Share

7. Bad Grazian

Penulis: Yellowflies
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-07 14:16:07

Ada banyak pelarian yang bisa diambil untuk melepaskan penat, marah dan segala emosi. Sayangnya tak semua mengambil tempat pelarian yang tepat. Grazian salah satunya yang memilih menjadi nakal untuk melepaskan emosinya walau dia tahu tak pernah ada yang selesai dari jalan yang dipilihnya.

Semakin malam semakin ramai jalanan di tepi kota yang akan menjadi arena balap dadakan. Sekumpulan muda-muda membentuk dua kelompok di sisi kiri dan kanan jalan. Mendukung jagoan mereka masing-masing. Grazian sendiri tentu lebih mengandalkan Genta siswa SMA yang nasibnya hampir sama dengan Grazian. Punya orang tua tapi, terasa yatim piatu.

Gadis-gadis berpakaian seksi, celana pendek yang dipadu dengan tangtop ketat. Satu dari mereka bergelayut manja di lengan Grazian. Tidak tahu siapa namanya tapi, Grazian menikmati ketenarannya di antara para gadis. Membiarkan satu dari mereka menciumnya atau memberikannya minum. Grazian tidak turun ke jalan dia hanya akan mengawasi Genta Jagoannya mal ini.

Saat seorang gadis dengan syal merah turun ke tengah jalan dan mulai berhitung lalu melepas syal merah itu ke udara dua motor yang bersaing malam ini mulai melaju. Benar-benar mereka menikmati malam ini sebagai jiwa yang bebas. Mengklaim diri mereka adalah raja jalanan, menentang takdir Tuhan. Grazian sendiri duduk santai menunggu Genta sampai ke garis finish.

“Sayang malam ini free enggak?” tanya gadis itu manja sembari membelai rahang Grazian dengan sensual.

Menanggapi gadis asing yang baru pertama dikenalnya itu, Grazian tersenyum lantas mengecup bibirnya singkat. “Di tungguin mama, beib.”

“Iiiih… kok gitu sih padahalkan aku lagi pengen.” Rengek gadis berbaju merah super ketat itu.

Grazian terkekeh geli tapi, dia memang berencana akan langsung pulang setelah balapan selesai. Besok pagi masih ada kuliah, Merona akan marah jika dirinya bolos kuliah dan Grazian tidak suka jika Merona marah padanya. Pernah satu kali Merona marah karena Grazian kedapatan beberapa kali bolos kuliah lalu Merona mendiamkan dirinya berhari-hari. Menghadapi Merona yang tengah marah Grazian tak sanggup.

Sorak-sorai menyambut Genta yang memasuki garis finish. Grazian beranjak dari tempatnya untuk menghampiri Genta. Memberikan selamat sembari menjabat tangannya khas lelaki. “Bulan depan siap-siap lo.” Katanya kemudian.

“Oke bang!” Genta kemudian melirik lawannya yang usianya jauh lebih tua darinya. Mungkin sama-sama duduk di bangku kuliah. “Mana duitnya?”

Lelaki berambut berantakan itu menyerahkan segepok uang dengan jumlah tak sedikit pada Genta sambil bersungut marah. “Urusan kita belum selesai!”

“Iyain biar cepat.” Balas Genta.

Grazian melirik lawan Genta dengan tidak minat sesaat lalu kembali pada Genta dan teman-temannya. “Gue cabut duluan.”

“Lho bang, enggak ngikuti nongkrong?” tanya salah satu kawan Genta.

“Lain kali.” balas Grazian lalu berjalan ke tempat motornya berada. Bukannya untuk pulang ke apartemennya tapi, Grazian akan pulang ke apartemen Rachel. Ada hasrat yang harus dipuaskan.

Ajakan wanita sebelumnya tidak membuat Grazian berminat sebab tahu, jika wanita-wanita yang ada di kerumunan balap motor tersebut rata-rata bukan wanita yang aman untuk diajak bercinta. Grazian walaupun brengsek tapi, selalu memastikan lawan bercintanya bersih dan selalu main aman. Rachel adalah salah satunya. Gadis itu juga punya ketentuan ketika bercinta dengan pria. Grazian pada akhirnya menentukan sendiri aturan mainnya dan Rachel menyetujuinya.

Angin malam yang berhembus membuat Grazian menikmati perjalanannya menuju kediaman Rachel tapi, sebelum sampai dia membeli makanan lebih dahulu di kedai yang buka dua puluh empat jam setelahnya Grazian kembali memacu motornya dengan kecepatan penuh. Bisingnya seperti gaungan Singa yang marah. Tak lama Grazian akhirnya sampai, dia memarkirkan motornya di basement.

Dari basement Grazian masuk ke lift menekan angka sepuluh dimana unit Rachel berada. Gadis itu sudah menunggunya, terbukti ketika pintu diketuk Rachel langsung berlari menghampiri untuk membukakannya. Seperti yang sudah-sudah penampilan Rachel selalu menggoda.

“Aku bawa makanan.” Kata Grazian sembari menyodorkan kantong makanannya.

“Tapi, aku maunya makan kamu.” balas Rachel menggoda. Tangannya bergerak meraih pinggang Grazian, dengan kepala mendongak dia meminta Grazian untuk mencium bibirnya.

Santapan yang sempurna.” Kata Grazian di atas bibir Rachel.

Lalu yang terjadi setelahnya adalah malam panas mereka habiskan di atas ranjang milik Rachel. Dinding-dinding ruangan itu menjadi saksi bisu setiap erangan yang keluar dari dua insan yang bergelung nikmat di bawah selimut itu. Selalu panas dan menggairahkan setiap percintaan yang Grazian lakukan pada gadis manapun.

***

“PT Makmur Sejahtera adalah perusahan yang bergerak dibidang industri kimia yang berdampak pada lingkungan masyrakat. Dari kaidah hukum yang tertulis bahwa PT Makmur Sejahtera bersifat bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku dan juga melanggar hak subjektif orang.” Dosen wanita di depan para mahasiswa itu menjeda penjelasannya, lalu matanya menyisiri seisi kelas. “Grazian! Perbuatan melawan hukum meliputi beberapa hal, bisa sebutkan apa saja?”

Grazian langsung menegakan badannya. Menguap lebar kemudian dengan malas dia menjawab. “Perbuatan yang bertentangan dengan hak milik orang lain, perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan, yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri dan perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan di dalam pergaulan masyarakat yang baik."

Jawaban Grazian diapresiasi. “Lain kali jangan tidur di kelas saya. Selanjutnya, perbuatan melanggar hukum memiliki tiga katagori. Pertama melawan hukum karena kesengajaan, kedua melawan hukum karena kelalain dan ketika, perbuatan hukum tanpa kesalahan atau tanpa kesengajaan dan kesalahan….”

Penjelasan panjang lebar dosen wanita tersebut pada akhirnya didengar samar-samar oleh Grazian yang mengantuk berat. Semalam setelah selesai bercinta dengan Rachel lelaki itu langsung pulang dipukul setengah enam pagi. Lalu mandi dan bersiap ke kampus. Grazian belum tidur lalu menjadikan kelas hukum perdata lahan tidurnya.

Sang dosen mulai sebal dengan Grazian, meskipun cerdas tapi, akhlak lelaki itu sangat buruk. Lagi sang dosen menjadikan Grazian sasarannya. “Grazian! sebutkan unsur-unsur perbuatan melawan hukum.”

“Bu, kenapa saya terus sih? Nanti saya tambah pinter, yang lain aja.” Jawab Grazian malas dengan kepalanya yang masih menempel di meja.

“Teman-teman sekelas kamu duduk tegak menyimak penjelasan saya dan kamu satu-satunya yang tidur….”

Belum selesai sang dosen bicara Grazian memotong. “Yang duduk tegak dan menyimak belum tentu mengerti bu. Ibu tanya aja sama mereka, pasti kayak orang linglung.”

“Saya tanyanya kamu, bukan mereka!”

“Saya jawab ya bu tapi, kalau benar saya hari ini keluar lebih cepat dari kelas ibu.”

“Tidak bisa begi…”

“Bisa dong kan saya bayar, ibu dapet gaji dari uang saya juga.”

Perdebatan antara Grazian dan dosennya menyita perhatian seisi kelas. Semua tahu kalau bad boy si cerdas yang tak punya akhlak. Mereka berani menjamin kalau Grazian pasti dikeluarkan dari kampus kalau bukan cucu dari donator terbesar di kampus. Apalagi kecerdasan Grazian juga tidak bisa disepelekan. Beberapa dosen sering berdebat dengannya. Sebagian mengerti dan menerima argument Grazian dengan lapang dada tapi, sebagain lagi tidak karena merasa tersaingi oleh mahasiswa mereka sendiri.

Dosen perempuan kebanyakan lebih memakai hati ketika meladeni Grazian dan berkakhir dengan mereka yang marah lalu mengusir Grazian dari kelas tapi, terkadang mereka tidak melakukan itu sebab tentu saja Grazian akan girang. Maka, pilihan dosen perdata itu adalah mengalah tak lagi mendebat Grazian dan membiarkan lelaki itu terlelap di sisa jam kelasnya. Setengah jam berikutnya kelas perdata selesai dan Grazian menjadi yang paling cepat keluar dari kelas. Dia mengirim pesan pada Merona meminta gadis itu untuk menemuinya di halaman belakang kampus saat jam makan siang.

Tapi, karena jam makan siang masih ada satu jam lagi Grazian memanfaatkan kesempatan itu untuk menggoda beberapa gadis yang lewat di depannya. Seperti biasa para gadis akan tersipu-sipu atas godaan Grazian. Seseorang menepuk pundaknya dengan keras.

“Anjing!” Grazian mengumpat pada pelakunya.

Daren terkekeh atas tindakan Grazian. “Gadang lagi lo semalam?”

“Hmm.”

“Sama Rachel? Berapa ronde?”

Grazian tak menjawab. Dia melengos pergi, lalu Daren mengikuti. “Rachel selalu tahu apa yang gue mau.”

“Kakek mau ketemu lo.” Akhirnya Daren menyuarakan maksudnya sejak awal. Mereka adalah sepupu. Daren tahu masalah apa yang dihadapai Grazian.

“Bilang ke kakek, temui gue sore ini di pemakaman nenek.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Holding On To You   36. Mencari Cara

    Sagara sudah pusing melihat ibunya yang sejak tadi mondar-mandir tak karuan. Bocah lelaki itu tak mengerti karena ucapan Merona tak sesuai seperti siang hari. Sagara dilarang datang ke ulang tahun adiknya Sulki. Alhasil Sagara melewatkan ajakan beberapa teman sepermainnya.“Siang tadi Mami bilang boleh, Mami juga yang akan antar. Kenapa sekarang enggak boleh?” tanya Sagara lesu.Merona berhenti mondar-mandir, dia menatap putra tunggalnya. “Maafin Mami ya.”“Mami harus kasih alasan yang jelas dong.”Tentu saja Merona tidak tahu harus memberi alasan jelas seperti apa. Langit tidak hujan, tidak pula ada badai. Sekuat apapun Merona mencari alasan, hasilnya tetap saja buntu. Sampai kemudian pintu rumahnya diketuk dari luar, Merona terlonjak kaget. Lalu terdengar suara beberapa anak memanggil anaknya.“Sagaaa!”Sagara melompat dari kursinya. Buru-buru dia keluar menghampiri kawan-kawannya. Merona tak sempat mencegah ketika anaknya itu membuka pintu depan rumah. Sagara tersenyum melihat tema

  • Holding On To You   35. Rumah Angker

    Kabar rumah angker yang sudah dibeli dan sedang dibongkar untuk renovasi itu langsung menyebar ke seluruh lingkungan. Termasuk Sagara, bocah itu bercerita pada Merona bahwa Om tampan yang dijumpainya tempo harilah yang membeli rumah tersebuh.Merona masih tak tahu siapa om tampan yang dimaksud anaknya. Lantai dia bertanya pada Chika. “Kamu tahu siapa om tampan yang dibicarakan Sagara?”“Oh itu, waktu di taman beberapa hari yang lalu ada om-om duduk di samping Sagara terus ngajak ngobrol. Kalau enggak salah namanya Zyan Malik.”Sesaat Merona terdiam. “Saya kan sudah bilang jangan dekat-dekat orang asing.”“Bukan orang asing, Mami. Nanti om tampan itu kan jadi tetangga kita juga.” Timpal Sagara sambil duduk di meja makan dan menarik piring berisi omlete dan roti panggang untuk cemilan sorenya.“Kok kamu tahu kalau om-om itu akan jadi tetangga kita?”“Tahulah,” jawab Sagara bangga. “Pulang sekolah tadi kan aku main di rumah Sulki yang rumahnya di depan rumah angker itu, Mi.”Merona waspa

  • Holding On To You   34. Begini Saja Dulu

    Salah besar jika Grazian selama ini diam dan tidak tahu menahu keberadaan Merona. Pria itu tetap tahu kabar pujaan hatinya, meski hidup di bawah tekanan sang kakek tetap saja Grazian mengawasi Merona. Pria itu bahkan tahu soal Sagara—anaknya bersama Merona. Semua kemudahan yang Merona dapatkan pun tak lepas dari campur tangan Grazian. Hanya saja pria itu menahan diri untuk kontak langsung dengan Merona demi keselamatan mereka.Namun hari ini rupanya Grazian sudah tak sabar menahan diri lagi. Terlebih dia mempunyai kesempatan sejak kondisi kakeknya memburuk. Sepenuhnya kekuasaan sekarang ada di tangan Grazian, namun dia khawatir jika Merona enggan menemuinya. Jauh dari Merona membuat kehidupan Grazian berubah, terasa semakin kelam dan kotor dunianya. Grazian terkadang bertanya-tanya tentang apakah memang pantas dirinya untuk Merona?Grazian menatap Sagara lewat jendela mobilnya. Bocah lelaki itu tengah duduk di bangku taman bersama pengasuhnya. Ada anak-anak kecil lainnya yang bermain

  • Holding On To You   33. Sampai

    - 6 Tahun Kemudian - "Selamat pagi!" Merona hangat menyapa pada pasien pertamanya hari ini. Seorang wanita muda yang tengah berbadan dua. Datang bersama suaminya. Merona tersenyum tatkala dengan sigap sang suami menarik kursi untuk istrinya duduk. "Jadi apa yang ibu rasakan?" tanya Merona ramah. "Saya enggak merasakan apa-apa, tapi suami saya, Dok. Kan saya yang hamil, terus kenapa dia yang mual-mual dan ngidam?" Merona tersenyum mendengar penuturan si ibu muda tersebut, lanjut kembali dia menjelaskan. "Itu namanya kehamilan simpatik, atau disebut juga dengan sindrom Couvade. Walaupun bapaknya mual-mual dan ngidam itu enggak berbahaya." Sang suami menjawab. "Sebenarnya saya enggak masalah untuk hal tersebut, Dok. Saya dan istri datang ingin melihat buah hati pertama kami." "Baik," balas Merona. Lalu bertanya. "Apa sebelumnya sudah pernah melakukan pemeriksaan?" Mereka menggeleng. Kening Merona berkerut, melihat kondisi perut yang sudah besar tersebut. "USG belum pern

  • Holding On To You   32. Tanpa Tatap

    Masih ada dua jam lagi sebelum keberangkatannya. Grazian yang berada di kantor kakeknya untuk sebuah urusan itu, diam-diam menyusup pergi ke kediaman lama Merona. Pria itu yakin gadisnya ada di sana. Lolos dari beberapa pengawal yang menjaganya bukanlah hal yang mudah. Grazian bahkan harus menukar pakaiannya dengan office boy, lalu menutupi wajahnya dengan topi. Keluar dari pintu belakang, Grazian menyetop taksi di depan kantor kemudian.Jika sekarang Grazian tidak memaksakan dirinya bertemu Merona, maka Grazian khawatir tidak akan pernah ada lagi kesempatan bertemu Merona. Tahu benar bahwa kakeknya itu tidak main-main dengan segala rencananya. Pikiran Grazian tidak tenang selama dalam perjalanan, bagaimana dirinya ditinggalkan begitu saja oleh Merona ketika mereka telah membagi segala rasa. Kenyataan bahwa Grazian terlampau mencintai Merona tak terelakan begitu saja.Maka saat taxi berhenti di depan rumah Merona, pemuda itu langsung turun membuka gerbang rumah yang rupanya tidak diku

  • Holding On To You   31. Tak Pernah Cukup

    Melihat bagaimana bahagianya Merona membuat Grazian tidak mempermasalahkan dirinya yang sudah mual menaiki macam-macam wahana. Malam yang semakin larut membuat keduanya semakin dekat merapat. Kembang api diluncurkan ke langit. Letupan-letupan indah itu menjadi penutup malah hangat mereka. Kini keduanya sudah kembali ke apartemen membawa serta sisa-sisa tawa.“Aku enggak nyangka kalau kamu ketakutan naik wahan ekstrim,” ucap Merona mengingat beberapa kejadian yang membuat Grazian nyaris muntah.“Bukan takut Sayang, tapi pusing.”“Udah tua ya?”“Bisa aja kamu,” lalu Grazian membawa Merona duduk di atas pangkuannya. Merapatkan tubuh ideal itu padanya. “Besok aku pergi, Roo.”Mata Merona mengerjap, kaget mendengar pengakuan Grazian. Memang sebelum Merona tahu bahwa Grazian akan pergi selama liburan, tapi dia hanya tidak menyangkan akan secepat itu. “Aku kira lusa atau beberapa hari lagi.”“Aku pikir begitu, tapi tadi sore kakek minta aku pergi besok.”Merona tidak tahu harus menjawab apa.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status