Share

7. Bad Grazian

Ada banyak pelarian yang bisa diambil untuk melepaskan penat, marah dan segala emosi. Sayangnya tak semua mengambil tempat pelarian yang tepat. Grazian salah satunya yang memilih menjadi nakal untuk melepaskan emosinya walau dia tahu tak pernah ada yang selesai dari jalan yang dipilihnya.

Semakin malam semakin ramai jalanan di tepi kota yang akan menjadi arena balap dadakan. Sekumpulan muda-muda membentuk dua kelompok di sisi kiri dan kanan jalan. Mendukung jagoan mereka masing-masing. Grazian sendiri tentu lebih mengandalkan Genta siswa SMA yang nasibnya hampir sama dengan Grazian. Punya orang tua tapi, terasa yatim piatu.

Gadis-gadis berpakaian seksi, celana pendek yang dipadu dengan tangtop ketat. Satu dari mereka bergelayut manja di lengan Grazian. Tidak tahu siapa namanya tapi, Grazian menikmati ketenarannya di antara para gadis. Membiarkan satu dari mereka menciumnya atau memberikannya minum. Grazian tidak turun ke jalan dia hanya akan mengawasi Genta Jagoannya mal ini.

Saat seorang gadis dengan syal merah turun ke tengah jalan dan mulai berhitung lalu melepas syal merah itu ke udara dua motor yang bersaing malam ini mulai melaju. Benar-benar mereka menikmati malam ini sebagai jiwa yang bebas. Mengklaim diri mereka adalah raja jalanan, menentang takdir Tuhan. Grazian sendiri duduk santai menunggu Genta sampai ke garis finish.

“Sayang malam ini free enggak?” tanya gadis itu manja sembari membelai rahang Grazian dengan sensual.

Menanggapi gadis asing yang baru pertama dikenalnya itu, Grazian tersenyum lantas mengecup bibirnya singkat. “Di tungguin mama, beib.”

“Iiiih… kok gitu sih padahalkan aku lagi pengen.” Rengek gadis berbaju merah super ketat itu.

Grazian terkekeh geli tapi, dia memang berencana akan langsung pulang setelah balapan selesai. Besok pagi masih ada kuliah, Merona akan marah jika dirinya bolos kuliah dan Grazian tidak suka jika Merona marah padanya. Pernah satu kali Merona marah karena Grazian kedapatan beberapa kali bolos kuliah lalu Merona mendiamkan dirinya berhari-hari. Menghadapi Merona yang tengah marah Grazian tak sanggup.

Sorak-sorai menyambut Genta yang memasuki garis finish. Grazian beranjak dari tempatnya untuk menghampiri Genta. Memberikan selamat sembari menjabat tangannya khas lelaki. “Bulan depan siap-siap lo.” Katanya kemudian.

“Oke bang!” Genta kemudian melirik lawannya yang usianya jauh lebih tua darinya. Mungkin sama-sama duduk di bangku kuliah. “Mana duitnya?”

Lelaki berambut berantakan itu menyerahkan segepok uang dengan jumlah tak sedikit pada Genta sambil bersungut marah. “Urusan kita belum selesai!”

“Iyain biar cepat.” Balas Genta.

Grazian melirik lawan Genta dengan tidak minat sesaat lalu kembali pada Genta dan teman-temannya. “Gue cabut duluan.”

“Lho bang, enggak ngikuti nongkrong?” tanya salah satu kawan Genta.

“Lain kali.” balas Grazian lalu berjalan ke tempat motornya berada. Bukannya untuk pulang ke apartemennya tapi, Grazian akan pulang ke apartemen Rachel. Ada hasrat yang harus dipuaskan.

Ajakan wanita sebelumnya tidak membuat Grazian berminat sebab tahu, jika wanita-wanita yang ada di kerumunan balap motor tersebut rata-rata bukan wanita yang aman untuk diajak bercinta. Grazian walaupun brengsek tapi, selalu memastikan lawan bercintanya bersih dan selalu main aman. Rachel adalah salah satunya. Gadis itu juga punya ketentuan ketika bercinta dengan pria. Grazian pada akhirnya menentukan sendiri aturan mainnya dan Rachel menyetujuinya.

Angin malam yang berhembus membuat Grazian menikmati perjalanannya menuju kediaman Rachel tapi, sebelum sampai dia membeli makanan lebih dahulu di kedai yang buka dua puluh empat jam setelahnya Grazian kembali memacu motornya dengan kecepatan penuh. Bisingnya seperti gaungan Singa yang marah. Tak lama Grazian akhirnya sampai, dia memarkirkan motornya di basement.

Dari basement Grazian masuk ke lift menekan angka sepuluh dimana unit Rachel berada. Gadis itu sudah menunggunya, terbukti ketika pintu diketuk Rachel langsung berlari menghampiri untuk membukakannya. Seperti yang sudah-sudah penampilan Rachel selalu menggoda.

“Aku bawa makanan.” Kata Grazian sembari menyodorkan kantong makanannya.

“Tapi, aku maunya makan kamu.” balas Rachel menggoda. Tangannya bergerak meraih pinggang Grazian, dengan kepala mendongak dia meminta Grazian untuk mencium bibirnya.

Santapan yang sempurna.” Kata Grazian di atas bibir Rachel.

Lalu yang terjadi setelahnya adalah malam panas mereka habiskan di atas ranjang milik Rachel. Dinding-dinding ruangan itu menjadi saksi bisu setiap erangan yang keluar dari dua insan yang bergelung nikmat di bawah selimut itu. Selalu panas dan menggairahkan setiap percintaan yang Grazian lakukan pada gadis manapun.

***

“PT Makmur Sejahtera adalah perusahan yang bergerak dibidang industri kimia yang berdampak pada lingkungan masyrakat. Dari kaidah hukum yang tertulis bahwa PT Makmur Sejahtera bersifat bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku dan juga melanggar hak subjektif orang.” Dosen wanita di depan para mahasiswa itu menjeda penjelasannya, lalu matanya menyisiri seisi kelas. “Grazian! Perbuatan melawan hukum meliputi beberapa hal, bisa sebutkan apa saja?”

Grazian langsung menegakan badannya. Menguap lebar kemudian dengan malas dia menjawab. “Perbuatan yang bertentangan dengan hak milik orang lain, perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan, yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri dan perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan di dalam pergaulan masyarakat yang baik."

Jawaban Grazian diapresiasi. “Lain kali jangan tidur di kelas saya. Selanjutnya, perbuatan melanggar hukum memiliki tiga katagori. Pertama melawan hukum karena kesengajaan, kedua melawan hukum karena kelalain dan ketika, perbuatan hukum tanpa kesalahan atau tanpa kesengajaan dan kesalahan….”

Penjelasan panjang lebar dosen wanita tersebut pada akhirnya didengar samar-samar oleh Grazian yang mengantuk berat. Semalam setelah selesai bercinta dengan Rachel lelaki itu langsung pulang dipukul setengah enam pagi. Lalu mandi dan bersiap ke kampus. Grazian belum tidur lalu menjadikan kelas hukum perdata lahan tidurnya.

Sang dosen mulai sebal dengan Grazian, meskipun cerdas tapi, akhlak lelaki itu sangat buruk. Lagi sang dosen menjadikan Grazian sasarannya. “Grazian! sebutkan unsur-unsur perbuatan melawan hukum.”

“Bu, kenapa saya terus sih? Nanti saya tambah pinter, yang lain aja.” Jawab Grazian malas dengan kepalanya yang masih menempel di meja.

“Teman-teman sekelas kamu duduk tegak menyimak penjelasan saya dan kamu satu-satunya yang tidur….”

Belum selesai sang dosen bicara Grazian memotong. “Yang duduk tegak dan menyimak belum tentu mengerti bu. Ibu tanya aja sama mereka, pasti kayak orang linglung.”

“Saya tanyanya kamu, bukan mereka!”

“Saya jawab ya bu tapi, kalau benar saya hari ini keluar lebih cepat dari kelas ibu.”

“Tidak bisa begi…”

“Bisa dong kan saya bayar, ibu dapet gaji dari uang saya juga.”

Perdebatan antara Grazian dan dosennya menyita perhatian seisi kelas. Semua tahu kalau bad boy si cerdas yang tak punya akhlak. Mereka berani menjamin kalau Grazian pasti dikeluarkan dari kampus kalau bukan cucu dari donator terbesar di kampus. Apalagi kecerdasan Grazian juga tidak bisa disepelekan. Beberapa dosen sering berdebat dengannya. Sebagian mengerti dan menerima argument Grazian dengan lapang dada tapi, sebagain lagi tidak karena merasa tersaingi oleh mahasiswa mereka sendiri.

Dosen perempuan kebanyakan lebih memakai hati ketika meladeni Grazian dan berkakhir dengan mereka yang marah lalu mengusir Grazian dari kelas tapi, terkadang mereka tidak melakukan itu sebab tentu saja Grazian akan girang. Maka, pilihan dosen perdata itu adalah mengalah tak lagi mendebat Grazian dan membiarkan lelaki itu terlelap di sisa jam kelasnya. Setengah jam berikutnya kelas perdata selesai dan Grazian menjadi yang paling cepat keluar dari kelas. Dia mengirim pesan pada Merona meminta gadis itu untuk menemuinya di halaman belakang kampus saat jam makan siang.

Tapi, karena jam makan siang masih ada satu jam lagi Grazian memanfaatkan kesempatan itu untuk menggoda beberapa gadis yang lewat di depannya. Seperti biasa para gadis akan tersipu-sipu atas godaan Grazian. Seseorang menepuk pundaknya dengan keras.

“Anjing!” Grazian mengumpat pada pelakunya.

Daren terkekeh atas tindakan Grazian. “Gadang lagi lo semalam?”

“Hmm.”

“Sama Rachel? Berapa ronde?”

Grazian tak menjawab. Dia melengos pergi, lalu Daren mengikuti. “Rachel selalu tahu apa yang gue mau.”

“Kakek mau ketemu lo.” Akhirnya Daren menyuarakan maksudnya sejak awal. Mereka adalah sepupu. Daren tahu masalah apa yang dihadapai Grazian.

“Bilang ke kakek, temui gue sore ini di pemakaman nenek.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status