LOGIN"Kau gila! Brengsek!"
Ashley tidak ingat kapan terakhir kali ia mengumpat, ini pertama kalinya sejak bertahun-tahun dia mengumpat seperti tadi terlebih pada orang asing. Ia tidak tau, rasanya ia ingin mengumpat dan Linda juga Jane yang mendengarnya langsung terkejut.
Semua ini menjengkelkan, Ashley berbalik pergi sambil memegang tas di bahunya erat karena ia tidak ingin masuk kelas dalam keadaan seperti ini. Evan mencoba tenang, ia masih tersenyum lalu melihat pada kedua teman Ashley.
"Kita bertengkar kemarin, dan teman kalian ini tidak mau menemuiku jadi...ya, sampai jumpa!"
Evan merangkul bahu Ashley kembali dari belakang sembari membisikan lagi agar Ashley menurut padanya.
"Ikuti aku, atau kau menyesal nanti."
Ashley mengikuti pria bernama Evan tersebut yang kini merangkul pinggangnya erat, ia tidak tau kemana pria itu membawanya dan ia juga tidak mengeluarkan sepatah katapun karena takut dengan ancaman Evan padanya. Matanya melihat sekeliling dimana orang-orang sekitarnya terlebih para wanita melihat kearah mereka lalu berbisik yang membuat Ashley sendiri merasa sangat tidak nyaman karena ia tidak pernah mendapatkan perhatian seperti itu di kampusnya yang saat ini membuatnya merasa malu, juga kesal dan ingin melarikan diri dari situasi gila ini.
Evan membawanya ke dalam sebuah kelas kosong yang berada di bangunan paling belakang salah satu gedung universitas mereka, ini masih terlalu pagi jadi masih banyak kelas yang kosong dan orang-orang pun belum sebanyak biasanya.
Setibanya di dalam sana, Ashley segera melepaskan paksa tangan Evan yang saat berjalan tadi merangkul pada pinggangnya sehingga rangkulan tersebut lepas.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan?!" Tanya Ashley sambil beriaknya keras sehingga menggema di seluruh kelas kosong ini, "Apa yang inginkan dariku, siapa kamu?"
Evan tersenyum miring yang lebih mirip sebuah smirk. "Bukankah temanmu sudah mengatakan namaku, aku Evan Louis Joh..."
"Bukan namamu tapi...apa yang kau perbuat padaku?" Tanya Ashley kembali dengan raut wajah yang terlihat kesal, "Kenapa tiba-tiba kau mengancamku seperti tadi, Evan! Kita bahkan tidak saling mengenal!"
"Kau terlihat sangat ketakutan Ashley, aku lihat kamu memang takut rahasia mu terbongkar-kan?"
Ya. Ashley takut rahasianya terbongkar. Mungkin saja rahasianya itu adalah biasa bagi yang lain, tapi jika teman-temannya mengetahuinya maka itu akan buruk terlebih jika keluarganya mengetahui itu. Mereka pasti berpikir bahwa dirinya adalah gadis bermuka dua.
"Bagaimana kamu mengetahuinya?"
"Tentu. Kau, Ashley Wilson adalah..."
Evan memajukan wajahnya dan berbisik di telinga kanannya membuatnya seketika meremang sedangkan Evan tersenyum simpul sembari melipat tangannya.
"Kau wanita malam,"
Wanita malam. Ashley membantah apa yang baru di sebutkan Evan dia yakin bahwa dirinya bukanlah wanita malam seperti yang disebutkan Evan tadi.
"Aku mempunyai bukti, Honey. Apa kamu pikir aku mengancammu tanpa bukti?"
Evan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana jeans yang di kenakannya sekarang, lalu ia menyentuhnya beberapa kali ponselnya tersebut menggunakan jemarinya sampai ia memperlihatkan sebuah foto pada Ashley pada layar ponselnya.
Sebuah foto itu yang memperlihatkan dirinya bersama dua pria di dalam sebuah ruangan dengan salah seorang pria yang merangkulnya. Ashley diam lebih dulu karena tidak percaya bahwa Evan sungguh memeliki fotonya, foto itu sudah cukup menghancurkannya, tidak peduli penjelasan apa yang akan di katakannya, orang-orang pasti akan lebih percaya omongan Evan.
"Okay. Apa yang kau inginkan?" Putusnya. "Apa yang kau inginkan Mr. Johnson?!" Ulangnya tegas, kali ini ia melihat Evan tanpa pandangan takut.
"Kau hanya perlu berpura-pura menjadi kekasihku saja."
"Apa? Kenapa aku?" Tanya Ashley bersuara rendah karena mereka bahkan tidak saling mengenal sebelumnya, menjadikan wanita asing sebagai kekasih palsunya walaupun ada ancaman tapi itu beresiko.
Evan menyandarkan punggungnya di dinding belakangnya itu. "Apa aku harus berkata jujur?"
"Tentu, Itu akan jauh lebih baik." "Karena hanya kau gadis yang bisa melakukannya, aku tau kau gadis yang tangguh seperti yang kulihat di klub malam kemarin lusa dan kau sangat menarik Nona Wilson, seolah kau memiliki dua kepribadian ganda." Ujarnya memberitahu Ashley, "Kau gadis lugu di kampus dan kau berubah menjadi wanita liar di klub malam itu. Kamu terbiasa berakting, jadi mengapa tidak?"
Kepribadian ganda, wanita liar. Jadi seperti itu pendapat Evan yang merupakan orang asing terhadapnya, dirinya sekarang ini memang berbeda dengan apa yang pria itu lihat saat di klub malam. Ashley benar-benar takut jika teman-temannya mengetahui itu karena selama ini ia bersikap seperti wanita polos di depan mereka, ia tidak berniat membohongi mereka tapi ia hanya ingin melindungi dirinya sendiri. Katakan ia memang egois.
"Jika aku menolaknya apa yang kau lakukan?"
"Apa itu berarti kau tidak mau menjadi kekasih palsuku?"
"Jawab dulu pertanyaanku Johnson!" Bentak Ashley mulai kesal kembali karena sejujurnya ia sangat takut sekarang, rahasianya sudah diketahui oleh seseorang. "Evan!" Panggilnya kembali setengah berteriak karena Evan tidak kunjung menjawab pertanyaan yang ia tanyakan sebelumnya itu.
Pria itu mengangguk meminta Ashley untuk tenang, dia bersandar pada meja di khussu dosen di depan kelas tersebut dan memasukan kedua tangannya ke saku celana. "Jika kau menolaknya maka aku akan menyebarkan ini pada dua temanmu itu lalu semua orang di sini akan mengetahuinya, menurutmu apa yang terjadi jika mereka mengetahui hal ini Ashley?"
"Aku..setuju," Suara Ashley bergetar. "Aku menerimanya, Evan!"
Tidak ada waktu untuk berpikir kembali, ia sudah sangat takut jika Evan akan menyebarkan foto tersebut lalu rumor mengenai dirinya berkembang buruk di seluruh kampus ini, Jane dan Linda akan menjauhinya lalu bisa saja ia dikeluarkan dari kampusnya ini.
Melihat ketidakyakinan dari Ashley, Evan berjalan mendekati wanita itu dengan mengeluarkan kedua tangannya dari saku celana dan melihat datar pada Ashley. Evan merasa aneh saja sekarang, ia juga tidak bisa menjelaskannya bahwa Ashley di hadapannya sekarang memang sungguh berbeda dengan wanita yang dilihatnya malam itu.
"Aku akan menjadi kekasih bohonganmu, asal kau berjanji tidak akan menyebarkannya!" Lanjut Ashley menegaskan sekali lagi dan memastikan bahwa Evan tidak akan menyebarkan foto itu yang bisa saja berjumlah lebih dari sana.
Ashley yang tidak mendapatkan jawaban dari Evan akan pergi tapi Evan menahan pergelangan tangannya, pria itu mengatakan bahwa ia belum sepenuhnya menjelaskan apa saja yang perlu Ashley lakukan sebagai kekasihnya karena itu tidak akan mudah menjadi kekasih seorang Evan Louis Johnson.
Ashley bahkan tidak mengetahui siapa Evan, dirinya saja baru mengetahuinya Evan beberapa menit lalu. Apakah Evan memang sepopuler itu sampai tadi banyak yang melihat kearah mereka?
Evan mengatakan mereka harus selalu bersama, setidaknya beberapa kali mereka harus pergi kuliah bersama dan pulang bersama, mereka juga harus makan siang bersama untuk menarik perhatian orang lain serta melakukan kegiatan lain yang biasa di lakukan sepasang kekasih.
"Kenapa kamu membutuhkan kekasih bohongan disaat kau benar-benar bisa memiliki kekasih sungguhan?"
"Alasan utamaku karena aku tidak mau wanita yang kucintai tersiksa menjadi kekasihku," Evan menjelaskannya sambil tersenyum tipis. "Sebenarnya aku sudah memiliki wanita tapi aku tidak bisa beritahu pada semua orang, maka dari itu aku membutuhkanmu agar para wanita disini berhenti mengejarku dan menyelamatkanku dari rumor gay. Ah...ada alasan lain juga yaitu aku tidak mau membuat wanitaku itu tidak tenang.”
Evan sudah pasti pria yang populer, tapi dia juga sangat jahat karena menggunakan dirinya untuk melindungi kekasih yang ia cintai. Ashley tidak tau harus bagaimana menyiapkan dirinya untuk siap di benci oleh banyak orang setelah ini, ia jadi bertanya-tanya sekarang apakah lebih baik foto-foto itu tersebar atau dirinya yang di benci oleh para wanita yang mengejar Evan.
Keduanya adalah pilihan buruk, dan ia tidak bisa melarikan diri juga sekarang.
"Kuharap kau tidak akan pernah menyebutku sebagai wanita malam lagi." Pinta Ashley bersungguh-sungguh melihat pada Evan. "Karena aku memang bukan wanita malam,"
"Memangnya kau bukan?" Tanya balik Evan dengan smirk yang menyebalkan itu.
"Apapun yang kaupikirkan aku tidak seperti itu, aku bukan wanita malam yang kaupikirkan!"
Evan menaikan sedikit bahunya, melihat bagaimana Ashley menari seperti wanita malam lainnya untuk menggoda pria di dalam klub malam tentu membuatnya berpikir buruk dan bagaimana bisa wanita itu malah menyebut dirinya sendiri bukan wanita malam seperti yang dia pikirkan saat pria-pria di klub itu berebut untuk menyentuhnya.
"Itu tidak akan merubah pikiran buruk ku padamu nona Wilson," Evan tersenyum sinis membalas bantahan Ashley.
Ashley juga tidak memaksa, Evan berhak berpikir semaunya walaupun ia sudah mengatakan dia bukan wanita malam seperti yang dipikirkan pria itu yang pasti orang asing sepertinya tidak peduli dengan kebenaran, dia hanya mempercayai apa yang dia lihat saja tanpa memastikan lebih dulu kebenaran dari yang dia lihat itu.
"Jadi aku hanya perlu melakukan itu saja? Menjadi kekasih palsumu?"
Evan mengangguk. “Akan kujadikan kau cinderella bahkan ini semua palsu.”
Terserah, cinderella apanya di jaman ini itu konyol. Semua sudah jelas jadi Ashley berjalan keluar dengan masih memperlihatkan raut wajah marah yang tersisa, sekarang juga ia tengah berpikir bagaimana menjelaskan semua ini pada Jane dan Linda. Merangkai sebuah cerita yang terlihat nyata sangat sulit apalagi ia tidak memikili banyak waktu, ia harus merangkah cerita dari awal pertemuannya dengan Evan sampai mereka berkencan lalu mengatakannya pada kedua sahabatnya itu.
Ashley memutar kepalanya melihat Evan yang berada di belakang punggungnya. Pria itu mengambil ponsel dari saku jaket berbahan kain yang tengah digunakannya lalu memasukan nomor ponsel dirinya sendiri pada ponsel miliknya, dia menyesal karena tidak menggunakan pengaman di layar ponselnya sehingga Evan bisa membukanya tanpa halangan apapun.
“Bahkan tanpaku, rahasiamu pasti akan segera terbongkar.”
Padahalnya niatnya tidak menggunakan sistem keamanan di ponselnya untuk mempermudahnya membuka layar ponsel tersebut, lagipula diponselnya memang tidak ada apapun dan siapa juga yang mau membuka ponselnya tapi setelah ini ia perlu menambah keamanan di ponselnya.
"Kau bisa mengatakan pada teman-temanmu, jika kita mulai berkencan sejak pertengahan semester tahun lalu dan awal kita bertemu di sebuah toko musik," Kata Evan mengarang cerita, dia memberikan senyuman pada Ashley yang masih melihatnya jengkel.
Tapi, wanita itu terlihat sedikit menggemaskan di mata Evan dengan pipinya yang memerah. Evan tanpa sadar tersenyum melihat Ashley yang tengah bergumam sendiri di depannya itu.
Zack hanya bisa menghela nafasnya ketika melihat Ashley yang kembali seperti dulu. Ashley bahkan mau menemani beberapa pria untuk minum seperti yang dulu ia lakukan, malah kalo ini jauh lebih buruk. Jika ada yang di salahkan, Zack lebih menyalahkan pria bernama Evan itu yang sudah membuat Ashley seperti ini tapi malah pria itu sekarang berada di Inggris. Ashley juga tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, dia hanya berkata bahwa ia sudah tidak tau bagaimana perasaannya terhadap Evan. "Ashley," Panggil Zack menyadarkan Ashley yang setengah tersadar di meja bar. "Kau baik-baik saja,kan?" Ashley mengangguk. "Mereka membuatku minum banyak," Di tengah keramaian di sekitar mereka itu, Zack mengajak Ashley keruangannya. Ashley setuju. "Ahh...kepalaku." Ashley bahkan harus di bopong oleh Zack sampai mereka ke lantai atas tempat ruangan kerja Zack. Ashley langsung berbaring di sofa yang ada disana sambil melepaskan sepatu high heels yang menyiksanya sejak tadi
Penerbangan yang memakan waktu hampir dua belas jam lamanya itu membuat Evan merasa dangat lelah walaupun ia tertidur di dalam pesawat selama penerbangan itu tetap saja tubuhnya terasa kaku dan sakit di kepalanya juga masih belum hilang.Evan tidak mau menghabiskan waktu, dia pergi ke apartemennya nya untuk menaruh koper dan mengambil mobilnya yang bergerak menuju alamat yang diberikan Kenji yaitu apartement Brenda. Evan pikir dia harus bergerak cepat menemui Brenda sebelum Brenda berkerja dan akan sulit baginya menemui wanita itu nantinya.Selama dalam berjalanan, Evan terus membayangkan beberapa hal yang mungkin akan di dapatkannya setelah bertemu Brenda nanti yaitu diacuhkan, mendapatkan pukulan atau diusir paksa nantinya dan kemungkinan Brenda memanggil polisi juga ada.Evan sudah mempersiapkan diri untuk itu, dia juga sudah menyiapkan beberapa perkataan maaf untuknya pada Brenda yang sudah ia siapkan sejak lama. Sungguh, setelah menyadari semuanya ia tidak bisa tenang selama b
"Bagaimana jika aku ternyata memiliki anak?" Tidak ada reaksi dari Ibunya yang diam sampai suara Ayahnya semakin mendekat memanggil nama mereka. Ayahnya menghampiri mereka disaat yang tidak tepat, meminta mereka untuk segera bersiap-siap. "Kau harus ikut Evan," Elle menyela, dia berkata pada suaminya jika Evan sedang tidak enak badan dan meminta suaminya memberikannya pengertian. "Kurasa dia butuh tidur sekarang," "Benarkah?" Evan melirik Ibunya yang memberikan tanda untuk membenarkan ucapannya tadi, jadi dia mengangguk pada Ayahnya. Ibunya tidak sepenuhnya berbohong karena ia memang sedang dalam kondisi tubuh yang tidak baik, kepalanya berdenyut-denyut dan tadi malam ia mimisan. "Baiklah kalau begitu istirahatlah, dan kami akan membatalkan acara makan siang nanti agar kita bisa makan siang disini bersamamu." "Dad. Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa mengurus diriku lagipula kalian disana sampai sore dan jangan batalkan acara makan siang kalian yang sudah disiapkan paman
Di tengah keheningan musim dingin itu, Evan tengah duduk bersantai di beranda rumah mendiang kakek-nenek dari Ibunya di Manchester-England sekarang. Pandangannya tertuju pada tanaman yang membeku di pekarangan rumah namun terawat, sekarang rumah ini di tinggali oleh pamannya serta keluarganya, jauh lebih baik dari tahun lalu yang di tinggalkan setelah kakeknya meninggal. Bukan hanya dirinya dan orangtuanya yang pergi ke negara ini, Bibi Anna, Bibi Wanda beserta suaminya juga ikut kemari. Lalu kakeknya juga baru datang kemarin sore bergabung dengan mereka semua. Sejak kemarin, Ibunya sibuk mengajak keluarga Ayahnya untuk berjalan-jalan dan sekarang Ibunya berniat membawa mereka ke The Imperial War Museum North Manchester sesuai keinginan Ayah dan kakeknya yang menagih untuk dibawa ketempat penuh sejarah itu. Bibi Anna dan Bibi Wanda melayangkan protesnya, mereka tidak suka kesana karena tempat itu terlalu membosankan dan menurut Bibi Wanda juga tempat itu tidak cocok untuknya
"Aku baik-baik saja." Itu adalah kata yang di katakan oleh Evan padanya sesaat setelah pria itu memeluknya. Perasaannya sangat lega melihat Evan kembali, ia juga tidak bisa menyembunyikan kerinduannya kepada pria itu dengan memeluk pria itu erat dan menenggelamkan wajahnya di dada pria tersebut. Katherine meninggalkan sepasang kekasih itu dengan berjalan keluar dari apartemen yang ternyata di luar sana ada Anna. Anna bertanya mengapa Katherine keluar. "Dia sedang bersama Ashley, lebih baik kita meninggalkan mereka. " Katherine merangkul lengan Anna lalu mengajaknya kembali turun. "Dan, ceritakan apa yang terjadi?!" Anna juga tidak tau jelasnya, ia hanya mengantar Evan kemarin setelah Evan menghubunginya jadi ia tidak tau banyak "Evan terluka, kenapa tidak ke rumah sakit?" "Katanya masalah akan besar dan ia tidak ingin ada yang mengetahuinya jadi ia memilih pulang."
Dengan pikiran kacau, Ashley datang ke gedung apartemen Evan dimana Katherine sudah menunggunya di lobi apartemen karena ia tidak punya akses untuk bisa masuk kedalam apartemen Evan. Katherine menegurnya dengan canggung lalu menjelaskan apa yang terjadi pada Ashley bahwa Evan menghilang. "Dia tidak bisa di hubungi, keluarga atau temannya juga tidak tau keberadaannya...kami khawatir jika sesuatu terjadi padanya, dan aku tau kamu harus mengetahui ini." Ashley mengerti, "Terima kasih sudah menghubungi ku. Tapi... sebenarnya apa yang terjadi?" Katherine tidak tau, Evan tidak pulang semalam dan tidak bisa di hubungi membuatnya khawatir. "Jangan salah paham, aku tinggal di apartemen bersama Anna juga. Anna sedang mencari Evan keluar sekarang." "Banyak yang ingin aku tanyakan." Katherine mengerti, ia mengajak Ashley untuk masuk ke apartemen Evan agar mereka bisa berbicara lebih aman. Mereka masuk kedalam apartemen Evan, dan Katherine bisa masuk kedalam apartemen itu dengan sidi







