Yuki duduk di kursinya dan memikirkan apa yang baru saja terjadi antara dia dan Cristopher. Sebenarnya dia tidak bermaksud bicara kasar pada Cristopher, tetapi dia tidak punya pilihan lain selain menarik garis tegas. Dia tidak ingin asal berhubungan dengan laki-laki dan hatinya pun masih belum siap usai dikhianati kekasih dan temannya.
"Apa kata-kataku keterlaluan? Dia pasti marah," gumam Yuki. Yuki menggelengkan kepalanya cepat, "sudahlah. Mau dia marah atau enggak aku nggak peduli. Kalau misal marah terus aku dipecat ya terima aja," batin Yuki. Yuki mencoba melupakan sesaat apa yang terjadi dan mulai fokus bekerja. Beberapa menit kemudian, satu per satu rekan kerja lain mulai berdatangan. Sampai saat Luna datang dengan membawa hadiah untuk semua rekan satu divisinya. Membuat seluruh ruangan heboh. "Semuanya, aku bawakan kalian hadiah. Mohon diterima ya," kata Luna dengan tersenyum cantik. Seorang menerima pemberian Luna, "wah, apa ini?" "Makasih, Luna." "Wow, bagus sekali. Makasih, Luna." Semua orang mendapatkan satu hadiah dari Luna termasuk Yuki. Saat memberikan hadiah ke Yuki, Luna dengan lantang mengatakan jika hadiah itu adalah hadiah untuk merayakan hari bahagianya. "Aku akan menikah dengan Dion dari divisi produksi. Nanti aku akan mengundang kalian semua," rupanya Luna mencoba memanas-manasi Yuki. "Saat aku dan Dion menikah nanti, jangan lupa datang ya. Aku menantikan kedatangamu," kata Luna menatap Yuki. Yuki meletakkan hadiah pemberian Luna di atas meja, "aku pasti akan datang dan memberikan kalian ucapan selamat," jawab Yuki tersenyum cantik. "Apa kamu sedang kesal sekarang?" tanya Luna. Yuki tertawa menatap Luna, "hahaha ... apa? Kesal? Aku kesal padamu? Maaf, tapi sepertinya kamu salah paham. Aku sama nggak kesal tuh. Aku justru bersyukur, akhirnya aku tahu seperti apa kalian berdua. Ternyata kalian memang sangat cocok," Yuki sengaja mengatakan sesuatu yang pedas untuk memancing kekesalan Luna. "Apa maksudmu ngomong gitu, Yuki? Kamu nggak senang kan aku sama Dion mau nikah? Iya kan? Jujur aja deh, nggak usah ngomong yang nggak jelas gitu. Apa kamu masih ngarep balikan sama Dion? Jangan harap! Dion udah nggak punya rasa sama kamu," Luna membalas perkataan Yuki dengan percaya diri. "Ya, ya, ya. Terserahlah kamu mau ngomong apa. Asal kamu tahu ya, aku nggak pernah ngarep balikan sama Dion tuh. Ngomong-ngomong kalau kamu udah nggak ada urusan balik sana ke mejamu. Aku sibuk. Nggak ada waktu ngeladenin kamu yang nganggur," sahut Yuki yang sudah muak dengan perkataan Luna Luna tak bisa berkata-kata lagi. Dia langsung pergi meninggalkan Yuki. Amelia mendekati Yuki, "wah, hebat. Kamu keren," pujinya. "Apa sih. Gitu aja dibilang keren. Kamu juga kerja sana jangan cuman ngegosip," kata Yuki memperingatkan. "Beneran nih mereka mau nikah? Hadiah ini sogokan gitu? Dih," ejek Amelia merasa jijik. Amelia menatap Yuki, "kamu beneran nggak apa-apa, kan?" tanyanya khawatir. "Nggak apa kok. Ngapain juga aku harus kenapa-kenapa hanya kerena mereka mau nikah. Aku dan Dion udah nggak ada hubungan lagi. Mau Dion nikah sama siapa ya bukan urusanku. Aku udah buang jauh-jauh perasaanku buat dia," jawab Yuki serius. Amelia menganggukkan kepala tanpa berkata apa-apa dan mulai bekerja. Begitu juga Yuki. *** Siang harinya ... Karena malas, Yuki memilih untuk tidak pergi makan siang. Saat Yuki membuka laci meja ingin mengambil buku catatannya, dia menemukan sesuatu. Dia melihat ada bungkusan berisikan makanan dan minuman dengan catatan yang menempel pada minuman. Diambilnya catatan itu dan dibacanya. Yuki terkejut saat melihat isi catatan yang ditulis oleh seseorang dengan inisial C. "Nona Bar, bagaimanapun pembicaraan kita belum selesai. Aku harap kamu nggak keberatan dengan apa yang kuberikan." Yuki melihat makanan dan minuman di dalam laci, lalu mengeluarkannya. "Apa lagi ini? Dia maunya apa sih. Kapan juga dia naruh ini di sini?" batin Yuki. Yuki melihat sekeliling, di dalam ruangan memang sepi tidak ada orang lain selain dirinya. "Apa dia datang waktu aku ke kamar mandi?" gumam Yuki. "Ah, sudahlah. Ngapain juga dipikirin," kata Yuki menggeser makanan dan minuman sedikit ke tepi agar dia bisa melanjutkan pekerjaannya. Beberapa saat kemudian, saat sedang bekerja, perutnya terasa lapar. Beberapa kali Yuki melirik ke arah bungkusanan makanan yang diberikan Cristopher untuknya. Sampai akhirnya Yuki tak bisa menolak lagi dan memakannya. "Nggak baik buang-buang makanan, kan. Meski aku nggak seberapa suka sama yang ngasih ini, tapi makanannya kan nggak salah. Selamat makan," batin Yuki dan langsung makan dengan lahap. Yuki yang sudah kenyang melanjutkan pekerjaan. Makanan dan minuman yang diberikan Cristopher akhirnya hanya tersisa bungkusnya saja. *** Di ruang CEO ... Cristopher memeriksa berkas dokumen yang menumpuk di mejanya. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati dinding kaca, pandangannya langsung tertuju ke luar gedung. "Kenapa dia menolakku? Apa aku salah kalau mau tanggung jawab?" batin Cristopher bingung. Terdengar pintu ruangan di ketuk, dan tidak lama pintu terbuka. Thomas masuk, lalu menutup pintu dan berjalan mendekati Cristopher yang masih berdiri menikmati pemandangan luar. "Pak, ada dokumen yang perlu anda tanda tangani," kata Thomas memberitahu. Meletakkan dokumen di atas meja kerja Cristopher. "Tom," panggil Cristopher. "Ya, Pak?" jawab Thomas cepat. "Apa alasan perempuan menolak laki-laki yang berniat baik?" tanya Cristopher tiba-tiba. Thomas menyatukan alisnya, "bisa anda jelaskan detailnya?" tanyanya. "Jadi, ada laki-laki dan perempuan yang sudah bermalam bersama tanpa saling mengenal, ataupun saling memiliki hubungan. Di saat si laki-laki mau tanggung jawab sama si perempuan, si perempuan malah nggak mau dan memilih menjauhi si laki-laki. Bagaimana pendapatmu?" tanya Cristopher yang baru saja menjelaskan. "Ah, apakah ini cerita tentang anda dan Nona Yuki? Anda ditolak rupanya," sahut Thomas tersenyum seolah sedang mengejek Cristopher. Cristopher memalingkan pandangan menatap Thomas, "kamu mau dipecat, ya?" "Ma-maaf, Pak. Tolong jangan marah. Saya akan menyampaikan pendapat saya sekarang. Menurut saya ada kemungkinan memang No ... ah, maksud saya si perempuan memang tidak menyukai an ... maksud saya si laki-laki. Jadi, kejadian itu murni hanya gairah sesaat saja. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bisa menarik perhatian si perempuan dan meluluhkan hatinya," jelas Thomas. "Sebutkan beberapa hal itu," tanya Cristopher penasaran. "Tentu saja anda harus bersikap baik, ramah dan tidak menunjukkan sisi buruk Anda. Lebih tepatnya anda perlu melakukan pendekatan, Pak. Saling mengenal dan perbayak berkomunikasi," jawab Thomas tersenyum lagi. Cristopher berbalik, berjalan menuju meja kerjanya dan memeriksa dokumen yang baru saja dibawakan oleh Thomas. Setelah memeriksa, Cristopher segera menandatangani dokumen itu dan menyerahkan pada Thomas. Thomas menerima dokumen dari Cristopher dan langsung pergi meinggalkan ruangan. Sementara itu Cristopher duduk termenung memikirkan perkataan Thomas. "Apa aku harus mengikuti perkataan Thomas? Bagaimana caranya mendekat sementara dia saja menarik batas. Ah, aku benar-benar dibuat gila olehnya," batin Cristopher gelisah. Cristopher mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Yuki. Namun, panggilan Cristopher diabaikan. Sampai tiga kali Cristopher mencoba menghubungi Yuki, tetapi panggilannya sama sekali tak diterima. Bahkan setelah menunggu selama hampir satu jam, tak ada tanda-tanda telepon balik dari Yuki.Sebelumnya ...Saat Cristopher sedang ikut Stevano bertemu seseorang yang baru tiba dari luar negeri.Stevano sedang berbincang dengan rekannya sambil memancing, sedangkan Cristopher ditemani Thomas sedang mengamati dari jarak yang cukup jauh. Cristopher menatap Thomas, "kamu nggak kencan?" tanyanya."Bagaimana bisa kencan. Bukannya anda minta saya temani hari ini?" jawab Thomas mengingatkan."Ah, iya. Maaf, maaf. Aku lupa. Kamu boleh pergi kalau kamu ingin pergi, Tom. Aku tidak apa-apa sendirian. Pergi sana, nanti pacarmu ngomel kamu nggak punya waktu buat dia. Jangan sampai dia datang ke ruanganku dan protes ya," kata Cristopher. Meminta Thomas untuk segera pulang."Tidak masalah soal itu, Pak. Dia sudah punya kesibukannya sendiri," jawab Thomas."Kesibukan apa?" tanya Cristopher."Sibuk jalan-jalan dan berbelanja dengan kekasih anda tentunya," jawab Thomas."Oh, ya? Yuki nggak bilang tuh kalau mau jalan-jalan dan belanja bareng Amelia. Cuma tadi bilang mau keluar aja gitu," sahut
Selesai makan, Yuki dan Amelia langsung pergi. Saat melewati restoran yang tadi menolaknya, terdengar suara teriakan. Amelia memalingkan pandangan, dia menatap di dalam orang sudah ramai."Ada apaan?" tanya Amelia dalam hati."Apaan, Mel? Kok teriak-teriak? Kemalingan?" tanya Yuki yang juga mendengar suara teriakan."Nggak tau juga ada apa. Eh, itu ada orang. Coba kutanya deh. Kepo juga aku," kata Amelia.Amelia menghampiri beberapa orang yang baru saja keluar dari restoran dan bertanya apa hal yang terjadi.Seseorang menanggapi, dan menceritakan singkat apa hal yang terjadi. Rupanya ada seorang pelanggan yang baru saja menampar pelayan karena katanya menagih bill dan pelanggan nggak ada uang buat bayar, katanya sih dompetnya ketinggalan di mobil, di parkiran. Pas mau diantarkan buat ngambil pelanggan yang laki-laki ngeles dan banyak ngomong yang enggak-enggak. Pokoknya gitu deh. Sampai akhirnya si pelayan marah karena dua pelanggan mau kabur. Ngeri benget," ucap seorang perempuan mu
Beberapa hari kemudian ...Tepatnya diakhir pekan, Yuki janjian dengan Amelia untuk membeli gaun di sebuah butik di Giant Mall. Yuki bermaksud menggunakan kartu pemberian Stevano. Dan berniat membelikan Amelia gaun sebagai hadiah."Pacarmu ke mana? Tumben sekali ngajakin aku belanja?" tanya Amelia. Sesaat setelah bertemu dengan Yuki."Pacarku ada acara penting yang mewajibkan dia hadir. Pacarmu sendiri ke mana?" tanya Yuki balik."Pantesan pacarku lembur. Jangan tanya ke mana, pacarku ya pasti ngikutin pacarmu lah. Dia 'kan sekretaris sekaligus tangan kanan pacarmu," jawab Amelia."Haha ... nasib kita samaan ya. Nggak apa-apa, kita puas-puasin belanja haru ini. Aku akan belikan kamu sebuah gaun," kata Yuki tersenyum senang."Wah, serius? Asik ... kebetulan aku nggak punya gaun yang bisa kupakai hari senin besok. Makasih ya Yuki kesayanganku," kata Amelia memeluk Yuki.Yuki segera mendorong Amelia, "iya-iya. Aduh, jangan peluk-peluk ih. Malu dilihat orang. Dasar," omelnya.Amelia mema
Selesai makan malam bersama, Cristopher mengantar Yuki untuk pulang. Di mengantar kekasihnya sampai di depan pintu apartemen, lalu berpamitan pulang."Aku pulang ya," pamit Cristopher."Ya, hati-hati di jalan. Makasih sudah mau mengantar naik padahal kamu lagi capek," kata Yuki."Nggak masalah. Yang penting kamu selamat dan aman sampai di rumah. Masuklah, lalu mandi dan istirahat. Aku akan pergi setelah kamu masuk," kata Cristopher.Yuki menekan sandi mobil dan membuk pintu. "Aku masuk dulu. Dah," kata Yuki."Dah," jawab Cristopher.Yuki menutup pintu, dan tidak lama pintu terbuka. Cristopher yang hendak berbalik pergi pun kembali terdiam menatap ke arah pintu.Yuki keluar dan langsung berlari menghampiri Cristopher."Ada apa?" tanya Cristopher.Yuki tidak menjawab apa-apa, dia langsung mencium pipi Cristopher dan berlari masuk ke dalam apartemen.Cristopher mematung, dia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Tiba-tiba ponselnya dalam saku jas bergetar. Diambilnya dan dikeluark
Malam harinya ...Amelia dan Yuki pergi ke parkiran lantai dasar bersamaan. Mereka lantas berpisah karena menaiki mobil yang berbeda.Amelia naik ke mobil Thomas yang sudah menunggu di dalam mobil. Sedangkan Yuki naik ke mobil Cristopher yang juga sudah menunggu Yuki.Yuki menutup pintu mobil, "nunggu lama ya?" tanyanya.Cristopher segera memasang sabuk pengaman Yuki, lalu mencium hidung Yuki."Enggak kok," jawab Cristopher."Tumben turun bareng Amelia?" tanya Cristopher."Ya karena kalian 'kan parkir di tempat yang sama. Kalau beda kami nggak akan mungkin barengan lah," jawab Yuki.Cristopher tersenyum, "iya ya. Aku malah tanya pertanyaan bodoh. Sudah 'kan? Kita pergi kalau sudah. Nggak ada barangmu yang tertinggal? Dompet, ponselmu?" tanya Cristopher menatap Yuki."Nggak ada yang ketinggalan. Semua aman," jawab Yuki."Ok, kita pulang sekarang. Omong-omong, kamu ada mau pergi ke suatu tempat? Atau mau langsung pulang saja?" tanya Cristopher lagi.Yuki sejenak berpikir, lalu memberika
Dion mengajak Luna bicara berdua dia tangga darurat. Dion menginterogasi Luna dan membuat Luna marah sampai menampar Dion."Kamu ini kenapa, sih? Kok main nampar aku," kata Dion. Memegangi wajahnya yang baru saja ditampar."Apanya yang kenapa? Karena kamu pantas ditampar, Dion. Kamu tahu? Aku kayak gini ya gara-gara kamu. Gara-gara mantanmu juga. Kalian itu ngeselin banget. Membawa sial dalam hidupku," kata Luna marah."Sembarangan kalau ngomong. Yang bawa sial itu kamu, tahu. Yang salah kamu, kenapa jadi imbasnya ke aku? Sudah bagus aku mau bantu. Gimana tadi kalau aku nggak bantuin?" jawab Dion.Luna manatap Dion tajam, "bantuin katamu? Sialan, kamu sungguh buat aku pengen muntah, Dion. Gimana bisa dengan nggak tahu malunya kamu bilang bantuin aku? Apa kamu lagi mimpi di siang bolong?" sahut Luna kesal."Dasar nggak tahu terima kasih. Tahu gitu aku nggak sudi ikut ke ruangan kemanan tadi. Kedepannya urus saja semuanya sendiri. Jangan libatkan aku lagi," kata Dion."Memang semuanya a