Beranda / Romansa / Hold off / 02. Janggal

Share

02. Janggal

Penulis: Anjar Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-05 17:40:16

Langkah kaki tergesa saat Yama, Mika dan Hansol baru saja turun dari mobil. Hansol membantu membawa koper Mika karena sang empu sibuk mengendong Thor sebelum berpisah saat di pesawat. 

Untung saja tidak ada wartawan atau fans yang menunggui jadi perjalanan mereka aman dan lancar tanpa harus di hadang untuk wawancara atau semacamnya. 

Mika mengusap punggung Thor. Dia memberi ketenangan pada Thor agar anjing kecil itu tidak setres karena di ajak cepat-cepat. Sejujurnya Mika masih sangat mengantuk karena baru tidur 2 jam, moodnya sedang hancur-hancurnya. Kalau saja saat ini ada yang menyenggolnya sudah pasti Mika akan membacoknya. 

Setelah semuanya selesai di urus Hansol, Yama dan Mika segera naik pesawat. 

Sebenarnya berat bagi Yama untuk meninggalkan semua ini karena keringat, air mata, perjuangan dan pengorbanan yang dia lakukan berakhir mengecewakan. Yang menjadi penyesalan terbesarnya adalah kehancuran karirnya bukan murni kesalahannya. 

"Safe flight!" pekik Hansol dari balik kaca pembatas yang melihat Yama masih tidak rela pergi, dia terus melihat belakang dengan mata sedih. "Semoga masalah cepat selesai dan kita ketemu lagi." Hansol melambai. Berkali-kali dia menekan hidungnya agar tidak menangis. 

Yama mengangguk, dia melambai begitupun Mika. Setelahnya mereka hilang di balik dinding. 

Hansol menghembuskan nafas panjang. Dia kembali ke parkiran untuk pulang. Selama perjalanan menuju parkiran, Hansol terus memikirkan nasib selanjutnya. Hansol benar-benar menyayangkan apa yang terjadi pada Yama. 

"Anak yang malang." Gumam Hansol, dia berat hati melepas Yama pergi. Selama ini, Yama artisnya yang baik dan tahu diri. Mungkin karena Yama dasarnya orang kaya, jadi dia setuju-setuju saja tentang pembagian profit. Yama juga tidak banyak protes kecuali saat dia tidak setuju akan sesuatu. 

Selama bekerja dengan Yama semua terasa mudah dan lancar. Perkembangan Yama dalam satu tahu juga cukup signifikan. Tidak ada yang pernah menyangka singel debut solo Yama meledak di pasaran. Masuk top musik Bilboard yang membuatnya memiliki fans luar negeri.

"Keberuntungan belum sepenuhnya memihakmu, Yam."

Hansol akhirnya sampai parkiran. Dia menekan remote mobil karena lupa meletakkan mobil di mana. Setelah mendapat bunyi alaram, Hansol mendekat saat ponsel di mantelnya bergetar. Sambil berjalan menuju mobil Hansol mengangkatnya. "Dia sudah pergi. Sekarang giliranmu untuk bersinar. Jangan sia-siakan kesempatan."

"Good job, Hansol!"

***

Mika jet lag, badannya terasa remuk setelah melakukan pernerbangan panjang dan harus melanjutkan perjalanan darat entah ke mana yang pasti melebihi 1 jam perjalanan karena sampai matahari hampir terbenam mereka belum sampai tempat tujuan. 

Sejujurnya Mika ingin protes, dia ingin menangis karena tidak nyaman. Tapi melihat Yama yang masih syok dan belum bisa menerima keadaan, Mika memilih diam. 

Mika melihat Thor yang juga tidak nyaman karena berada di dalam kandang seharian. Dia ingin mengeluarkan Thor tapi di tahan Yama karena Mika duduk di tengah bersebelahan persis dengan supir yang membawa kijang pick-up. Yama melarang karena takut Thor loncat-loncat dan menganggu supir yang bisa saja mengakibatkan kecelakaan. 

"Kapan sampainya?"

"Magrib, neng. Sabar ya. Si Jeger sudah tua, hehehe." Jawab supir jenaka. 

Mika menghembuskan nafas panjang membuat Yama menoleh melihatnya. Yama yang tahu adiknya bosan dan lelah mengambil kepala Mika untuk di letakkan di dadanya. "Sabar ya." Ucap Yama menenangkan Mika dan dirinya sendiri. Yama sebenarnya juga butuh sandaran, butuh tempat untuk menangis tapi dia menahannya sampai membuat relung hatinya sakit. 

"Kamu lapar? Makan snack yang di beli mas Hansol dulu mau?"

Mika menggeleng.

Yama tersenyum pahit. Dia membuang wajah menghadap jendela agar air mata yang menggenang di pelupuk mengering tersapu angin. Rasa bersalahnya kembali muncul membuat hatinya sakit dan pedih. 

Tanpa terasa mobil memasuki sebuah desa dengan jalan kecil dari tanah yang hanya muat satu mobil. Di kanan-kiri setiap rumah yang di lewati ada obor sebagai penerang jalan. Azan berkumandang membuat anak-anak kecil dan beberapa orang tua berjalan bersama menuju masjid. Saat mobil lewat, mereka menepi padahal jaraknya masih jauh. 

Mika yang tadinya bersandar pada dada Yama menegakkan badan melihat hal baru yang baru di temuinya seumur hidup. Thor di dalam kandang juga tidak mau ketinggalan. 

Jujur Mika kagum saat melihat kebersamaan warga menuju masjid sambil berjalan kaki. Kagum dengan ibu-ibu yang meneriaki seorang anak kecil untuk berhati-hati karena meloncat dari ujung selokan ke ujung selokan agar tidak perlu memutar padahal bukan anaknya. 

Di desa ini masih banyak pohon bambu, pagar rumah dari bonsai, jembatan dari bambu dan angkringan pos ronda di pertigaan. Walau matahari sudah terbenam tapi langit belum gelap. Di sini suasana magrib sungguh terasa menyenangkan bukan hanya azan sebagai panggilan sholat yang berlalu begitu saja karena ada alaram di ponsel. 

Mobil berhenti menyadarkan Mika. Dia menegakkan badan bersiap turun saat Yama membuka pintu untuk turun lebih dulu. Yama mengambil kandang Thor agar Mika keluar dengan mudah. 

Mika melihat rumah yang akan di tempatinya. Rumah sederhana dari kayu penuh ukiran. Jendela dan pintu kupu-kupu terbuat dari kayu. Ada lonceng di samping pintu dari logam antik. Sekeliling rumah ada pagar dari bonsai dan pohon mangga setinggi Yama. Sepanjang penglihatan Mika menuju rumah ini, hanya ada beberapa rumah yang seperti rumahnya. Sepertinya rumah seperti itu rumah paling mewah di desa ini. 

Mika mundur saat seorang pria pemilik warung serba ada sebelah rumahnya mendekat membantu supir menurunkan koper. Juga seorang perempuan muda seumuran Yama yang sepertinya anak pemilik warung mendekat ingin membantu tapi semua koper sudah turun dan di bawa masuk membuat perempuan itu menghampiri Mika dan tersenyum. 

"Halo. Kenalin saya Miayasih. Biasa di panggil Mia."

Mika membalas jabatan tangan Mia. "Mikaila, panggil saja Mika."

Mia mengangguk, tiba-tiba dia tersenyun membuat Mika mengangkat sebelah alis "Mika. Seperti nama tempat makan plastik yang biasa untuk hajatan." Ucapnya lalu meminta maaf karena meledek nama Mika. 

"Pak sudah mau komat!" Peringat Mia pada ayahnya yang ada di dalam rumah Mika karena pujian hampir selesai. 

Ayah Mia keluar dari rumah terburu sambil membenarkan sarungnya "iya. Bapak berangkat." Ucapnya tersenyum saat matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Mika. 

Yama keluar bersama Thor yang sudah keluar dari kandang dan supir yang pamit karena pekerjaanya sudah selesai. Yama menoleh sambil tersenyum saat mendapati ada perempuan di samping adiknya. "Hello." Sapa Yama, dia merangkul Mika saat Mika mengambil alih Thor. 

"Halo. Kenalin saya Miayasih. Biasa di panggil Mia."

Yama mengangguk. "Halo Mbak Mia, saya Yamaha. Panggil saja Yama." Mia mengangguk, dia tersenyum. Kali ini membatin kalau nama Yama sama seperti merek motor.

Setelahnya tidak ada obrolan di antara mereka membuat suasana canggung. Mau pergi lebih dulu sama-sama tidak enak sampai akhirnya Thor menganggo kecil karena lapar. 

"Kita masuk dulu, Mbak Mia." Pamit Yama yang diangguki Mia. Yama ikut mengusak bulu Thor saat menuju rumah. Mia yang di tinggalkan kembali ke warung untuk bergantian dengan ayahnya menjaga warung karena ayahnya ke masjid. 

Mika melepas Thor saat Yama menyiapkan makanan untuk Thor. Dia melihat rumah baru yang furniturnya sangat sedikit membuat ruangan sempit ini terasa luas. Dari pintu masuk, di sebelah kiri langsung sampai ruang tamu yang kursi dan mejanya dari bambu. Di kanan terhalang tembok, ada ruang keluarga yang hanya ada satu kursi panjang dari bambu dan meja untuk TV. 

Ruang TV langsung terhubung dengan dapur sekaligus kamar mandi. Sedangkan di samping ruang tamu ada dua kamar kosong. Kamar paling ujung ada teras yang langsung terhubung taman samping rumah. 

Yama yang selesai mengurus Thor menghampiri Mika yang masih melihat-lihat kamar mana yang mau di pilihnya. Dia memegang pundak Mika dari belakang "mau makan sekarang?"

"Aku enggak lapar."

"Kamu cuman sarapan di pesawat. Makan ya? Nanti sakit."

Mika menghembuskan nafas panjang, dia mengangguk saat pintu di ketuk membuat mereka menoleh. Yama yang ada di dekat pintu keluar kamar untuk membuka pintu dan mencari tahu siapa yang datang "Mbak Mia?"

Mia tersenyum, dia memberikan rantang panjang yang baru saja di tatanya dari rumah "maaf menganggu. Saya cuman mau mengantar makan malam untuk Mas Yama dan Mika. "

Yama menyerngit, apa semua warga desa baik pada pendatang baru? Tadi saja tanpa meminta bantuan, Pak Anas -ayah Mia- membantunya menurunkan koper dan membawa ke dalam rumah. 

"Terima kasih banyak, Mbak Mia." Yama menerimanya dengan senang hati. 

"Sama-sama."

Saat Mia akan pamit, Yama menahannya. "Oh iya, Mbak Mia. Apa di sini ada yang jualan makanan matang? Jual sarapan atau semacamnya?" 

"Tidak ada. Kalau mau harus ke desa sebelah. Soalnya warga desa di sini lebih sering masak sendiri jadi enggak ada yang jualan makanan matang." Jawab Mia membuat wajah Yama turun. "Mas Yama tenang saja. Selama satu bulan ini, makanan untuk Mas Yama dan Mika sudah di serahkan ke saya."

"Benarkah?" Respon Yama kaget. Tentu saja kaget karena Yama tidak menyangka perusahaan menyiapkan sejauh ini sampai urusan makan. Tapi kalau di rasa-rasa seperti ada yang menjanggal. "Kalau boleh tahu, rumah ini dulunya milik siapa?"

Reflek, Mia melihat rumah yang Yama maksud. "Milik orang kota. Rumah ini di bangun dua bulan yang lalu dan baru jadi kemarin. Loh saya kita rumah ini memang milik Mas Yama."

Raut wajah Yama tiba-tiba berubah. Nafanya berat menahan kekecewaan dan amarah. Benar dugaanya, pasti ada yang merencanakan jauh-jauh hari kehancuran karirnya termasuk Hansol. Tidak mungkin perusahaan langsung mengasingkannya tanpa meminta klarifikasi atau berdiskusi lebih dulu. "Di sini jaringan internet di mana? Apa harus ke kota dulu?"

"Di SD ada setiap hari jumat."

Yama mengangguk "Kalau begitu terima kasih, Mbak Mia."

"Sama-sama. Kalau ada yang di tanyakan lagi boleh tanya ke saya atau bapak. Soalnya bapak kades." 

Yama ber-oh ria sambil mengangguk paham." Baiklah."

"Saya permisi dulu. Selamat makan."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hold off   36. Gosip, curhat tipis-tipis

    Mia yang baru keluar dari kamar mandi segera ke warung saat mendengar suara pembeli yang terus-menerus memanggil. Dia segera masuk warung lalu tersenyum pada pembeli yang menatapnya bad mood karena menunggu lama.Entah kemana ayahnya, Mia tidak tahu karena setaunya Pak Anas menjaga warung karena dirinya masih masa pingit. "Beli apa, bu Tri?""Minyak goreng 1/4 sama sampo dua ribu aja!" Jawab bu Tri ketus sambil memotong sampo yang mengantung di depannya dengan wajah merengut. "Pada kemana toh, mbak Mia? Aku sampai paduan suara loh."Mia tersenyum sambil menimbang minyak goreng pesanan bu Tri ke plastik bening. "Saya masak di dalam, bu. Sekarang agak santai karena enggak ada pesanan jadi masaknya rada siang. Kalau bapak kemana, enggak tahu mungkin keluar sebentar." Jawab Mia ramah seperti biasa.Bu Tri meletakkan gunting ke atas toples dengan sedikit membanting. Rupanya masih kesal. Dia me

  • Hold off   35. Pernah viral

    Tangkai bunga terus memenuhi pusaran seiring bertambahnya hari. Fans dari berbagai kota dan negara datang untuk berkunjung, berdoa, meminta maaf karena telah berhianat maupun ikut memberi komentar buruk, juga meninggalkan setangkai bunga sebagai bentuk penghormatan.Banyaknya selebriti yang datang lalu berfoto di pusaran, menjadikan pusaran Yama menjadi spot foto bukti atau ajang pamer ke antar fans karena telah ke makan Yama. Seperti suatu hal yang wajib untuk di lakukan agar seperti selebriti atau idola lakukan, tak jarang membuat fans saling berebut spot yang berakhir pada keributan.Namanya juga orang banyak, ada yang datang tulus mendoakan ada juga sebagai ajang ikut-ikut supaya bisa berfoto dengan latar belakang yang sama dengan idola. Terkadang niat baik seseorang rusak demi atensi, pujian, dan 'wah'Seperti 'wah dia ke makan Yama' 'wah dia seperti idola A yang mengenakan drees putih milik LV' 'wah selebriti B datang mengenakan mantel Gucci' 'wah wa

  • Hold off   34. Benar juga

    Mister Joe terbangun saat pohon yang di jadikannya tempat beristirahat sementara bergoyang-goyang sampai membuatnya hampir terjatuh kalau saja tidak mengikat badan ke batang pohon dengan sabuk. Mister Joe segera terkesiap saat menyadari apa yang telah terjadi dengannya, dia melihat bawah dengan pisisi waspada yang tak lama menghembuskan nafas lega saat lagi-lagi dua orang anggota pecinta alam mendatanginya."Ada apa?"Laki-laki berbadan tinggi yang kemarin naik untuk menolong Mister Joe mendongak "ayo turun, pak. Sarapan."Mister Joe menengguk ludah, dia memegan perutnya yang baru terasa keroncongan karena kemarin saat sarapan dua orang berbadan besar mendobrak apartmen membuatnya hanya makan tiga suap nasi goreng. Lalu siang melawan mereka di tengah laut karena mereka akan membuangnya ke tengah laut, kemudian malamnya bersembunyi karena ada yang mengejar.Atau malah hanya halusinasinya saja?Yang pasti, lain kali Mister Joe akan menghargai s

  • Hold off   33. Saran

    Kicauan burung di pagi hari, kokokan ayam serta suara sapi yang menggema membuat rumah kembali hidup. Kandang kembali ramai, para pembeli dan penjual memenuhi kandang seperti biasa.Area dalam rumah yang biasa gelap, kini terang karena jendela dan korden di buka. Ruang makan yang biasanya sepi karena makan di kamar masing-masing atau beda jam makan atau sengaja menghindar, kini ramai.Rumah yang dulunya mati kini benar-benar terasa hidup. Erna tidak henti-hetinya tersenyum dan tertawa mendengar celotehan Han yang bercerita pengalam pertamannya mengurus kandang. Mulai dari di seruduk anakan sapi, keinjak tai sapi sampai tersabet buntut sapi."Makannya kamu itu hati-hati." Ceramah Hanik mengambil satu ikan menaruhnya ke piring Han. "Maaf ya, Mbak. Han enggak punya pengalaman sama sekali. Dulu mending bapaknya manjain dia, jadi enggak pernah di ajarin kerja."Erna tertawa "enggak papa, pelan-pelan nanti juga

  • Hold off   32. Melunakkan batu yang keras

    Rika merasakan kepalanya pening, badannya pegal juga kaku. Rasanya seperti terbaring lama hingga membuat semua anggota tubuh terasa kebas.Rika membuka mata, cahaya terang nan menyilaukan langsung menyorot mata membuatnya berkedip berkali-kali karena terasa seperti disiram debu halus. Rika memejamkan mata beberapa detik sambil menekannya dengan jari telunjuk dan ibu jari lalu membuka lagi hingga perlahan cahaya yang masuk mulai netral.Rika melihat sekitar, aroma khas rumah sakit langsung menusuk hidung membuat Rika tersadar kalau dirinya berada di ruang inap. Tapi siapa yang membawanya kesini?"Sudah bangun?!"Rika menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka. Dia tersenyum saat seorang suster mendorong troli makanan masuk. "Sudah." Jawab Rika paruh dan lemah. Badannya benar-benar lemas."Sarapan, ya. Biar tenaganya terisi." Titah suster menyiapkan meja, menaikkan kasur agar Rika mudah un

  • Hold off   31. Hot issue

    Asahi tercengang, separuh jiwanya terasa melayang dengan layar ponsel memperlihatkan berita kematian Yama dan Mika dua hari lalu dari notifikasi berita yang masuk saat ponselnya terhubung ke internet. Yang berati Mika pergi di hari yang sama dengan Erik pergi. Ternyata mereka tidak benar-benar terpisah walau Mika memutuskan pulang ke Jakarta saat mengetahui Erik menghamili Rika. Alam mendukung hubungan mereka.Baru satu jam yang lalu Asahi sampai kos, berniat memposting fotonya bersama Mika dengan caption kebahagiaan dan men-tag Mika lalu menunggu repost dari Mika seperti janjinya. Sayangnya tidak akan terjadi.Asahi memposting fotonya berama Mika dengan caption bela sungkawa yang kolom komentarnya langsung di serbu teman-temannya menanyakan bagaimana bisa dirinya foto bersama Mika dan lain sebagainya yang menyangkut keingin tahuan mereka dengan Mika di real life seperti tinggi badan, kecantikan dan lain sebagain

  • Hold off   30. Titik terang

    Yuno terbangun saat tangannya meraba tidak mendapati Tiffany di sampingnya. Dia melenguh panjang lalu tiduran dengan melihat langit-langit menunggu nyawanya terkumpul.Yuno melamun, sudah dua hari ini dia tinggal di Indonesia dan beberapa hari lagi kembali ke Inggris tapi rasanya belum tenang kalau belum membereskan kekacauan di sini. Yuno takut Yama pergi dengan tidak tenang karena fitnah skandal itu.Yuno sudah tahu siapa pelakunya dari orang suruhannya yang kemarin memberinya laporan, dia sama sekali tidak menyangka orang itu yang melakukan. Tinggal menunggu waktu yang tepat semua akan terbongkar.Yuno menyibak selimut, dia mengikat kimonon piyamanya lalu turun dari kasur. Setelahnya berjalan ke arah korden, menyibak korden lebar agar cahaya masuk kemudian mengambil segelas air yang ada di nakas, kemudian di tengguknya sampai habis.Yuno berjalan kearah kamar mandi, langkahnya berhenti saat mendengar su

  • Hold off   29. Peringatan?

    Uhukk ...Uhuk ...Rika terbatuk dan terbangun saat asap rokok melewati hidung dan menggelirik tenggorokannya. Dia mengibaskan tangan di depan wajah agar asap pergi membuat seseorang yang menunggunya bangun terkekeh membuat Rika mengambil ancang-ancang untuk kabur saat wajah orang itu terlihat. "Lepaskan aku, Pak Darman!"Darman tertawa "tidak ada yang mengikatmu wanita, bodoh!" Hardiknya membuat Rika segera berdiri ke arah pintu sayangnya pintu terkunci. "Tenanglah, tidak ada yang akan berbuat jahat padamu. Sini, minum dulu." Ucapnya meyakinkan menuang sebuah minuman berwarna coklat keruh ke gelas kecil. "Minum." Titahya sekali lagi."Apa itu obat penggugur kandungan?"Darman tertawa, dia menghisap rokoknya lalu membuang asap sembarang. "Hmm ... pintar sekali. Pernah meminumnya, hmm jalang kecil?" Rika masih belum bergerak di tempatnya,

  • Hold off   28. Kenangan

    Hansol menghampiri Yuno yang sedang duduk santai di sofa setelah menerima banyak tamu. Walau belum semua tamu pulang, tapi rumah lumayan lega jadi tuan rumah bisa sedikit lebih santai. Yuno yang di hampiri menegakkan badan, dia tersenyum pada Hansol membuat Hansol lagi-lagi merasa berdosa karena semua keluarga Thomson berhati baik."Mas Hansol ya?" Yuno menyalami Hansol lalu mempersilahkan Hansol duduk di sofa sampingnya. "Yama maupun Mika banyak cerita tentang mas Hansol. Maaf baru sekarang menyapa karena tadi benar-benar masih syok." cerita Yuno membuat Hansol mengangguk paham. "Terima kasih sudah banyak membantu Yama dan Mika semasa hidup mereka dan tolong maafkan mereka kalau memiliki salah baik sengaja maupun tidak sengaja."Hansol mengangguk, hatinya kembali tergores. Lagi-lagi di tampar dengan kebaikan dan ketulusan Thomson's "saya sudah memaafkan. Mereka orang baik, saya yang banyak berbuat salah." Hansol memberika sebuah paper

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status