Roger menarik kepalaku untuk semakin memperdalam ciuman kami. Ciuman ini berbeda dari ciuman Roger sebelumnya. Entah kenapa tapi rasanya kali ini ciumannya terasa lebih bermakna? Atau hanya pikiranku saja? Tapi mendapatkan pernyataan mendadak semacam itu tidak membuatku senang sama sekali. Aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang kurasakan. Aku terlalu takut untuk mencari tau jawabannya."Baby?"Ucapan Roger membuatku membuka kedua mataku dan mendapati netra Roger yang amsih terpaku di hadapanku."Is it okay if I'm falling in love with you?" Tanyanya."What should I do with that?" Bingungku.Roger tersenyum."Nothing, Baby. Kamu cukup tau saja kalau Daddy menyayangimu. Kamu tidak perlu melakukan apapun." Roger mengelus lembut pipiku, mencoba menenangkanku."Maaf Daddy, aku masih belum mempunyai keberanian untuk melangkah lebih dari ini." Jelasku."Daddy paham sayang. Tidak apa. Kita nikmati saja kebersamaan ini lebih lama." Roger kembali tertidur di atas dadaku.Ia menggelayut manja d
Aku menunggu kepulangan Roger di kamarku hingga malam tiba. Rayes memang menyuruhku untuk mengandalkannya. Janjinya untuk membuat semuanya baik-baik saja adalah sesuatu yang kupercayai. Namun tetap saja aku membutuhkan Roger untuk menenangkan perasaanku yang tidak karuan malam ini. Aku mengirimkannya sebuah pesan untuknya agar datang dan menjemputku di kamar saat ia pulang nanti. Pikiranku sudah terlalu rumit malam ini. Jadi aku memutuskan untuk menghubungi Nathaniel dan kedua orang tuaku tanpa menceritakan apa saja yang telah terjadi padaku selama ini.Setidaknya menghubungi mereka adalah keputusan yang terbaik menurutku. Terbukti, setelah menghubungi mereka kini aku merasa terlalu khawatir pada situasi yang belum tentu terjadi. Setelah merasa sedikit lebih tenang, aku kembali dikejutkan dengan bunyi ponselku yang berdering hebat."Yes, Daddy?" Sapaku."Sedang apa sayang?""Nothing. Aku baru selesai menghubungi keluargaku. Ada apa Daddy?""Aren't you bored? Mau Daddy temani? Daddy bis
"Halo, Daddy?" Sapaku saat Rayes mengangkat teleponku. Roger membulatkan matanya saat aku tersenyum sembari menggodanya. Tangan Roger mendadak memeluk pinggulku dan netranya tidak lepas menatap netraku. "Ya Baby? Ada apa?" "Apa Daddy sedang sibuk?" Tanyaku sekali lagi sembari tersenyum puas saat kulihat bibir Roger berkata tidak menanggapi pertanyaanku. "Tidak, Baby. What's wrong?" Tanya Rayes di ujung sana. "Mengenai tawaran yang Daddy berikan padaku tadi..." Ucapanku terhenti saat tangan Roger meremas gemas kedua panggulku. "Ya sayang? Ada apa? Apa kamu tertarik?" Rayes penasaran atas kelanjutan pernyataanku. "Aku penasaran dengan tugas dan tanggung jawabku nanti. Terus apa yang akan perusahaan Daddy tawarkan?" Senyumku kembali menggoda Roger. Roger mengernyitkan dahinya saat aku mulai mengelus salah satu pipinya dengan lembut. Ia tampak tersiksa sekaligus menikmati tingkahku yang terbilang menggoda ini. "Baby, apa kita sedang berbicara tentang bisnis sekarang?" Kekeh Rayes
Roger diam tidak bersuara. Sebuah senyum terulas di bibirnya namun tidak di sorot matanya. Aku ikut diam tidak ingin berbicara lebih lanjut. Netra Roger mengajakku untuk tenggelam ke dalam penderitaan yang ia pendam selama ini dibalik senyuman manisnya. "Someday, you'll know every thing about me." Jawabnya yang masih belum mau menceritakan rahasianya lebih lanjut. . . . Malampun tiba saat Rayes menghubungiku untuk bersiap-siap karena Daniel sudah dalam perjalanannya menjemputku. Tapi kali ini aku meminta agar Daniael tidak turun dan menampilkan batang hidungnya di depan rekan kerjaku yang bertebaran di bawah sana. Aku tidak ingin semakin membuat gosip itu semakin parah. Akhirnya Rayes sepakat untuk menyediakan mobil dengan Daniel yang menungguku di dalamnya. Saat pintu lift terbuka, tentu saja aku masih bertemu dengan beberapa orang yang mengenaliku dan melihat mereka sedang berbisik seperti menyinggungku membuat hatiku terasa sakit dan panas seketika. Terlebih saat mendengarkan
Seperti yang seharusnya seorang Sugar Baby lakukan, selalu bisa menyenangkan dan memuaskan sang Sugar Daddy kapanpun dan dimanapun mereka ingingkan, itulah yang sedang kulakukan saat ini. Aku sedang menunggangi Sugar Daddyku yang tengah dimabuk oleh gairahnya sendiri. Penyatuan kami terbilang sempurna dengan karet pengaman yang melindungiku dari ancaman semburan lahar panasnya. Aku menahan setiap lenguhan atau bahkan teriakan yang hampir lolos dari mulutku. Hujaman bahkan hentakan Rayes mengoyakku terus menerus dari bawah sana. Ini gila! Melakukan hal seperti ini di luar kamar memang mempunyai sensasi tersendiri. Aku sudah tidak peduli dengan rasa takut dan malu jika suatu saat seseorang sampai masuk ke bilik ruangan ini dan memergoki tindakan kami berdua. "Tenang saja, Daniel sedang berjaga di depan pintu. Tidak akan ada siapapun yang berani memasuki ruangan ini. Kau sepenuhnya milikku, Baby. Focus on me!" Perintah Rayes yang sepertinya mengerti akan kekhawatiranku. Tentu saja aku
Setelah puas menikmati cairan kenikmatan Roger dalam mulutku aku harus membersihkan diriku bersamaan dengan Roger yang ikut membasuh tubuhnya agar kami bisa segera menikmati waktu bersantai kami layaknya sepasang kekasih yang puas akan kegiatan panas mereka. Roger dengan teliti membasuh tubuhku agar bau maskulin Rayestidak mencemari pernafasannya. Setelah yakin tubuh kami sudah bersih, Roger lalu membawaku masuk ke dalam selimut dan saling menghangatkan diri melalui pelukan sembari bercerita tentang kejadian apa saja yang kami alami hari ini. Aku menceritakan tentang bagaimana kehidupanku setelah ini yang sudah di atur oleh Rayes setelah menyetujui kontrak untuk menjadi sekertaris pribadi Alexandre. Sesungguhnya Roger kecewa karena tidak bisa lagi hidup bersamaku setiap malam seperti ini. Meski demikian dia berkata akan berusaha agar kami tetap bisa saling mengunjungi satu sama lain. Itulah salah satu bentuk usaha memperjuangkanku, katanya. Aku hanya bisa terkekeh mendengarkan gomba
Aku membulatkan mataku karena kaget akan pernyataan Violla."Aku?"Violla mengangguk."Jujur aku cemburu sama kamu, Anna. Kamu hanya bertemu sekali di kejadian yang tidak direncanakan seperti itu dan mampu memutar balikkan hati Captain yang kupikir sudah mati." Violla menyimpan gelas tehnya ke atas meja."Jujur saja itu memalukan. Tolong jangan membuatku mengingat kejadian itu." Aku menutup wajahku.Violla terkekeh."Tapi di hari itulah aku tau kalau hati Captain masih hangat seperti biasanya."Aku mengintip Violla di sela jariku."Memangnya sebelumnya dia seperti apa?" Tanyaku penasaran.Violla mengubah ekspresinya."Dingin. Aku mengenalnya sebagai sosok yang sering melampiaskan kekesalannya dengan meniduri banyak wanita. Baginya wanita hanyalah seonggok daging pemuas nafsu yang bisa beli dengan uang. Awalnya aku pikir dia adalah manusia yang paling brengsek di muka bumi. Selain dia galak kalau bekerja, dia tidak pernah ramah pada lawan jenisnya. Tapi ada satu Captain lain yang mengen
Pada akhirnya aku dijemput oleh Daniel yang sudah menungguku di dalam mobil. Dengan tanpa beban aku berjalan melewati lobby yang masih tampak sepi karena kelas pelatihan yang seharusnya kuhadiri belum selesai. Daniel lalu membawaku melaju meninggalkan hotel menuju ke salah satu kawasan apartemen mewah yang berada tidak jauh dari pusat kota. Mobil Daniel berhenti di salah satu pintu utama apartemen yang terlihat megah ini. Dengan cekatan, Daniel lalu turun dan membukakan pintu penumpang untukku."Ah terima kasih, tapi kamu tidak perlu melakukannya." Pintaku tidak enak."Tuan Rayes sudah menunggumu di atas." Jawabnya singkat.Daniel lalu berjalan lebih dahulu di depanku, menyusuri lobi utama hingga ke lift yang membawa kami naik ke lantai yang cukup tinggi. Hingga pada akhirnya Daniel keluar dari lift dan menuju ke salah satu dari empat pintu yang ada di lantai ini. Daniel lalu mengetuk pintu tersebut dan tidak lama, Rayes tampak membukakan pintunya dari dalam."Welcome home, Baby." Sapa