Ashley benar-benar tidak nyaman dengan pandangan beberapa wanita di sana yang mengarah padanya, sehingga dia harus membawa Linda dan Jane keluar dari lingkungan kampus mereka, lalu membawa mereka ke restaurant cepat saji sekaligus makan siang untuk menceritakan apa yang terjadi.
Linda terus mengucapkan rasa tidak percayanya karena Ashley berkencan dengan seorang Evan yang disebutnya sebagai pria nomor satu di kampus mereka. Jane juga menunjukan reaksi yang sama namun dia menanggapinya dengan tenang dan bersabar menunggu cerita langsung dari Ashley sendiri, ia tidak mau menyimpulkan sendiri.
Yang pertama Ashley lakukan adalah meminta maaf karena tidak memberi tahu mereka tentang hubungan ini, karena ini terjadi begitu saja lalu ia juga khawatir ada yang mengetahui hubungan mereka, bukannya ia tidak mempercayai kedua sahabatnya itu tetapi dia dengan Evan memilih untuk merahasiakan hubungan mereka lebih dulu selagi mereka masih dalam tahap mengenal juga.
Sesuai cerita karangan Evan, Ashley juga mengaku keduanya sudah berkencan di pertengahan semester lalu jadi ini baru sekitar empat bulan mereka mengenal dan berkencan, awalnya dia tidak mengenal Evan sama sekali dan mereka juga pertama kali bertemu di sebuah toko musik yang berada di sekitar kampus.
"Sejak kapan kamu suka ke toko musik? Apa itu toko musik yang menjual kepingan hitam?" Tanya Linda heran karena Ashley itu jelas tidak menyukai musik, mendengarkan musikpun jarang.
Ashley menjawab dengan tenang jika dirinya pergi kesana saat ia tengah bosan dan ingin menenangkan diri dengan musik classic, bohongnya karena sejujurnya dia lebih suka musik di dalam klub malam yang jelas menenangkannya daripada musik classic yang membuatnya mengantuk.
Jane bukanlah orang yang berbaur dengan siapapun tapi dia juga mengetahui siapa Evan karena pria itu sangat populer bahkan di jurusannya, terlebih diantara para wanita, mereka selalu membicarakan Evan kapanpun dan dimanapun.
"Apa kau baik-baik saja membuka hubunganmu dengan Evan? Kau taukan dia mempunyai fans fanatik yang menakutkan." Kata Jane khawatir karena ia jelas mengetahui bagaimana wanita dari fakultasnya yang menginjar Evan dengan sangat gila menurutnya.Linda juga menambahkan jika banyak penganggum Evan dan i*******m pria itu memiliki jumlah pengikut sama seperti artis. Linda mengakui bahwa ia juga mengikuti Evan karena suka dengan gaya hidup Evan yang tidak biasa, dia orang kaya dan selalu menunjukan kehidupan mewahnya itu.
Banyak juga yang bilang Evan adalah seorang playboy tapi tidak ada yang bisa membuktikannya karena siapapun belum pernah terlihat bersama wanita manapun, ada juga yang mengatakan jika Evan memiliki kepribadian buruk dan mengkonsumsi narkoba, tapi sekali lagi itu tidak ada buktinya sama sekali dan bisa jadi mereka berkata seperti itu untuk menjatuhkan Evan mengingat keluarga Evan juga cukup berpengaruh.
Banyak hal lain dari Evan yang membuat wanita tergila-gila padanya, seperti dia cerdas, bahkan bisa dikatakan dia sempurna walaupun ada beberapa kelas yang harus ia ulang karena Evan jarang masuk karena sibuk tapi sisanya nilai akhirnya selalu bagus. Itu yang didengar Linda juga, meskipun banyak faktor penunjang kepopuleran Evan tetap saja alasan utama Evan dikagumi banyak wanita tentu saja karena Evan adalah pria kaya dan rumornya akan menjadi pewaris perusahaan Ayahnya yang sangat besar bahkan Ayahnya terdapat sebagai salah satu dari seratus orang berpengaruh bagi perekonomian Amerika.
Tentu saja mereka ingin menjadi istri Evan agar bisa menjadi nyonya besar kelak, hidup mewah bergelimangan harta tanpa perlu mtakut akan masa depan. Bisa dikatakan Evan adalah pangeran di dunia modern ini. Linda mengatakan semua itu dengan semangat.
"Kau sepertinya sangat mengetahui banyak tentang Evan?" Tanya Ashley mulai merasa penasaran saat Linda bercerita panjang tentang Evan yang bahkan sama sekali tidak diketahuinya, setidaknya ia harus mengetahui tentang pria itu. "Aku mengetahuinya dari kekasihku, jangan cemburu Ashley jika aku lebih mengetahuinya darimu" Goda Linda tersenyum jahil. "Aku tidak cemburu!" Bantah Ashley tegas atas godaan Linda yang tidak masuk akal.Linda terkekeh, "Jangan khawatir, semua orang mengetahui itu semua dan aku tau dari kekasihku yang dulu satu sekolah dengannya, katanya Evan orang yang luar biasa. Aku bahkan sempat mengira kekasihku seorang gay saat dia memuji Evan.”
Jane tertawa begitupun Ashley yang ikut tertawa ringan. Jane mengungkapkan lagi rasa khawatirkan akan Ashley setelah para penggemar Evan mengetahui Ashley adalah kekasih Evan, dia meminta Ashley untuk hati-hati.
"Tapi, jangan khawatir kami akan melindungimu juga selain Evan." Kata Jane menenangkan Ashley juga sambil lalu meminum soda miliknya. “Aku pikir dia pria baik juga, jadi selamat.”
Ashley tersenyum pahit tapi merasa sedikit lega karena dua sahabatnya itu mau membantunya, tapi itu sama sekali belum melegakan juga karena ia teringat perkataan Evan yang berkata ia tidak mau kekasihnya tersiksa karenanya. Tunggu,apa nanti dia akan tersiksa? Tersiksa apa yang dimaksud Evan.
"Memangnya apa yang akan terjadi padaku?"
"Kau tau kan, penggemar Evan sedikit gila..mereka wanita yang bukan hanya mennyerangmu secara mental tapi mereka juga berani melakukan kekerasan fisik. Ini pasti terdengar tidak masuk akal bagimu,kan?"
Ashley mengangguk atas penjelasan Linda yang mengerikan. Jane memperingati Linda agar tidak menakuti Ashley seperti itu, mereka mungkin tidak akan melakukan seperti yang dilakukan di drama atau film sekolahan dan apa yang dikatakan Linda karena saat ini mereka banyak menggunakan media sosial untuk menghinda atau menyebarkan kabar tidak benar.
Linda yang duduk di depannya memajukan wajahnya, "Mungkin mereka tidak akan menyerangmu secara langsung tapi kau harus hati-hati dan jangan sendirian!"
Sejujurnya Ashley tidak mengerti apa yang akan didapatkannya nanti setelah ini berakhir. Karena setelah ini ia hanya akan mendapatkan beberapa penderitaan kembali seperti yang dikatakan Linda dan Jane, menjadi salah seorang wanita yang dibenci di universitas mereka? Padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun, apakah berkencan dengan pria populer itu salah? Ini akan sungguh kekanakan jika terjadi, atau mungkin benar seperti yang dikatakan Jane bahwa mereka akan menggunakan media sosial untuk menyerangnya. Ashley bersyukur karena ia tidak memiliki akun media sosial aktif.
Getaran ponselnya dari saku celananya membuat Ashley sadar dari lamunanya. Matanya melihat pada layar ponselnya yang menampilkan sebuah nama yang asing baginya.
My lovely Boyfriend, Evan.
What?!
Evan memasukan namanya sendiri dengan kata-kata yang menggelikan dalam kontak ponselnya. Ashley menghela nafas panjang dan pamit pada dua sahabatnya untuk mengangkat panggilan dari Evan. Linda dan Jane mengangguk lalu keduanya saling berpandangan, mereka pikir Ashley tidak perlu sampai pergi ke luar untuk menjawab telpon dari Evan. Linda beranggapan mungkin sahabatnya itu masih malu jika harus berbicara di hadapan mereka.
Jane melihat Ashley di luar jendela dalam café tersebut, ia tengah mengungkapkan apa yang dipikirannya sekarang. "Apa ini hanya perasaanku, aku merasa ada yang aneh dengan ini, Ashley selalu bersama kita selama ini dan tiba-tiba dia berkencan?"
"Aku juga merasakannya" Linda juga merasakan hal yang sama, "Bahkan minggu lalu saat dia mabuk dia mengaku tidak pernah berkencan, lalu apa maksudnya ketika ia mabuk dia berbohong? Bukankah biasanya orang mabuk selalu berbicara benar?"
"Tapi buat apa juga jika mereka berbohong," Jane meminum minuman sodanya lebih dulu sebelum melanjutkan perkataannya, "Sekarang kita hanya perlu mendukung Ashley saja, itu yang terbaik-kan?"
Linda setuju, mau bagaimana lagi mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. "Ah.. Kenapa makanan kita belum selesai? Aku lapar dan sialnya tiga puluh menit lagi aku ada kelas."
Suara perut Linda membuat Jane tertawa. Linda tidak bisa menyembunyikannya, ia lapar karena melewatkan sarapannya juga tadi pagi lalu ia melihat keluar jendela dimana Ashley berada di luar sana sambil menelpon Evan, ia ragu mengatakannya tapi ada rumor lain juga yang katanya ia melihat Evan bersama wanita di hotel bulan lalu. Linda hanya berharap itu tidak benar, atau entahlah ini terasa ganjal tapi ini bukan urusannya juga.
Entah mengapa cuaca terasa panas hari ini, lebih panas dari kemarin. Ashley juga merasa sangat lelah, dan terus minum. Hari ini sangat menguras energi ya padahal baru setengah hari, dan ia bersyukur karena sudah tidak ada lagi orang-orang yang membicarakannya.Mungkin masih ada, tapi tidak di depannya langsung seperti tadi pagi. Semuanya kembali normal walaupun sesekali ada beberapa orang yang masih melihatnya aneh.Ashley melihat penampilannya sendiri sebelum keluar kelas, ia berpikir memang harus sedikit mengganggati gaya pakaiannya agar terlihat pantas dengan Evan.Apa?! Tunggu, apa yang ia pikirkan tadi? Pantas? Hah siapa juga yang peduli dengan hubungan palsu ini.Setelah kelas berakhir, tepat di depan pintu kelas, Linda langsung menarik Ashley kedalam toilet yang tidak jauh dari sana, diikuti Jane sambil menenteng beberapa paperbag ditangannya, mereka berdua bahkan membuat toilet perempuan tersebut kosong dengan menaruh tanda rusak di depan agar tidak ada seorang pun masuk kedal
"Bagaimana kau bisa tau tempat tinggal ku?" "Aku tau segala tentangmu babe," Ashley berjalan ragu kearah Evan, dia takut jika Ayahnya di dalam rumah mengetahui ia pergi bersama pria. Mungkin, beliau mungkin tidak peduli tapi Ashley ia peduli dan ia tidak tau bagaimana reaksi Ibu tirinya jika ia bersama Evan yang kemungkinan mereka mengenal siapa itu Evan. Tidak seperti kemarin, ternyata gadis ini masuk kedalam mobilnya tanpa penolakan bahkan meminta Evan untuk cepat masuk kedalam mobil. Evan sempat bingung tapi ia melakukan yang Ashley minta. "Kamu...tampak berbeda?" "Apa?" Ashley tidak tau dia memangnya ada apa dengannya. Ia merasa tetap sama saja, hanya suasana hatinya yang buruk karena pria itu Evan melajukan mobilnya dan kembali bertanya"Kamu tampak berbeda dari kemarin, kau masuk kedalam mobilku begitu saja." "Aku hanya takut Ayahku melihatnya," Ashley menjawab dengan jujur karena ia harus memberitahu Evan tentang ini agar pria itu tidak berani menjemputnya, "Kau tidak bo
"Tentu, aku sangat menunggumu kedatanganmu. Aku selalu menunggumu,"Tanpa ragu Evan membalasnya, bagaimanapun ia akan selalu menungggu Katherine. Entah berapa lama wanita itu menjauh, ia akan selalu menunggunya sampai Katherine bisa terbebas dari suaminya.Katherine adalah temannya sekolahnya saat sekolah dasar, mereka tidak satu kelas. Katherine lebih tua tiga tahun dari Evan, sejak saat itu Evan sudah mengagumi Katherine yang memiliki senyuman cantik dan sikapnya yang dewasa.Mereka lalu sering bertemu di berbagai acara amal atau acara lainnya, tapi saat itu Katherine hanya melihatnya sebagai adik kecil dan Katherine juga selalu memiliki pasangan. Mereka menjalani hidup masing-masing yang sejujurnya masa remaja Evan itu buruk. Sampai, Kathrine melihatnya lalu mereka menjalin hubungan tapi tiba-tiba saja Kathrine di jodohkan lalu menikah dengan pria.Kathrine berkata dia tidak ada pilihan, lagipula ini karena hubungannya dan Evan yang di ketahui oleh keluarga mereka berdua. Mereka ti
Bibir Evan sudah menempel sebelum Ashley sempat menolaknya.Sial, batin Ashley.Ia seharusnya mendorong pria ini dan menamparnya keras karena ia tidak menginginkan ciuman tersebut namun itu semua hilang ketika Evan mulai memainkan bibirnya dengan lihai sampai dia merasa menginginkan ciuman ini, terbuai oleh permainan awal Evan, dia mulai membuka mulutnya yang langsung disambut penuh nafsu oleh Evan....Ashley lebih memilih pulang ke rumah keluarganya dibandingkan masuk kedalam kelas, dia tidak akan bisa berkonsentrasi di dalam kelas jadi dia lebih memilih pulang setelah Evan mengantarnya kembali ke universitas mereka,dia lebih memilih berbalik kembali ke jalanan lalu memanggil taksi untuk mengantarnya pulang.Seperti biasa, rumah besar ini selalu sepi setiap waktunya, selain dirinya hanya ada beberapa pekerja yang berada di sini. Ashley bahkan tidak ingat kapan rumah ini penuh kehangatan keluarga, mungkin sebelum Ibunya meninggal. Itu sudah lama.Dia disambut oleh Betty, pelayan ba
Ashley diam mendengarkan apa yang Evan katakan lewat panggilan telpon, dia ingin sekali menurunkan ponselnya dari telinga kanannya lalu melupakan apa yang baru Evan katakan. Evan bertanya keberadaannya dan ingin Ashley makan bersamanya."Aku sedang berada di luar bersama teman-temanku." Tolak Ashley datar, ia melihat pada Jane dan Linda di dalam restaurant."Tapi bukan berarti kau tidak memiliki waktu setelahnya-kan? Aku tau jadwalmu, jadi setelah kau makan siang temui aku di depan taman, okay?"Ashley tidak bisa bersuara lagi saat Evan tiba-tiba menutup panggilan tersebut, ia bahkan belum bertanya taman bagian mana yang di maksud Evan. Wilayah kampus mereka ini sangat luas dan di kelilingi oleh taman di setiap sudutnya. Sialan Evan.Dengan lesu seolah energinya sudah habis hari ini, Ashley kembali ke dalam restaurant yang bertepatan dengan makanan mereka yang datang telat. Ini jam makan siang jadi banyak yang memesan di waktu bersamaan. Jane mengangkat tangannya, meminta padanya untu
Ashley benar-benar tidak nyaman dengan pandangan beberapa wanita di sana yang mengarah padanya, sehingga dia harus membawa Linda dan Jane keluar dari lingkungan kampus mereka, lalu membawa mereka ke restaurant cepat saji sekaligus makan siang untuk menceritakan apa yang terjadi. Linda terus mengucapkan rasa tidak percayanya karena Ashley berkencan dengan seorang Evan yang disebutnya sebagai pria nomor satu di kampus mereka. Jane juga menunjukan reaksi yang sama namun dia menanggapinya dengan tenang dan bersabar menunggu cerita langsung dari Ashley sendiri, ia tidak mau menyimpulkan sendiri.Yang pertama Ashley lakukan adalah meminta maaf karena tidak memberi tahu mereka tentang hubungan ini, karena ini terjadi begitu saja lalu ia juga khawatir ada yang mengetahui hubungan mereka, bukannya ia tidak mempercayai kedua sahabatnya itu tetapi dia dengan Evan memilih untuk merahasiakan hubungan mereka lebih dulu selagi mereka masih dalam tahap mengenal juga. Sesuai cerita karangan Evan, As