Langkah kaki tergesa saat Yama, Mika dan Hansol baru saja turun dari mobil. Hansol membantu membawa koper Mika karena sang empu sibuk mengendong Thor sebelum berpisah saat di pesawat.
Untung saja tidak ada wartawan atau fans yang menunggui jadi perjalanan mereka aman dan lancar tanpa harus di hadang untuk wawancara atau semacamnya.
Mika mengusap punggung Thor. Dia memberi ketenangan pada Thor agar anjing kecil itu tidak setres karena di ajak cepat-cepat. Sejujurnya Mika masih sangat mengantuk karena baru tidur 2 jam, moodnya sedang hancur-hancurnya. Kalau saja saat ini ada yang menyenggolnya sudah pasti Mika akan membacoknya.
Setelah semuanya selesai di urus Hansol, Yama dan Mika segera naik pesawat.
Sebenarnya berat bagi Yama untuk meninggalkan semua ini karena keringat, air mata, perjuangan dan pengorbanan yang dia lakukan berakhir mengecewakan. Yang menjadi penyesalan terbesarnya adalah kehancuran karirnya bukan murni kesalahannya.
"Safe flight!" pekik Hansol dari balik kaca pembatas yang melihat Yama masih tidak rela pergi, dia terus melihat belakang dengan mata sedih. "Semoga masalah cepat selesai dan kita ketemu lagi." Hansol melambai. Berkali-kali dia menekan hidungnya agar tidak menangis.
Yama mengangguk, dia melambai begitupun Mika. Setelahnya mereka hilang di balik dinding.
Hansol menghembuskan nafas panjang. Dia kembali ke parkiran untuk pulang. Selama perjalanan menuju parkiran, Hansol terus memikirkan nasib selanjutnya. Hansol benar-benar menyayangkan apa yang terjadi pada Yama.
"Anak yang malang." Gumam Hansol, dia berat hati melepas Yama pergi. Selama ini, Yama artisnya yang baik dan tahu diri. Mungkin karena Yama dasarnya orang kaya, jadi dia setuju-setuju saja tentang pembagian profit. Yama juga tidak banyak protes kecuali saat dia tidak setuju akan sesuatu.
Selama bekerja dengan Yama semua terasa mudah dan lancar. Perkembangan Yama dalam satu tahu juga cukup signifikan. Tidak ada yang pernah menyangka singel debut solo Yama meledak di pasaran. Masuk top musik Bilboard yang membuatnya memiliki fans luar negeri.
"Keberuntungan belum sepenuhnya memihakmu, Yam."
Hansol akhirnya sampai parkiran. Dia menekan remote mobil karena lupa meletakkan mobil di mana. Setelah mendapat bunyi alaram, Hansol mendekat saat ponsel di mantelnya bergetar. Sambil berjalan menuju mobil Hansol mengangkatnya. "Dia sudah pergi. Sekarang giliranmu untuk bersinar. Jangan sia-siakan kesempatan."
"Good job, Hansol!"
***Mika jet lag, badannya terasa remuk setelah melakukan pernerbangan panjang dan harus melanjutkan perjalanan darat entah ke mana yang pasti melebihi 1 jam perjalanan karena sampai matahari hampir terbenam mereka belum sampai tempat tujuan.
Sejujurnya Mika ingin protes, dia ingin menangis karena tidak nyaman. Tapi melihat Yama yang masih syok dan belum bisa menerima keadaan, Mika memilih diam.
Mika melihat Thor yang juga tidak nyaman karena berada di dalam kandang seharian. Dia ingin mengeluarkan Thor tapi di tahan Yama karena Mika duduk di tengah bersebelahan persis dengan supir yang membawa kijang pick-up. Yama melarang karena takut Thor loncat-loncat dan menganggu supir yang bisa saja mengakibatkan kecelakaan.
"Kapan sampainya?"
"Magrib, neng. Sabar ya. Si Jeger sudah tua, hehehe." Jawab supir jenaka.
Mika menghembuskan nafas panjang membuat Yama menoleh melihatnya. Yama yang tahu adiknya bosan dan lelah mengambil kepala Mika untuk di letakkan di dadanya. "Sabar ya." Ucap Yama menenangkan Mika dan dirinya sendiri. Yama sebenarnya juga butuh sandaran, butuh tempat untuk menangis tapi dia menahannya sampai membuat relung hatinya sakit.
"Kamu lapar? Makan snack yang di beli mas Hansol dulu mau?"
Mika menggeleng.
Yama tersenyum pahit. Dia membuang wajah menghadap jendela agar air mata yang menggenang di pelupuk mengering tersapu angin. Rasa bersalahnya kembali muncul membuat hatinya sakit dan pedih.
Tanpa terasa mobil memasuki sebuah desa dengan jalan kecil dari tanah yang hanya muat satu mobil. Di kanan-kiri setiap rumah yang di lewati ada obor sebagai penerang jalan. Azan berkumandang membuat anak-anak kecil dan beberapa orang tua berjalan bersama menuju masjid. Saat mobil lewat, mereka menepi padahal jaraknya masih jauh.
Mika yang tadinya bersandar pada dada Yama menegakkan badan melihat hal baru yang baru di temuinya seumur hidup. Thor di dalam kandang juga tidak mau ketinggalan.
Jujur Mika kagum saat melihat kebersamaan warga menuju masjid sambil berjalan kaki. Kagum dengan ibu-ibu yang meneriaki seorang anak kecil untuk berhati-hati karena meloncat dari ujung selokan ke ujung selokan agar tidak perlu memutar padahal bukan anaknya.
Di desa ini masih banyak pohon bambu, pagar rumah dari bonsai, jembatan dari bambu dan angkringan pos ronda di pertigaan. Walau matahari sudah terbenam tapi langit belum gelap. Di sini suasana magrib sungguh terasa menyenangkan bukan hanya azan sebagai panggilan sholat yang berlalu begitu saja karena ada alaram di ponsel.
Mobil berhenti menyadarkan Mika. Dia menegakkan badan bersiap turun saat Yama membuka pintu untuk turun lebih dulu. Yama mengambil kandang Thor agar Mika keluar dengan mudah.
Mika melihat rumah yang akan di tempatinya. Rumah sederhana dari kayu penuh ukiran. Jendela dan pintu kupu-kupu terbuat dari kayu. Ada lonceng di samping pintu dari logam antik. Sekeliling rumah ada pagar dari bonsai dan pohon mangga setinggi Yama. Sepanjang penglihatan Mika menuju rumah ini, hanya ada beberapa rumah yang seperti rumahnya. Sepertinya rumah seperti itu rumah paling mewah di desa ini.
Mika mundur saat seorang pria pemilik warung serba ada sebelah rumahnya mendekat membantu supir menurunkan koper. Juga seorang perempuan muda seumuran Yama yang sepertinya anak pemilik warung mendekat ingin membantu tapi semua koper sudah turun dan di bawa masuk membuat perempuan itu menghampiri Mika dan tersenyum.
"Halo. Kenalin saya Miayasih. Biasa di panggil Mia."
Mika membalas jabatan tangan Mia. "Mikaila, panggil saja Mika."
Mia mengangguk, tiba-tiba dia tersenyun membuat Mika mengangkat sebelah alis "Mika. Seperti nama tempat makan plastik yang biasa untuk hajatan." Ucapnya lalu meminta maaf karena meledek nama Mika.
"Pak sudah mau komat!" Peringat Mia pada ayahnya yang ada di dalam rumah Mika karena pujian hampir selesai.
Ayah Mia keluar dari rumah terburu sambil membenarkan sarungnya "iya. Bapak berangkat." Ucapnya tersenyum saat matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Mika.
Yama keluar bersama Thor yang sudah keluar dari kandang dan supir yang pamit karena pekerjaanya sudah selesai. Yama menoleh sambil tersenyum saat mendapati ada perempuan di samping adiknya. "Hello." Sapa Yama, dia merangkul Mika saat Mika mengambil alih Thor.
"Halo. Kenalin saya Miayasih. Biasa di panggil Mia."
Yama mengangguk. "Halo Mbak Mia, saya Yamaha. Panggil saja Yama." Mia mengangguk, dia tersenyum. Kali ini membatin kalau nama Yama sama seperti merek motor.
Setelahnya tidak ada obrolan di antara mereka membuat suasana canggung. Mau pergi lebih dulu sama-sama tidak enak sampai akhirnya Thor menganggo kecil karena lapar.
"Kita masuk dulu, Mbak Mia." Pamit Yama yang diangguki Mia. Yama ikut mengusak bulu Thor saat menuju rumah. Mia yang di tinggalkan kembali ke warung untuk bergantian dengan ayahnya menjaga warung karena ayahnya ke masjid.
Mika melepas Thor saat Yama menyiapkan makanan untuk Thor. Dia melihat rumah baru yang furniturnya sangat sedikit membuat ruangan sempit ini terasa luas. Dari pintu masuk, di sebelah kiri langsung sampai ruang tamu yang kursi dan mejanya dari bambu. Di kanan terhalang tembok, ada ruang keluarga yang hanya ada satu kursi panjang dari bambu dan meja untuk TV.
Ruang TV langsung terhubung dengan dapur sekaligus kamar mandi. Sedangkan di samping ruang tamu ada dua kamar kosong. Kamar paling ujung ada teras yang langsung terhubung taman samping rumah.
Yama yang selesai mengurus Thor menghampiri Mika yang masih melihat-lihat kamar mana yang mau di pilihnya. Dia memegang pundak Mika dari belakang "mau makan sekarang?"
"Aku enggak lapar."
"Kamu cuman sarapan di pesawat. Makan ya? Nanti sakit."
Mika menghembuskan nafas panjang, dia mengangguk saat pintu di ketuk membuat mereka menoleh. Yama yang ada di dekat pintu keluar kamar untuk membuka pintu dan mencari tahu siapa yang datang "Mbak Mia?"
Mia tersenyum, dia memberikan rantang panjang yang baru saja di tatanya dari rumah "maaf menganggu. Saya cuman mau mengantar makan malam untuk Mas Yama dan Mika. "
Yama menyerngit, apa semua warga desa baik pada pendatang baru? Tadi saja tanpa meminta bantuan, Pak Anas -ayah Mia- membantunya menurunkan koper dan membawa ke dalam rumah.
"Terima kasih banyak, Mbak Mia." Yama menerimanya dengan senang hati.
"Sama-sama."
Saat Mia akan pamit, Yama menahannya. "Oh iya, Mbak Mia. Apa di sini ada yang jualan makanan matang? Jual sarapan atau semacamnya?"
"Tidak ada. Kalau mau harus ke desa sebelah. Soalnya warga desa di sini lebih sering masak sendiri jadi enggak ada yang jualan makanan matang." Jawab Mia membuat wajah Yama turun. "Mas Yama tenang saja. Selama satu bulan ini, makanan untuk Mas Yama dan Mika sudah di serahkan ke saya."
"Benarkah?" Respon Yama kaget. Tentu saja kaget karena Yama tidak menyangka perusahaan menyiapkan sejauh ini sampai urusan makan. Tapi kalau di rasa-rasa seperti ada yang menjanggal. "Kalau boleh tahu, rumah ini dulunya milik siapa?"
Reflek, Mia melihat rumah yang Yama maksud. "Milik orang kota. Rumah ini di bangun dua bulan yang lalu dan baru jadi kemarin. Loh saya kita rumah ini memang milik Mas Yama."
Raut wajah Yama tiba-tiba berubah. Nafanya berat menahan kekecewaan dan amarah. Benar dugaanya, pasti ada yang merencanakan jauh-jauh hari kehancuran karirnya termasuk Hansol. Tidak mungkin perusahaan langsung mengasingkannya tanpa meminta klarifikasi atau berdiskusi lebih dulu. "Di sini jaringan internet di mana? Apa harus ke kota dulu?"
"Di SD ada setiap hari jumat."
Yama mengangguk "Kalau begitu terima kasih, Mbak Mia."
"Sama-sama. Kalau ada yang di tanyakan lagi boleh tanya ke saya atau bapak. Soalnya bapak kades."
Yama ber-oh ria sambil mengangguk paham." Baiklah."
"Saya permisi dulu. Selamat makan."
***
Setelah makan malam, Mika tidur bersama Yama dan Thor di kamar belakang karena badannya benar-benar lelah dan butuh istrirahat sampai dia tidak tahu kalau jam 10 malam listrik desa di padamkan untuk menghemat pasokan listrik ke desa. Membuat pagi ini Mika bangun lebih awal dari biasanya.Ayam berkokok terus bersautan membuat Mika duduk sambil mengucek mata, Thor yang tidur di kaki Mika juga terbangun karena merasakan pergerakan Mika.Mika menguap. Dia turun dari kasur saat semua nayawanya terkumpul, menuju koper untuk mengambil baju olahraga yang akan di gunakannnya untuk berolahraga pagi di luar bersama Thor.Mika memilih bra sport Calvin Klein warna hitam, jaket hoodie crop dada terbuka dan celana training adiddas warna navy.Setelah memakainya, Mika langusng keluar melalui teras kamar saat melihat Yama masik tidur lelap di balik selimut yang menutupi semua badannya termasuk kepala. Tidak lupa memasang tali leher Thor untuk berjaga-jag
"Ada apa?"Pak Anas memberikan tangan saat laki-laki yang baru turun dari becak menyalaminya. "Salah paham." Jawab Pak Anas.Dia mengangguk, menoleh pada Yama dan Mika yang baru masuk rumah. Dalam ingatannya seperti tidak asing dengan mereka."Culture shock." Jawab Mia sambil membuka warung untuk memasukkan belanjaan membuat laki-laki itu secara naluri membantu. "Kamu kok tumben bukan hari minggu pulang, Sa?""Adiknya pulang kok malah di bilang tumben.""Ya gimana, Pak. Asahi kan irit banget. Kalau uangnya enggak bener-bener habis enggak akan pulang."Asahi hanya tertawa, memang benar kalau uangnya tidak habis mepet hanya untuk ongkos pulang dia tidak pulang karena menghemat dan memaksimalkan uang saku. "Tanggal hitam di apit dua tanggal merah. Jadi sekalian di liburkan tiga hari." Asahi membantu menata belanjaan saat semua tas dan kardus sudah masuk warung."Kamu lanjut ya, Sa. Mbak mau masak soanya harus kirim ke r
Hansol yang baru memasuki practice room memijat pelipis saat melihat artis barunya tiduran di sofa sambil bermain nintendo switch dengan santainya padahal dua hari lagi comebacknya akan berlangsung. "Bobby!"Bobby melihat Hansol sekilas lalu tidak peduli banyak. "Persiapa apa saja yang sudah lo lakuin buat comeback gue?" Tanya Bobby tanpa mengalihkan perhatian dari game."Ngantur jadwal promosi, kerja sama beberapa iklan, variety show penganti Yama.""Bagus.""Tapi lo harus berlatih, Bob! Lo enggak bisa santai kayak gini. Banyak yang harus lo persiapkan. Gue baru dapat laporan dari pelatih katanya lo enggak mau latihan."Bobby berdecak. Dia menatap Hansol dengan pandangan tidak suka. "Gue juara pertama SMYV. Enggak perlu persiapan suara gue sudah bagus. Langsung perform sekarang juga bisa.""Lo belum apal liriknya. Enggak usah sok! Cepat latihan!" Hansol berjalan menuju pi
Mika keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut dengan handuk, dia baru saja mandi dan kini mengenakan setelah hoodie oversize milik Adidas. Setelah kejadian kemarin, Mika lebih banyak mengenakan pakaian panjang atau oversize walau harus cuci-kering pakai karena dia hanya membawa sedikit pakaian panjang."Thor.""Thor, dimana kamu?""Thor?"Mika memanjangkan leher, dia berjalan ke arah kandang yang ada di dekat TV. "Thor?" Mika jongkok di depan kandang Thor, melihat kandang Thor terbuka Mika melebarkan mata dengan jantung yang mulai berdetak lebih cepat. "Thor, kamu dimana?"Mika menggantung handuk, dia mengigit bibir bawah sambil menggerakkan matanya ke segala arah karena panik juga bingung. "Thor?" Mika mulai was-was, dia menghembuskan nafas panjang. Mencoba berfikir positif.Mika mencari Thor di kamar, tidak ada. Di ruang tamu, tidak ada. Di dapur, juga tidak ada. "Astaga, Thor." Mika bingung, rumah ini tidak terlalu luas ha
Yama berulang kali meminta maaf pada Asahi karena baru stay setengah jam di perpustakaan, pulang. Walau Asahi bilang sudah menyimpan materi belajarnya di drive yang bisa di buka offline di rumah, tetap saja Yama tidak enak. Padahal niatnya pamit pada Asahi tadi untuk pulang dulu kalau Asahi masih membutuhkan internet. Tapi Asahi malah ikut pulang.Selama perjalanan pulang, Yama masih memikirkan pembicaraannya dengn Hansol di telvon tadi. Yama benar-benar tidak menyangkan Hansol sejahat itu padahal Yama sangat mempercayainya. Hansol sangat licik, dia pandai memanfaatkan kelemahan Yama untuk membuat Yama tetap di desa ini unuk melancarkan rencan yang Yama tidak tahu.Sebenarnya bisa saja Yama kembali ke kota tanpa sepengetahuan Hansol tapi akan sangat bahaya bagi kesehatan mentalnya dan kesehatan mental Mika karena keadaan di kota sedang caos. Walau tidak membuka sosial media pasti ada saja berita itu, entah dari TV, koran, majalah
Tepuk tangan bergemuruh mulai tedengar samar saat dia kembali ke back stage dengan berjalan angkuh menuju ruang tunggu. Beberapa staf stasiun TV yang menyapa di acuhkan begitu saja karena menganggap tidak ada gunanya. Walau Hansol menegor dengan menyenggol lengan tapi Bobby tidak peduli.Bobby merebahkan diri di sofa sambil membuka atribut panggung menyebabkan beberapa aksesoris rusak karena di lepas asal atau tertindih badan. "Sudah trending di berapa kota?"Hansol menghembuskan nafas panjang. Dia duduk menyudut dari Bobby. "Dua belas kota."Bobby terkekeh angkuh "bagus dong. Dulu Yama cuman delapan kota." Ucapnya merasa bangga karena comebacknya sukses besar walau harus menganti genre musik rocknya ke hip-hop melow.Hip-hop melow. Nada hip-hop tapi liriknya melow sesuai ke adaan anak-anak muda jama sekarang yang sering di goshting. Singkatnya, lagi sedih di jogetin."Delapan kota tapi du
Semenjak kejadian Mika di bawa Erik pergi walau Erik mengantar Mika ke petshop karena Thor terluka, Han dan gengnya sering mengontrol rumah Mika dan sering nongkrong di warung Pak Anas. Han dan gangnya juga sering ke rumah Mika saat Yama memainkan gitar di depan rumah membuat mereka semua mulai akrab.Han sering mengajak Thor bermain. Beda dengan Asahi yang takut dan menghindar saat Thor mendekatinya. Ngomong-ngomong soal Asahi, dia sudah kembali ke kota.Entah kenapa semakin lama, Han ingin menjaga Mika dan menjauhkan Mika dari jangkauan Erik. Mungkin karena dia merindukan sosok adik yang sudah pergi karena kesalahannya.Yama menghentikan permainan gitarnya karena menguap. Dia menepuk pundak Alik (teman Han) yang ada di sampingnya "Kalian pulang aja, tidur di rumah." Titahnya pada tiga teman Han yang mendapat tugas berjaga.Yama merasa seperti memiliki bodyguard pribadi karena setiap hari rumahnya selalu di jaga. Yama jadi tidak e
Yama keluar saat mendengar suara Mia di depan rumah. Dia mengambil rantang dan mengembalikan rantang seperti biasa karena sudah masuk jam makan malam. Kening Yama menyerngit saat melihat warga desa beramai-ramai turun ke jalan. Obor di depan rumah yang biasanya hanya satu atau dua yang menyala kini sampai lima obor membuat jalanan lebih terang dari biasanya. "Ada apa, Mbak Mia?""Medekati waktu panen ada acara adat kebo-keboan, mas. Nanti ada semacam arak-arakan 30 orang di dandani menyerupai kerbau keliling kampung."Yama mengangguk. Pasti seru, ingin bergabung tapi Mika tidak bisa di keramaian. Di depan rumahnya benar-benar ramai terutama di warung Mia. Dari anak kecil hingga orang tua semua turun ke jalan menunggu arak-arakan."Mari gabung, Mas. Sebentar lagi sampai ke sini." Ucap Mia saat mendengar suara-suara dari kejauhan. "Ajak Mika sekalian, pasti senang."Yama mengangguk, dia menoleh saat Mia ters