Share

7. Mengabaikan

Penulis: Dea Anggie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 15:39:51

Keesokan harinya ...

Yuki, Amelia dan dua pegawai baru saja masuk ke dalam lift. Beberapa detik kemudian, Cristopher dan Thomas juga ikut masuk.

"Selamat pagi, Pak CEO, Pak Thomas."

"Selamat pagi, Pak CEO dan Pak Sekretaris."

"Pak CEO, Pak Thomas, selamat pagi."

Amelia dan dua pegawai lain menyapa Cristopher dan Thomas. Sedangkan Yuki hanya menundukkan kepala sedikit tanpa mengucap salam.

Cristopher melihat sekilas para karyawannya dan menganggukkan kepala tanpa menjawab. Dia berdiri membelakangi para keryawannya.

"Selamat pagi juga kalian. Maaf ya, saya dan Pak CEO sedang buru-buru. Jadi kami nggak bisa menunggu lift berikutnya," kata Thomas tersenyum menatap orang-orang di belakangnya. Thomas berdiri tepat di samping Cristopher.

Thomas menekan lantai tujuannya dan pintu lift pun tertutup. Lift perlahan berjalan naik.

"Kapan lift sebelah akan diperbaiki?" tanya Cristopher pada Thomas.

"Oh, saya sudah meminta pihak keamanan mengurusnya. Mungkin nanti," jawab Thomas.

"Minta kepala bagian kemanan ke ruanganku," kata Cristopher.

Thomas menganggukkan kepala, "Baik, Pak."

Suasana begitu hening. Dua pegawai saling bersiku. Begitu juga Amelia dan Yuki.

Lift tiba di lantai 2. Thomas keluar dari dalam lift untuk memberi ruang para rekannya yang dibelakang. Satu per satu yang ada dalam lift keluar dengan hati-hati dan tenang. Yuki mendapat giliran keluar paling akhir. Sekilas Yuki menatap Cristopher, terlihat Cristopher hanya fokus menatap ponsel di tangan. Setelah semua keluar, Thomas masuk kembali dan pintu lift pun tertutup.

***

Siang hari, 10 menit sebelum jam makan siang. Yuki sedang berada di ruangan kepala divisinya.

"... itu aja. Kamu boleh kembali Yuki," kata kepala divisi.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi," jawab Yuki yang langsung berpamitan.

Saat Yuki berbalik dan hendak pergi keluar dari ruangan, Yuki dipanggil oleh kepala divisi.

"Oh, Yuki ... " panggil kepala divisi.

Yuki menghentikan langkah dan berbalik, "Ya, Pak?"

"Bisakah kamu mengantar dokumen ini ke kepala divisi produksi? Tolong ya," kepala divisi meminta bantuan Yuki.

Yuki terdiam sesaat, lalu berjalan mendekati kepala divisinya dan menerima dokumen yang akan diberikan ke kepala divisi produksi.

"Ini saja, Pak?" tanya Yuki.

"Iya," jawab kepala divisi tersenyum.

"Kalau gitu saya permisi," Yuki kembali berpamitan.

"Terimakasih ya Yuki," kepala divisi mengucapkan terimakasih pada Yuki.

Yuki keluar dari ruangan kepala divisi dengan memeluk dokumen yang dititipkan kepala divisi. Sesungguhnya Yuki enggan, tetapi dia tak bisa menolak permintaan atasannya.

Sebelum mengantar, Yuki sempat kembali ke mejanya untuk meletakkan sebuah dokumen di atas mejanya, lalu pergi.

"Yuki, kamu mau ke mana?" tanya Amelia.

Yuki menghentikan langkah nya, berbalik menatap Amelia dan memberitahu tujuannya.

"Ke divisi produksi," jawab Yuki.

Amelia berdiri dari duduknya dan mendekati Yuki, "Eh, ngapain kamu ke sana?" tanyanya ingin tahu.

"Pak Ruben minta aku ngasih ini ke Pak Harris," jawab Yuki sambari menunjukkan dokumen yang dipelukannya.

"Mau aku temani?" Amelia menawarkan diri mengantar Yuki.

"Kerjaanmu gimana?" tanya Yuki.

"Gampanglah itu. Nanti habis makan siang juga bisa dilanjut lagi," jawab Amelia dengan santainya.

"Ya, udah. Ayo," jawab Yuki yang langsung melangkahkan kaki pergi dan diikuti oleh Ameia.

Dari mejanya, Luna diam-diam memperhatikan dan menguping dengar percakapan Yuki dan Amelia. Wajah Luna tampak kesal.

"Dih, paling-paling juga dia yang nawarin buat nganterin dokumennya. Apa ... jangan-jangan dia mau caper ke Dion?" batin Luna tidak senang. Pikirannya langsung memikirkan yang tidak-tidak.

Karena kesal Luna sampai tidak sadar meremas dokumen di atas meja di hadapannya.

***

Yuki dan Amelia masuk ke dalam ruang divisi produksi dan berjalan menuju ruangan kepala divisi. Seseorang melihat Yuki dan langsung memberitahu kedatangan Yuki kepada Dion.

Dion melihat Yuki dan Amelia masuk ke dalam ruang kepala divisi, lalu tidak beberapa lama keluar. Dia segera bangkit dari tempat duduknya, lalu menghampiri Yuki dan Amelia yang hendak pergi meninggalkan ruang divisi produksi.

"Yuki," panggil Dion.

Yuki dan Amelia keget saat Dion tiba-tiba saja muncul.

"Ada urusan apa?" tanya Amelia.

"Aku manggil Yuki, bukan kamu. Ngapain kamu yang ngejawab?" sahut Dion tidak senang. Menatap Amelia tajam.

Amelia mengerutkan dahi, "Ini orang minta pengen digampar kah?" batinnya.

"Suka-sukalah. Inikan mulutku, bukan mulutmu. Lagian ngapain juga orang yang nggaka da urusan manggil-manggil," kata Amelia kesal.

"Kamu ... " kata-kata Dion terhenti karena Yuki langsung menengahi keduanya.

"Udah, cukup!" sela Yuki.

"Mel, nggak usah diladenin. Mending kita pergi aja," bisik Yuki.

Yuki yang tidak mau ambil pusing langsung menarik tangan Amelia dan pergi untuk segera pergi meninggalkan ruang divisi produksi.

Dion mengerutkan dahi begitu tahu diabaikan oleh Yuki. Dia yang tak terima langsung menyusul dan menarik paksa tangan Yuki.

"Beraninya kamu," kata Dion mulai kesal.

"Ouch," erang Yuki merasa sakit pergelangan tangannya dicengkram kuat oleh Dion.

Yuki mencoba melapaskan tangannya dari cengkraman Dion, tetapi Dion justru semakin kuat mencengkram pergelangan tangan Yuki. Sampai akhirnya apa yang Dion lakukan membuat Yuki murka.

"Lepas!" sentak Yuki kesal. Menatap Dion dengan tatapan tajam menusuk.

"Mulai sok kamu sekarang. Kamu yang sebelumnya bahkan nggak akan berani natap aku kayak gini," ucap Dion semakin kesal.

Yuki mengangkat ujung bibirnya, "Apa? Sok? Kenapa juga aku harus sok ke kamu? Lagian kita nggak ada urusan. Jadi nggak usah merasa paling tersakiti deh. Buruan lepasin tanganku. Ini sakit, Dion," Yuki melontarkan kata-kata pedasnya dan terus menarik tangannya agar terlepas.

Melihat temannya kesulitan, Amelia hendak menolong. Namun, yang terjadi justru diluar dugaannya. Yuki yang sudah sangat muak menendang kaki Dion sampai akhirnya tangannya terlepas dari cengkraman Dion.

"Aduh ... " rintih Dion kesakitan memegangi kaki kanannya yang ditendang Yuki.

"Mampus. Rasain tuh," batin Amelia menahan tawa.

Beberapa orang mulai berkerumun untuk melihat apa yang terjadi dan kenapa Dion terlihat kesakitan. Memegangi kaki.

Melihat Dion kesakitan, Yuki sedikit merasa puas. Dia langsung mengajak Amelia pergi meninggalkan ruang divisi produksi.

Amelia dan Yuki baru saja keluar dari ruang divisi produksi, keduanya memutuskan langsung pergi ke kantin untuk makan siang. Karena jam sudah menunjukkan waktu makan siang.

***

Di kantin ...

Yuki dan Amelia sudah mengambil makan siang dan mencari tempat duduk. Di tengah jalan keduanya berpapasan dengan Cristopher dan Thomas.

Amelia dan Yuki menundukkan sedikit kepala sebagai ganti menyapa. Cristopher membalas anggukan kepala dan langsung pergi meninggalkan keduanya.

Thomas tersenyum, "Selamat makan," ucapnya.

"Terimakasih, Pak. Pak Thomas juga," jawab Amelia.

Thomas menganggukkan kepala, "Ya," jawabnya.

Thomas lantas pergi menyusul Cristopher. Amelia dan Yuki juga berjalan ke tempat duduk yang berada tak jauh.

"Tumben mereka di kantin," kata Amelia. Menatap ke arah Cristopher dan Thomas yang sedang melihat-lihat menu makan siang.

Yuki mengikuti arah pandang Amelia dan menatap Cristopher begitu lekat.

"Apa dia beneran marah sama aku? Dia bahkan nggak tersenyum kayak sebelumnya. Wajahnya datar nggak ada ekspresi," batin Yuki menerka-nerka apa yang terjadi pada Cristopher.

"Menurutmu, bagaimana Pak CEO?" tanya Amelia pada Yuki.

Yuki yang sedang minum langsung tersedak dan terbatuk. Amelia segera berdiri dan menghampiri Yuki, lalu menepuk punggung Yuki pelan.

"Apa sih, minum aja sampai gini. Lagi mikir aneh-aneh pasti," kata Amelia.

"Apa sih. Balik duduk sana," jawab Yuki.

Amelia kembali duduk. Batuk Yuki mulai mereda Dia minum lagi untuk meredam rasa sakit di tenggorokannya dan mulai makan dengan tenang, begitu juga Amelia.

"Kamu nggak mau jawab pertanyaanku?" tanya Amelia msnatap Yuki.

"Enggak perlu dijawab. Nggak penting juga kan," jawab Yuki.

"Oh, sudah pasti bagimu Dion yang paling tampan. Ya, kan? Tampan sih, tapi kalau tukang selingkuh dan suka marah-marah nggak jelas gitu ya ilang tampannya. Yang ada ngeselin tau," kata Amelia.

"Siapa juga yang bilang dia tampan," sahut Yuki.

"Terus apa? Buktinya kamu diem aja pas aku tanya tentang Pak CEO," Amelia masih gigih ingin tahu pendapat Yuki tentang Cristopher.

Yuki menelan makanan dan langsung minum tanpa menanggapi perkataan Amelia.

"Apa kira-kira Pak CEO punya pacar, ya? Eh, kalau dipikir-pikir lagi, cewek mana yang mau pacaran sama kulkas. Kulkas bukan sembarang kulkas. Ini kulkas empat pintu loh. Hihi ... pasti deh Pak CEO minus pengalaman sama cewek," ucap Amelia menggosipkan Cristopher.

"Pengalaman, ya?" batin Yuki menanggapi perkataan Amelia.

Entah kenapa tiba-tiba saja Yuki mengingat momen saat dirinya bertindak gila dengan mengajak Cristopher tidur bersama saat di bar. Bahkan Yuki mengingat betapa bergariahnya malam itu.

Yuki tanpa sadar menggebrak meja, membuat Amelia yang asik menikmati makanan tersentak karena kaget.

"Apa? Kenapa kamu mukul meja?" tanya Amelia yang baru saja minum segelas air untuk meredakan batuknya.

Yuki tersadar kalau dia baru saja membuat masalah. Seketika Yuki kembali duduk dan langsung bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Yuki menggelengkan kepala, "Enggak apa-apa kok. Cuma kesel inget yang tadi aja," jawab Yuki berbohong.

Yuki merasa malu sekaligus bersalah sudah berbohong pada teman baiknya. Namun, dia tidak bisa jujur mengataka isi pikirannya karena sudah pasti teman baiknya itu akan syok.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
reflek ya yuki, ahhh lama2 ntar amelia bakal tahu juga, kamu mencurigakan soalnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hot Night With Boss   8. Kesal?

    Luna mendatangi tempat Yuki dan Amelia berada dengan segelas air di tangannya. Tanpa ragu-ragu Luna menuang air ke kepala Yuki."Dasar perempuan gila. Rasain nih," kata Luna mengatai Yuki.Yuki terkejut karena kepalanya tiba-tiba basah, saat memalingkan pandangan ke sisi kanan, dia melihat Luna sudah berdiri di sampingnya dengan tatapan mata yang tajam."Apa-apaan ini, Luna?" tanya Yuki, langsung berdiri dari duduknya."Dasar jalang gila! Bisa-bisanya kamu nendang kaki Dion sampai memar. Maksud kamu tuh apa sih? Kamu mau caper?" sentak Luna marah.Yuki memutar bola mata mendengar ocehan Luna yang menuduhnya mencari perhatian dengan tersenyum masam."Caper katamu? Jangan asal nuduh tanpa bukti deh. Aku nendang Dion karena Dion yang mulai duluan," Yuki menyincing lengan pakaiannya sebelah kanan dan menunjukkan luka memar dari cengkraman Dion, "aku sendiri pun dibuat kayak gini sama Dion."Luna melihat luka memar Yuki, "apa sih, cuma memar gitu doang. Itu nggak ada apa-apanya dibandingk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Hot Night With Boss   9. Fakta Mengejutkan (1)

    Di sebuah restoran, terlihat Yuki sedang berbincang dengan seorang wanita paruh baya. Wanita paruh baya tersenyum, "Bagaimana kabarmu, Nak?" tanyanya."Baik, tetapi juga buruk. Singkat saja tanpa perlu basa-basi. Kenapa tante minta kita bertemu?" jawab Yuki yang langsung menanyakan tujuan wanita itu memanggilnya datang."Aduh, kenapa kamu seperti ini. Kita kan sudah lama nggak ketemu. Tante kangen sama kamu. Oh, ya. Kenapa bulan ini kamu enggak transfer ke tante? Tante nungguin loh," ucap wanita paruh baya itu sambil terus tersenyum pada Yuki.Yuki tersenyum tipis, "Tante ngajak aku ketemu cuma tanya soal uang?" tanyanya."Iya dong. Kan tante kaget tiba-tiba aja kamu nggak ngirim uang. Biasanya kamu rutin ngirim," wanita itu masih dengan tidak tahu malunya menjawab perkataan Yuki. Padahal Yuki sudah terlihat muak."Apa Dion nggak memberitahu tante?" tanya Yuki menatap wanita paruh baya dihadapannya, yang ternyata adalah Ibu Dion."Memberitahu apa?" tanya wanita paruh baya itu tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Hot Night With Boss   10. Fakta Mengejutkan (2)

    Sesampainya di rumah, Dion langsung berteriak memanggil mamanya. "Mama ... " teriak Dion.Seorang pria paruh baya keluar dari sebuah ruangan, "Ada apa, Dion? Kenapa kamu teriak?" tanyanya."Di mana mama, Pa?" tanya Dion menatap papanya. "Papa nggak tahu. Sejak tadi sore pergi belum pulang," jawab papa Dion.Dion yang kesal langsung melempar jasnya ke sofa dan duduk. Dia tak punya pilihan selain menunggu Mamanya pulang untuk minta penjelasan.Papa Dion menghampiri Dion. Duduk di sofa di hadapan Dion. Melihat anaknya tampak tidak baik-baik saja, Papa Dion langsung bertanya apa hal yang sudah terjadi."Ada apa? Apa ada masalah? Wajahmu tampak lg nggak baik-baik aja," tanya papa Dion yang masih ingin tahu."Apa papa juga tahu?" tanya Dion menatap papanya tiba-tiba."Tahu apa? Kamu ngomong yang jelas dong. Jangan buat papa bingung," jawab papa Dion."Papa tahu nggak kalau selama ini Yuki ngirimin uang ke Mama?" tanya Dion memastikan.Papa Dion terkejut, "Hah? Buat apa Yuki ngirim uang ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Hot Night With Boss   11. Perhatian dan Pertengkaran

    Malam hari sebelum kejadian, Dion ternyata lebih dulu menghubungi Yuki. Merasa khawatir pada keadaan Dion, Yuki lantas menyusul Dion setelah tahu di mana Dion berada. Saat Yuki ingin membantu Dion yang sedang mabuk berat, tiba-tiba saja Luna muncul dan langsung membantu Dion. Yuki lantas mengurungkan niatnya dan memilih untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Yuki merasa sedih. Air matanya menetes begitu saja membasahi kedua pipinya. Aneh memang, kenapa dia harus menangisi laki-laki yang mengkhianatinya? Namun, Yuki tak bisa menepis jika Dion adalah sosok yang amat disayanginya. Yuki menyeka air matanya, "Kamu nggak boleh lemah, Yuki. Beginilah hidup. Nggak semua berjalan sesuai keinginanmu," batinnya. Sesampainya di rumah, Yuki segera meringkas dan memilah semua barang pemberian Dion. Memasukkannya ke dalam kotak besar. Ada beberapa boneka, pakaian, sepatu, bahkan jam tangan pasangan. Ada juga cincin yang Dion berikan sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu. Tak hanya itu,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Hot Night With Boss   12. Ancaman dan Perhatian

    Saat Dion ingin pergi meninggalkan Luna, Luna mengatakan sesuatu yang membuat Dion mengurungkan niatnya untuk pergi.Luna manatap punggung Dion yang membelakanginya, "Nggak cuma kamu yang bisa ngancam, Dion."Dion memegang gagang pintu darurat, "aku nggak peduli ucapanmu," ucap Dion tanpa memalingkan pandangan.Luna tersenyum masam, "wah, kamu sungguh nggak peduli? Meski itu adalah aibmu?" tanya Luna."Apapun itu aku udah bilang aku nggak peduli. Jangan ganggu aku, aku sibuk. Tunggu aku hubungi aja," kata Dion masih tidak mau peduli perkataan Luna."Ok, kita lihat aja. Sampai mana kamu bisa keras kepala dengan ketidakpedulianmu, setelah aku menyebar video kita semalam. Atau aku perlu mempostingnya di grup chat kantor?" Luna mulai menunjukkan taringnya untuk menggigit Dion.Dion berbalik menatap Luna, "apa maksudmu, Luna?" tanyanya dengan raut wajah tak senang.Luna tersenyum, "kenapa? Kamu takut?" ucap Luna merasa puas melihat wajah tidak senang Dion."Video apa yang kamu bicarakan?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Hot Night With Boss   13. Hubungan Kami Sudah Berakhir

    Seminggu telah berlalu, dan minggu berikutnya datang. Dalam seminggu, sudah banyak makanan, minuman, makanan penutup atau snack yang diterima Yuki dari Cristopher. Namun, semuanya diberikan Yuki pada Amelia dengan berbagai macam alasan. Tentu saja Amelia yang awalnya biasa saja akhirnya menaruh rasa curiga dan penasaran akan berbagai macam makanan yang selama ini diterimanya.Amelia menggeser kursinya mendekati Yuki yang sedang duduk menatap layar komputer."Yuki," panggil Amelia."Hm," jawab Yuki."Aku tuh penasaran, tapi ya nggak enak juga mau tanya. Gimana ya?" kata Amelia ragu-ragu."Apa sih? Tanya ya tanya aja, biar nggak penasaran. Kalau enggak ya enggak. Nggak usah bingung dong," sahut Yuki tanpa tahu apa maksud Amelia."Gitu ya, ya udah kalau gitu aku mau tanya nih ... sebenarnya makanan yang kamu kasih ke aku kamu beli atau kamu dapat dari orang? Jawab jujur," tanya Amelia tiba-tiba.Yuki langsung terdiam mendengar pertanyaan Amelia. Namun, dia masih belum bisa mengatakan yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Hot Night With Boss   14. Penyelamat

    Yuki kembali ke kantor untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Karena saat pulang Yuki terburu-buru, dia lupa memasukkan ponsel ke dalam tas, dan hanya memasukkan ponsel ke dalam laci meja kerjanya.Di ambilnya ponsel dari dalam laci, lalu dimasukkannya ke dalam tas. Yuki segera pergi meninggalkan ruangan.Dia menunggu lift turun, beberapa saat kemudian pintu lift terbuka dan Yuki melihat ada di Cristopher di dalam lift. Cristopher sendiri terkejut melihat Yuki masih berada di kantor, padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 malam."Masuklah," pinta Cristopher."Silakan Pak CEO turun lebih dulu," jawab Yuki. Pintu lift tertutup, dan lift berjalan turun. Yuki seketika menghela napas lega."Wah, bisa-bisanya kita ketamu disaat yang nggak tepat. Untung aja aku minta dia duluan turun," batin Yuki.Yuki melihat lift mulai berjalan naik dari lantai dasar ke lantai tempatnya berada. Begitu lift berhenti dan pintu terbuka, betapa terkejutnya Yuki melihat Cristopher yang masih ada di dalam li

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Hot Night With Boss   15. Rencana Yuki

    Yuki berbaring memeluk boneka, dia memikirkan kembali perkataan Cristopher. "Dari mana dia tahu? Apa dia menyelidiki semuaya diam-diam? Kenapa dia melakukannya?" gumam Yuki menatap langit-langit kamarnya.Yuki menggelengkan kepala perlahan, "apa sih, kenapa juga aku kepikiran? tapi aneh aja gitu, kok dia mesti repot cari tahu, padahal kita kan cuma pasangan semalam. Apa dia beneran punya perasaan ke aku? Ah, nggak mungkin. Mana ada baru ketemu, lihat sekali langsung jatuh cinta. Masa iya dia jatuh cinta sama perempuan gak jelas yang ngajakin tidur bareng. Kalau iya namanya sih dia udah gila. Aku juga udah gila," batin Yuki.Semakin dipikirkan semakin aneh dan semakin membuat Yuki penasaran. Dia ingin bertanya, tetapi ragu. Bisa saja yang dipikirkannya tidak benar dan nantinya malah membuat salah paham.Malam semakin larut, tapi mata Yuki tak juga terpejam. Dia sudah berkali-kali mengubah posisi tidur bahkan sampai berguling. Namun, matanya tak juga mau terpejam. Malah yang ada matany

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05

Bab terbaru

  • Hot Night With Boss   89. Siapa? (2)

    Amelia dan Yuki kembali bekerja setelah makan siang. Keduanya fokus pada pekerjaan masing-masing. Sesekali Ameli mengintip Yuki. Terlihat Yuki bergitu serius bekerja, membuat Amelia tak enak kalau sampai mengganggu temannya itu."Apa yang dimaksud Dion tadi, ya? Astaga, aku sampai segininya kepikirian. Satu-satunya biar nggak penasaran ya aku langsung tanya ke Yuki. Cuma dia sekarang lagi sibuk. Gimana dong?" batin Amelia.Amelia menghela napas panjang. Mau tak mau dia harus sabar menuggu setelah pulang kerja agar bisa bicara dengan Yuki.***Pukul 17.15 sore. Terlihat Yuki sedang berkemas. Begitu juga Amelia. Selesai berkemas, Amelia menghampiri Yuki dan mengajak Yuki pulang bersama."Yuk, pulang bareng," kata Amelia menawari."Yuk," jawab Yuki.Amelia dan Yuki pergi meninggalkan ruangan bersama. Keduanya menunggu di depan lift, dan saat pintu lift terbuka, tampak Cristopher dan Thomas ada di dalam lift. Thomas tersenyum menatap Amelia dan Yuki. Amelia juga tersenyum, dan keduanya

  • Hot Night With Boss   88. Siapa? (1)

    Malam sebelumnya ...Dion mensihati Luna agar Luna tak terus saja mencari-cari masalah dengan rekan sekantor. "Luna, bisa nggak kamu menahan dirimu sedikit? Malu kalau sampai diomongin orang-orang kator lho," ucap Dion.Luna mengerutkan dahi, "bukan aku duluan yang mulai kok. Yang mulai ya teman mantammu itu," jawabnya."Nggak perlu bawa-bawa mantan. Yang udah ya udah. Nggak usah dibahas," sahut Dion tidak senang.Luna menatap Dion, "kenapa? Emang kenyataannya kayak gitu. Pasti itu mantan kamu yang nyuruh temannya buat nganiaya aku," ucap Luna mengadu."Belum tentu. Kalau misal bukan dia yang nyuruh temannya gimana?" jawab Dion."Kamu kok jadi bela dia sih," sahut Luna kesal."Aku nggak bela. Bela darimananya? Selalu omonganku kamu puter-puter biar jadinya aku yang salah deh. Ini kebiasaammu yang nggak aku sukai," jawab Dion berterus terang."Oh, gitu. Jadi aku yang salah sekerang? Iya? Bagus. Salahin aja terus," sahut Luna membuang muka."Astaga, kenapa selalu aja kayak gini sih? A

  • Hot Night With Boss   87. Merah-merah

    Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cristopher dan Stevy pergi meninggalkan rumah Yuki. Yuki mengantar kepergian Cristopher dan Stevy sampai di parkiran. Sebelum berpisah, Yuki memeluk erat Stevy, mencium Stevy dan mengucapkan selamat tinggal. Hal sama dilakukan Yuki pada Cristopher.***Cristopher baru selesai mandi, dan sedang bercermin. Dia terkejut melihat merah-merah di lehernya."Wah, perempuan itu sungguh membuatku gila. Bagaimana caranya aku menutupi ini? Kayaknya ini gak bisa ketutup krah kemeja seperti yang sebelumnya," batin Cristopher mengusap jejak merah di lehernya. Jejak merah yang ditinggalkan Yuki, letaknya memang berbeda dari jejak yang sebelumnya. Yang saat ini letaknya hampir mendekati rahang kiri dan kanan Cristopher sehingga siapapun yang melihat akan tahu jika itu adalah jejak ciuman.Cristopher segera berganti pakaian, dia menggunakan plaster untuk menutup bekas jejak yang ditinggalakn Yuki. Meski tampak aneh, itu terlihat lebih baik dibandingkan tidak ditutupi

  • Hot Night With Boss   86. Malam Terakhir

    Thomas dan Amelia makan malam bersama. Thomas lebih dulu menghubungi Amelia dan mengajak makan malam dengan alasam tidak ingin makan sendirian."Ada apa, Pak?" tanya Amelia menatap Thomas."Apanya?" jawab Thomas menatap Amelia."Nggak perlu pura-pura. Bapak mau menyampaikan sesuatu, 'kan? atau mau tahu sesuatu?" tanya Amelia."Ya, begitulah. Saya suka kamu peka. Padahal saya sudah bingung mau memulai pembicaraan dari mana," jawab Thomas."Silakan bicara dengan nyaman, Pak. Jangan sungkan," sahut Amelia."Kamu baik-baik saja? Lukamu bagaimana?" tanya Thomas khawatir."Saya baik-baik saja," jawab Amelia."Saya antar ke rumah sakit, ya?" tawar Thomas."Nggak mau ah," jawab Amelia cepat."Kenapa? Memarmu harus diperiksa dokter, Amelia. Gimana kalau ada apa-apa kedepannya?" tanya Thomas."Saya takut diperiksa dokter. Saya pernah punya pengalaman nggak menyenangkan dengan dokter," jawab Amelia menjelaskan alasannya enggan ke dokter."Boleh saya tahu pengalaman apa itu?" tanya Thomas ingin t

  • Hot Night With Boss   85. Karena Kamu Temanku

    Mendengar cerita Amelia, Yuki menjadi sedih. Tanpa sadar air matanya jatuh."His, ngapain juga kamu nangis sih. Kayak anak kecil aja," kata Amelia. Memberikan tisu kepada Yuki.Yuki menyeka air matanya, "kamu tuh ya. Kan sudah aku bilang nggak perlu hiraukan si Luna. Mulutnya memang pedas suka provokasi," katanya terisak."Nggak apa-apa. Aku puas kok sdh tarik rambutnya terus ngeremas mukanya. Hehe ... " sahut Amelia tersenyum.Meski demikian, Amelia tak menceritakan sedetail apa pertengarannya dengan Luna karena tak mau Yuki khawatir. Satu-satunya yang tahu bagaimana keadaan Amelia adalah Thomas. Thomas dan Cristopher bergabung di meja Yuki dan Amelia. Sebelumnya merek berdua izin kepada Yuki dan Amelia, dan dipersilakan."Ada apa ini? Kok suasana begitu serius?" tanya Cristopher."E-enggak apa-apa, Pak," jawab Yuki cepat-cepat menyeka bekas air matanya dengan tisu.Thomas menatap Yuki, lalu menatap Amelia. Ditatapnya cukup lama Amelia untuk melihat bagaimana keadaan seseorang di ha

  • Hot Night With Boss   84. Amelia Vs Luna

    Amelia dan Yuki makan siang bersama di kantin. Sembari makan, Amelia bercerita apa hal yang terjadi antara dirinya dan Luna.***Malam sebelumnya ..."Luna," panggil Amelia.Amelia mengikuti Luna. Saat di parkiran, Amelia memanggil Luna dan langsung menarik Luna untuk ikut bersamanya."Apaan sih. Lepas!" sentak Luna berontak."Ngapain Amelia di sini?" batin Luna.Amelia mendorong Luna, "mau sampai kapan kamu bertingkah kayak anak kecil? Dasar nggak tau malu," katanya kesal.Luna menatap Amelia, "ada apa denganmu? Kenapa kamu tiba-tiba narik tanganku sampai dorong-dorong aku sih? Nggak jelas banget," ucapnya kesal."Bodo amat. Aku nggak peduli mau kamu kesel kek, enggak kek. Nggak penting tahu," sahut Amelia.Luna mengertukan dahi, "kamu sudah gila, ya?" tanyanya."Dasar gila!" umpat Luna."Ya. Aku sudah gila. Puas?" jawab Amelia mengiakan pertanyaan Luna."Apa Yuki yang menyuruhmu seperti ini? Dibayar berapa sama dia? Mau-maunya kamu jadi budaknya," kata Luna mengejek Amelia."Yuki ng

  • Hot Night With Boss   83. Teman Baik

    Amelia berada di atap menikmati pemandangan sekitar. Seseorang menghampiri Amelia dan berdiri disebelahnya, lalu memberikan segelas es cappucino."Nih," kata seseorang itu.Amelia menatap seseorang di sampingnya dan menerima pemberiannya, "makasih," jawabnya."Kamu nggak apa-apa? Lukamu belum juga diobati," kata seseorang itu, yang tak lain adalah Thomas."Saya nggak apa-apa kok. Luka kecil gini nanti juga sembuh sendiri," jawab Amelia."Jangan sepelekan luka kecil. Kamu nggak pernah dengar kalau sesuatu hal besar terjadi karena hal kecil?" sahut Thomas.Amelia menatap Thomas, "bapak kenapa ke sini? Tadi bapak chat saya tanya di mana cuma mau ngikutin saya terus ngejek saya gitu?" tanyanya."Enggaklah. Ngapain juga saya ngejek kamu. Saya tuh khawatirin kamu," jawab Thomas."Bapak khawatir sama saya? Nggak perlu repot-repot, Pak. Saya nggak apa-apa kok," jawab Amelia lagi."Kenapa sih, kamu mesti bertengkar sama Luna? Coba saya nggak lewat tadi malam, kamu pasti sudah dirumah sakit sek

  • Hot Night With Boss   82. Perasaan Tak Pasti

    Keesokan harinya, Cristopher bangun awal dan mengajak Stevy jalan-jalan. Setelah berjalan cukup lama, Cristopher dan Stevy beristirahat.Cristopher memberi Stevy snack, "makan pelan-pelan," ucapnya. Terlihat Stevy makan dengan lahap, tapi tetap teratur. Stevy makan snacknya sampai habis. Setelah makan snack, Stevy menjilati kaki depannya dan membersihkan mulutnya."Stevy," panggil Cristopher.Stevy menatap Cristopher.Cristopher mengusap kepala Stevy, "apa kamu sudah merindukan rumah kita? Mungkin nanti kita kembali," ucapnya.Stevy mengedipkan mata, lalu mengusapkan kepalanya ke lengan Cristopher."Kenapa? Kamu nggak mau pulang?" tanya Cristopher.Cristopher mengangkat tubuh Stevy, "kita nggak bisa terus tinggal di rumah Yuki. Papamu ini sudah cukup banyak merepotkannya. Kamu juga sering merepotkannya, 'kan?" katanya meletakkan Stevy ke pangkuannya.Cristopher menatap gedung apartemen tempat Yuki tinggal dari jauh. Cukup lama gedung itu ditatapnya, sampai dia mengajak Stevy lanjut b

  • Hot Night With Boss   81. Surat Maaf?

    Setelah mengatakan apa yang diinginkan, Yuki lantas kembali ke mejanya. Siang itu dia tidak ingin melanjutkan lebih panjang lagi dan meminta dua orang yang menggosipkannya menyatakan permintaan maaf secara resmi.Saat Yuki kembali ke meja tempatnya makan, semua orang kembali dikejutkan oleh sosok yang ada disamping Yuki.Cristopher menatap Thomas seolah mengisyaratkan sesuatu. Tau apa kemauan atasannya, Thomas segera berdiri dari duduknya dan membubarkan orang yang berkerumun, ataupun orang yang memperhatikan. Dan akhirnya setelah beberapa menit, semua menjadi tenang kembali.Yuki melanjutkan makan dengan tenang, begitu juga Cristopher, Thomas dan Amelia. Tak ada satupun dari mereka yang membahas tentang kejadian sebelumnya sampai makan siang berakhir.***Sementara itu di tempat lain ...Dion dan Luna lagi-lagi berdebat. Dion menyalahkan Luna yang selalu membuat masalah dan membuatnya pusing."Jangan seperti ini lagi," kata Dion dengan nada suara rendah."Kenapa kamu nggak pernah be

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status