Pagi pukul lima, suara alarm Vanda terdengar sangat kencang, membuat Trisha seketika membuka matanya karena terganggu dengan suara itu. Dia meraba kasurnya untuk mencari ponsel Vanda, setelah berhasil mendapatkan ponsel sahabatnya, ia langsung mematikan alarm itu, lalu kembali memejamkan matanya.
Beberapa menit setelah memejamkan mata, wanita gemuk itu berdecak kesal karena mendengar suara dari ponselnya sendiri. Dia mengambil ponsel dari atas nakas dan bergumam, “Siapa, sih, pagi-pagi telepon! Ganggu aja!”
Jari telunjuknya mengusap tombol hijau ke atas dan menyalakan pengeras suara, dia tidak melihat nama si penelpon itu karena masih terasa sangat mengantuk.
“Halo, siapa?” tanya Trisha diakhiri dengan menguap lebar.
“Gue cuma beri lo waktu lima belas menit!”
Pip!
Sambungan telepon langsung terputus tanpa menunggu wanita gemuk itu bicara. Trisha yang merasa tidak asing dengan suara itu pun membuka matanya
“Balik badan lo,” ucap Sev menepuk pundak Trisha.Trisha menghela napas panjang, rasanya dia ingin menghilang seketika. Dia sudah bisa membayangkan ekspresi sang kakak yang sangat terkejut, tapi dia harus bisa untuk berpura-pura tidak mengenalnya.Wanita gemuk itu pun membalikkan badannya dan mengangkat kepalanya menatap Tiana dengan senyuman ramah.Benar dugaannya. Tiana membelalakkan matanya lebar saat mengetahui kalau asisten Sev adalah adiknya.“Lo?!”Sev yang melihat reaksi wajah Tiana pun mengamati mereka berdua bergantian. “Kalian saling kenal?”“Enggak,” jawab Trisha yang memberikan kode pada Tiana untuk berpura-pura agar tidak mengenalnya. Tiana yang melihat Trisha seperti itu pun hany menghela napas dan menoleh pada Sev dengan senyuman paksa.“Ah, enggak, kok. Aku pikir dia adik gue, soalnya hampir mirip,” jelas Tiana dengan menekan kata adik dan melirik Trisha seki
Setelah perjalanan beberapa jam, akhirnya bus sampai di puncak. Mereka semua turun dari bus, para artis langsung masuk ke villa yang sudah disiapkan, sedangkan para asisten mengeluarkan barang yang ada di bagasi. Begitu juga Trisha yang mengeluarkan koper dan tas berukuran sedang milik Sev. Zhui tidak bisa membantunya karena ada dia langsung meeting bersama sutradara.Dia menarik tiga koper sekaligus dan menenteng tas. Wanita gemuk itu terlihat kesulitan, dia hanya bisa menggerutu dari dalam hati dan melihat Sev yang sangat akrab dengan kakaknya. Sedari tadi dia memperhatikan keduanya yang tidak pernah berhenti mengobrol. Apa yang mereka bicarakan?Sev terlihat sangat berbeda, dia tidak ketus, tidak dingin dengan Tiana. Bahkan, dia terlihat seperti cowok humoris yang penuh dengan cerita lucu. Sangat berbeda saat bersamanya. Trisha merasa semakin penasaran dengan sifat asli Sev. Apa sifat dingin dan ketusnya itu hanya tipuan belaka?Trisha semakin ingin mencari t
Setelah dua hari syuting di puncak, mereka kini kembali ke kota. Namun, sebelum ke perusahaan, mereka pergi ke restoran untuk merayakan syuting yang selesai tanpa ada hambatan. Trisha terus menempel dengan Zhui karena menjaga jarak dengan Tiana, kakaknya.Mata Trisha sesekali melihat kedua orang itu yang selalu mengobrol dengan gembira, dapat wanita gemuk itu lihat cara menatap Sev ke Tiana berbeda. Sedikit ada rasa suka dalam tatapan lelaki itu. Apa Sev menyukai kakaknya? Trisha hanya bisa berdoa agar Sev tidak menikah dengan Tiana.Sama sekali tidak boleh menikah! Karena kalau Sev menjadi kakaknya, bisa-bisa dia terus menjadikan wanita gemuk itu pembantu, bukan?Bus terhenti di restoran mewah yang sudah dipesan sebelumnya, semua orang turun dari bus dan berjalan masuk ke dalam restoran. Saat Trisha hendak turun dari bus, tangannya ditahan oleh Tiana. Wanita gemuk itu menoleh dan menatap kakaknya malas.“Apa lagi?” tanya Trisha yang tidak mau
Trisha berjalan cepat memasuki koridor rumah sakit dan mencari ruang inap Sev, rasa lelahnya seketika lenyap ketika mendengar lelaki itu kecelakaan bersama sang kakak. Sebenarnya dia mengkhawatirkan Tiana, tapi dia harus melihat kondisi Sev lebih dulu, baru melihat kakaknya.Vanda hanya mengantarkan saja tanpa ikut masuk ke rumah sakit, karena besok dia ada rapat mengenai komik di studio besok pagi. Jadi wanita gemuk itu seorang diri dengan menunggu kedatangan Zhui juga asisten kakaknya.Trisha celingukan mencari ruang inap, setelah menemukan nama Sev, dia membuka pintu perlahan dan melihat lelaki itu yang terbaring lemah di brankar. Kepala dan tangannya terbalut oleh perban, kata suster kondisi Sev tidak separah Tiana. Wanita gemuk itu menghela napas lega seraya berjalan mendekatinya.Dia menatap lekat Sev yang matanya masih terpejam, lalu duduk di sofa yang sudah disediakan. Seketika rasa lelahnya kembali muncul dan membuat punggung Trisha sangat nyaman. Dia m
Trisha berjalan memasuki minimarket untuk membeli sarapan. Dia sudah pulang dari rumah sakit setelah semalaman di rumah sakit, ia juga sudah meminta izin pada Zhui juga Sev. Trisha akan kembali nanti siang menggantikan sang agen. Sebenarnya ada Lin yang menjaganya, tapi Sev tetap menyuruh wanita gemuk itu untuk datang. Mau tak mau, Trisha menuruti kemauan atasannya itu. Trisha berjalan ke rak cup mi instan, karena sudah satu minggu dia tidak memakan makanan favoritnya itu. Dia sedikit berjinjit dan berdecak karena mi instannya hanya tersisa satu. Sebenarnya ada merk lain, namun Trisha tidak menyukai. Tangannya berusaha meraih cup itu dengan meninggikan jinjitannya. “Susah banget, sih,” keluhnya yang masih berusaha untuk mengambil mi itu. Dia pun tersenyum setelah berhasil mengambil cup mi instan favoritnya, lalu langsung berjalan menuju kasir. Setelah selesai membayar, dia celingukan mencari kucing yang selalu datang menemuinya. Namun, ketika melihat
Trisha masuk ke dalam rumah dengan lemas, dia benar-benar lelah karena belum banyak istirahat. Apalagi besok dia harus kembali bekerja, malam ini pun dia harus begadang untuk membuat kelanjutan komik yang sudah hampir satu minggu belum dia perbarui. Wanita gemuk itu menghela napas panjang seraya merenggangkan otot punggungnya yang terasa pegal.“Kenapa?” tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar dan membuat Trisha terkejut.Trisha langsung melihat ke Lio yang tengah menatapnya, melihat Lio yang ada di sana sekilas mirip Sev dari kejauhan. Sedangkan Lio yang di tatap Trisha pun mengangkat satu alisnya dan berjalan mendekat, lalu menepuk pundak wanita itu sedikit kencang.“Apa yang lo lihat?” tanya Lio membuat Trisha tersadar dari lamunannya.Trisha menggelengkan kepalanya cepat dan tersenyum canggung. “Enggak apa. Gue … ke kamar dulu.” Wanita gemuk itu langsung berjalan menuju kamarnya meninggalkan Lio yang
Trisha merenggangkan ototnya yang terasa kaku setelah duduk semalaman untuk menggambar, sekarang sudah pukul setengah lima pagi. Dia ingin tidur, tapi tidak bisa karena takut kalau kesiangan. Apalagi kemarin Zhui sudah memberitahu kalau Sev sudah ke luar rumah sakit dan mulai syuting.Trisha beranjak berdiri dari duduknya, lalu berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan badan sekakigus menghilangkan rasa ngantuk.Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, dia keluar hanya menggunakan balutan handuk saja. Trisha menutup pintunya, lalu melangkahkan kakinya ke lemari pakaian. Tadi malam dia memang tidak menutup pintu karena merasa kepanasan, AC di kamarnya rusak dan belum diperbaiki.Trisha memilih menggunakan baju casual berwarna pink soft, kemudian dia memakai make-up tipis agar tidak ada yang melihat wajah pucat dan mata pandanya. Selesai berdandan, dia kembali duduk di meja kerjanya untuk menyelesaikan komiknya yang hampir selesai. Awalnya dia mau mem
Trisha berjalan memasuki perusahaan, dia menyapa beberapa staff yang dia kenal dengan senyuman canggung. Meskipun sudah satu bulan bekerja menjadi asisten Sev, dia masih canggung menyapa mereka. Ya, meskipun mereka baik, tapi tetap saja canggung. Saat menoleh ke kanan, matanya membelalak lebar saat melihat mobil Sev memasuki perusahaan. Trisha langsung berjalan cepat menuju ruangan sang aktor tampan sebelum keduluan olehnya. Trisha menghela napas lega saat sudah berdiri di ruangan Sev, dia mengatur napasnya dan meniup tangan karena gelas kopi Sev yang sedikit panas. “Lo ngapain berdiri di sini?” tanya Sev yang baru saja datang. Trisha hanya tersenyum, lalu masuk ke dalam dan meletakkan gelas kopi itu di meja kerja Sev. Wanita gemuk itu menoleh pada Zhui yang diam saja, perasaannya mendadak tidak enak. Apa terjadi sesuatu dengan Zhui? “Zhui, lo—“ “Sev, duduk! Sha, lo tunggu di luar. Gue mau bicara empat mata sama Sev,” ucap Zhui dengan