Share

Unboxing Something Brand New

"Kok bisa ya, tak bosan-bosannya begini denganmu walau kita sudah tahu sebanyak-banyaknya bagaimana kita luar-dalam?" Joy tiba-tiba bertanya. "Aneh bukan, kamu pernah bertanya-tanya hal yang sama, Rey Baby Hubby?"

Rey pertama-tama diam saja. Wajahnya, terutama matanya yang kecil,  tiba-tiba tersenyum, smize - smiling eyes, istilah Joy. Manis memikat.

"Sama seperti makanan, tiap hari kita mesti makan tapi dengan sedikit variasi, pasti akan terasa berbeda dan lebih lezat, iya kan?" mata sipit Rey membentuk emotikon ^_^.

"Ma, ma, maksudmu?"

"Seperti saat ini, kau tak biasa berbusana pantai, tapi siang ini kau memakai bikini." Rey menatapnya lekat-lekat, dimana Joy selalu berhasil dibuatnya jengah.

"Memangnya, bodiku bagus?" Joy selalu mengeluhkan betisnya yang besar dan membulat, pahanya yang tak begitu jenjang, serta pinggulnya yang besar, walau berat badannya masih ideal. Bahkan Rey lebih langsing dan ramping berkat keahliannya menjaga makan.

"Bagiku kau sempurna luar dalam. Tak berusaha menggombalimu seperti Landi ya, walau kau seperti Leami." Rey menyebut dua nama di film remaja yang sempat nge-hits. "Aku sangat bersyukur kau mau denganku, dan apa yang ada di dirimu, satu paket lengkap, hati dan bodimu, sangat bagus bagiku."

"Uhh, bagaimana denganku saat memakai bikini merah ini?"

"Merah cocok denganmu, sang wanita api. Merah sedari dulu warna kesukaanku."

Belahan dada Joy juga cukup jelas gegara bikini yang dikenakannya cukup ketat walau tak sampai kesempitan. Rey yang memilihkan itu, dan masih banyak lagi yang ia hadiahkan dan bawa ke 'Pulau Cinta', demikian ia menamakan pulau bulan madu mereka, yang belum lagi Joy kenakan.

"Nah, itu tadi yang kubilang. Supaya tidak bosan, kita main berbi-berbian. Aku tahu, diam-diam dahulu kau suka ingin mengoleksi pakaian seksi."

"Haaah?" Joy tak menyangka, apakah ia pernah bercerita begitu ya?

"Aku yakin, kau penasaran sekali bila tak tak mencobanya. Jadi, nanti kau buka saja semua koleksi busanamu. Jangan khawatir, tak ada busana ratu-ratuan yang formal bin kaku, hanya ada 'segala yang kau pasti sukai', dan aku juga." kini ekspresi Rey membentuk emotikon ^_*.

"Dasar pangeran nakal. Tapi itu tantangan bagiku. Peringatan, bodiku tak seperti top model." Joy mendekatkan dadanya ke dada Rey yang cenderung hairless. Uh, 'emotikon' Rey spontan berubah lagi, 0_0'.

"Joy, kau mau aku unboxing di atas pasir ini sekarang juga ya, tidak nanti malam saja?" Rey berusaha tak tergoda. Tapi kemontokan dan belahan bikini Joy terlanjur membuatnya gemas, jadi ditariknya saja tangan Joy ke atas sesuatu yang tersembunyi di balik celana pantainya.

"Rey!" Joy semula sempat tersadar ini di pantai, di atas pasir putih saja sementara air laut datang dan pergi menyapa tubuh mereka. Tapi toh tak ada yang melihat, paling-paling satu-dua burung-burung camar yang terbang lewat.

Jadi bisa ditebak, tak sampai semenit kemudian, sepasang bikini merah dan celana pantai sudah basah teronggok di pasir, hanya bisa diam saja. Walau tak bermata, mereka seolah menyaksikan dalam iri kedua pemiliknya yang dengan cuek bergumul mesra tanpa peduli lagi pada apapun jua.

Joy di masa silam pernah mengalami hal ini di sekolahnya, ketika ia masih duduk di kelas tiga sekolah dasar swasta di Evernesia. Saat para gadis kecil sebayanya baru memakai miniset, alias bra pertama.

Saat sedang tak ada guru, seorang teman cewek iseng 'mengukur-ukur' dan mencoba memegang dada hampir semua cewek di kelas. Joy yang hampir kena giliran, merasa kaget, malu sekali lalu kabur dari kelas, melapor pada guru yang bertugas. Hingga akhirnya teman cewek itu dimarahi dan dinasihati, kalau berusaha mengukur-ukur dada sesama wanita itu tidak sopan.

Joy tak tahu apakah semacam pelecehan atau tidak, mungkin hanya rasa penasaran cewek kecil berumur tak sampai sepuluh tahun. Tapi sungguh, sejak itu rasa penasarannya bangkit. Ada apa dengan ukuran besar kecilnya dada, apakah itu menandakan pertumbuhan seksual seorang wanita? Joy terus menyimpan dalam hatinya. Juga satu atau dua lagi pengalamannya di sekolah, dimana pada tahun 90-an, pelajaran reproduksi belum terlalu umum di sekolah. Teman-temannya pernah bertanya satu sama lain, apakah milikmu sudah berambut? Dan mereka selalu menertawakan teman yang menjawab belum punya.

Rasa penasaran itu terus berlanjut. Namun menjelang tamat sekolah dasar, Joy malah diam-diam suka pada cowok teman akrabnya, Kyo. Cinta pertamanya. Dan anehnya, belum terlintas dalam benak Joy ingin bercinta dengan Kyo, maupun cowok-cowok lain sesudahnya. Hanya rasa cinta yang naif dan keinginan untuk berpacaran, tanpa ingin begituan.

Bertahun-tahun lewat, Joy si gadis tomboy pemalu dan kesepian, nyaris pasrah akan hidup sendirian selamanya.

Saat Joy akhirnya 'bertemu' dan jadian dengan Rey, bukan sekedar cinta yang naif maupun sekedar nafsu belaka. Rasa ingin memiliki dan dimiliki, berpadu dengan suka, sayang dan cinta pada Rey, menghasilkan perasaan dan keindahan tersendiri yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata.

"Bikini itu bagus sekali, tapi aku jauuuh lebih suka melihatmu begini." Rey menatap Joy yang telentang cuek dan pasrah di atas pasir.

"Kamu juga, seperti incubus yang siap menggodaku siang malam dengan tubuhmu yang takkan pernah bisa kutolak."

"Selalu akan bilang 'iya' ???" Rey sekali lagi menelungkup di atasnya seolah tak ingin lepas dan menunggu reaksi kesal Joy.

"Iya, kecuali 'tamu bulanan'-ku datang." Joy malah tertawa, membuyarkan harapan Rey yang tak ingin membayangkan.

"Uh, gak seru ah." Rey pura-pura ngambek. "Jangan buru-buru ada 'tamu bulanan' di sini, nanti kamu marah-marah melulu. Mana Joy 'pas lagi datang' jadi galak sekali, seperti singa betina sakit gigi."

"Uhh, Rey. Awas ya. Berani-beraninya kamu! Singa ini berbahaya lho, bukan singa-singaan, nanti 'ikan' sepertimu akan kumakan." Joy pura-pura mencakar-cakar Rey yang menurutnya sangat seksi dalam keadaan polos begini.

Sore itu mereka bebersih, lalu kembali ke pondok untuk bersiap makan dan duduk menikmati datangnya malam.

"Besok kita ke hutan yuk. Ingin suasana berbeda, jangan panas-panasan melulu." ajak Rey sementara mereka asyik meracik berbagai panggangan Barbeque.

"Ada ular? Monyet? Hewan berbahaya?" Joy sebenarnya suka hewan, penyayang binatang. Sayangnya tak bisa jadi vegetarian karena terlanjur suka makan ayam goreng EFC, Ever Fried Chicken.

"Mungkin? Kita belum ke sana semenjak tiba di sini. Mungkin saja sebenarnya ada suku terasing yang membenci pendatang asing seperti suku primitif di pulau Zentinel Utara." Rey mengerutkan kening, seolah serius. "Bila mereka betul-betul ada, kita dalam bahaya besar."

"Uuuh, Rey !!! Tidak lucu."

"Jangan khawatir. Aku kan ada untuk melindungimu seperti TharZan melindungi Zane." Rey datang dan memeluk Joy mesra. "Oh ya, malam ini kita jadi 'pesta piyama'?"

"Uh. Apa-apaan lagi sih, Rey?" Joy tak pernah berhenti dibuat pangerannya merona.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status