninggal. Itu sudah lama.Dia disambut oleh Betty, pelayan ba
Ashley diam mendengarkan apa yang Evan katakan lewat panggilan telpon, dia ingin sekali menurunkan ponselnya dari telinga kanannya lalu melupakan apa yang baru Evan katakan. Evan bertanya keberadaannya dan ingin Ashley makan bersamanya."Aku sedang berada di luar bersama teman-temanku." Tolak Ashley datar, ia melihat pada Jane dan Linda di dalam restaurant."Tapi bukan berarti kau tidak memiliki waktu setelahnya-kan? Aku tau jadwalmu, jadi setelah kau makan siang temui aku di depan taman, okay?"Ashley tidak bisa bersuara lagi saat Evan tiba-tiba menutup panggilan tersebut, ia bahkan belum bertanya taman bagian mana yang di maksud Evan. Wilayah kampus mereka ini sangat luas dan di kelilingi oleh taman di setiap sudutnya. Sialan Evan.Dengan lesu seolah energinya sudah habis hari ini, Ashley kembali ke dalam restaurant yang bertepatan dengan makanan mereka yang datang telat. Ini jam makan siang jadi banyak yang memesan di waktu bersamaan. Jane mengangkat tangannya, meminta padanya untu
Ashley benar-benar tidak nyaman dengan pandangan beberapa wanita di sana yang mengarah padanya, sehingga dia harus membawa Linda dan Jane keluar dari lingkungan kampus mereka, lalu membawa mereka ke restaurant cepat saji sekaligus makan siang untuk menceritakan apa yang terjadi. Linda terus mengucapkan rasa tidak percayanya karena Ashley berkencan dengan seorang Evan yang disebutnya sebagai pria nomor satu di kampus mereka. Jane juga menunjukan reaksi yang sama namun dia menanggapinya dengan tenang dan bersabar menunggu cerita langsung dari Ashley sendiri, ia tidak mau menyimpulkan sendiri.Yang pertama Ashley lakukan adalah meminta maaf karena tidak memberi tahu mereka tentang hubungan ini, karena ini terjadi begitu saja lalu ia juga khawatir ada yang mengetahui hubungan mereka, bukannya ia tidak mempercayai kedua sahabatnya itu tetapi dia dengan Evan memilih untuk merahasiakan hubungan mereka lebih dulu selagi mereka masih dalam tahap mengenal juga. Sesuai cerita karangan Evan, As