Share

7. Mengabaikan

Author: Dea Anggie
last update Last Updated: 2025-04-01 15:39:51

Keesokan harinya ...

Yuki, Amelia dan dua pegawai baru saja masuk ke dalam lift. Beberapa detik kemudian, Cristopher dan Thomas juga ikut masuk.

"Selamat pagi, Pak CEO, Pak Thomas."

"Selamat pagi, Pak CEO dan Pak Sekretaris."

"Pak CEO, Pak Thomas, selamat pagi."

Amelia dan dua pegawai lain menyapa Cristopher dan Thomas. Sedangkan Yuki hanya menundukkan kepala sedikit tanpa mengucap salam.

Cristopher melihat sekilas para karyawannya dan menganggukkan kepala tanpa menjawab. Dia berdiri membelakangi para keryawannya.

"Selamat pagi juga kalian. Maaf ya, saya dan Pak CEO sedang buru-buru. Jadi kami nggak bisa menunggu lift berikutnya," kata Thomas tersenyum menatap orang-orang di belakangnya. Thomas berdiri tepat di samping Cristopher.

Thomas menekan lantai tujuannya dan pintu lift pun tertutup. Lift perlahan berjalan naik.

"Kapan lift sebelah akan diperbaiki?" tanya Cristopher pada Thomas.

"Oh, saya sudah meminta pihak keamanan mengurusnya. Mungkin nanti," jawab Thomas.

"Minta kepala bagian kemanan ke ruanganku," kata Cristopher.

Thomas menganggukkan kepala, "Baik, Pak."

Suasana begitu hening. Dua pegawai saling bersiku. Begitu juga Amelia dan Yuki.

Lift tiba di lantai 2. Thomas keluar dari dalam lift untuk memberi ruang para rekannya yang dibelakang. Satu per satu yang ada dalam lift keluar dengan hati-hati dan tenang. Yuki mendapat giliran keluar paling akhir. Sekilas Yuki menatap Cristopher, terlihat Cristopher hanya fokus menatap ponsel di tangan. Setelah semua keluar, Thomas masuk kembali dan pintu lift pun tertutup.

***

Siang hari, 10 menit sebelum jam makan siang. Yuki sedang berada di ruangan kepala divisinya.

"... itu aja. Kamu boleh kembali Yuki," kata kepala divisi.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi," jawab Yuki yang langsung berpamitan.

Saat Yuki berbalik dan hendak pergi keluar dari ruangan, Yuki dipanggil oleh kepala divisi.

"Oh, Yuki ... " panggil kepala divisi.

Yuki menghentikan langkah dan berbalik, "Ya, Pak?"

"Bisakah kamu mengantar dokumen ini ke kepala divisi produksi? Tolong ya," kepala divisi meminta bantuan Yuki.

Yuki terdiam sesaat, lalu berjalan mendekati kepala divisinya dan menerima dokumen yang akan diberikan ke kepala divisi produksi.

"Ini saja, Pak?" tanya Yuki.

"Iya," jawab kepala divisi tersenyum.

"Kalau gitu saya permisi," Yuki kembali berpamitan.

"Terimakasih ya Yuki," kepala divisi mengucapkan terimakasih pada Yuki.

Yuki keluar dari ruangan kepala divisi dengan memeluk dokumen yang dititipkan kepala divisi. Sesungguhnya Yuki enggan, tetapi dia tak bisa menolak permintaan atasannya.

Sebelum mengantar, Yuki sempat kembali ke mejanya untuk meletakkan sebuah dokumen di atas mejanya, lalu pergi.

"Yuki, kamu mau ke mana?" tanya Amelia.

Yuki menghentikan langkah nya, berbalik menatap Amelia dan memberitahu tujuannya.

"Ke divisi produksi," jawab Yuki.

Amelia berdiri dari duduknya dan mendekati Yuki, "Eh, ngapain kamu ke sana?" tanyanya ingin tahu.

"Pak Ruben minta aku ngasih ini ke Pak Harris," jawab Yuki sambari menunjukkan dokumen yang dipelukannya.

"Mau aku temani?" Amelia menawarkan diri mengantar Yuki.

"Kerjaanmu gimana?" tanya Yuki.

"Gampanglah itu. Nanti habis makan siang juga bisa dilanjut lagi," jawab Amelia dengan santainya.

"Ya, udah. Ayo," jawab Yuki yang langsung melangkahkan kaki pergi dan diikuti oleh Ameia.

Dari mejanya, Luna diam-diam memperhatikan dan menguping dengar percakapan Yuki dan Amelia. Wajah Luna tampak kesal.

"Dih, paling-paling juga dia yang nawarin buat nganterin dokumennya. Apa ... jangan-jangan dia mau caper ke Dion?" batin Luna tidak senang. Pikirannya langsung memikirkan yang tidak-tidak.

Karena kesal Luna sampai tidak sadar meremas dokumen di atas meja di hadapannya.

***

Yuki dan Amelia masuk ke dalam ruang divisi produksi dan berjalan menuju ruangan kepala divisi. Seseorang melihat Yuki dan langsung memberitahu kedatangan Yuki kepada Dion.

Dion melihat Yuki dan Amelia masuk ke dalam ruang kepala divisi, lalu tidak beberapa lama keluar. Dia segera bangkit dari tempat duduknya, lalu menghampiri Yuki dan Amelia yang hendak pergi meninggalkan ruang divisi produksi.

"Yuki," panggil Dion.

Yuki dan Amelia keget saat Dion tiba-tiba saja muncul.

"Ada urusan apa?" tanya Amelia.

"Aku manggil Yuki, bukan kamu. Ngapain kamu yang ngejawab?" sahut Dion tidak senang. Menatap Amelia tajam.

Amelia mengerutkan dahi, "Ini orang minta pengen digampar kah?" batinnya.

"Suka-sukalah. Inikan mulutku, bukan mulutmu. Lagian ngapain juga orang yang nggaka da urusan manggil-manggil," kata Amelia kesal.

"Kamu ... " kata-kata Dion terhenti karena Yuki langsung menengahi keduanya.

"Udah, cukup!" sela Yuki.

"Mel, nggak usah diladenin. Mending kita pergi aja," bisik Yuki.

Yuki yang tidak mau ambil pusing langsung menarik tangan Amelia dan pergi untuk segera pergi meninggalkan ruang divisi produksi.

Dion mengerutkan dahi begitu tahu diabaikan oleh Yuki. Dia yang tak terima langsung menyusul dan menarik paksa tangan Yuki.

"Beraninya kamu," kata Dion mulai kesal.

"Ouch," erang Yuki merasa sakit pergelangan tangannya dicengkram kuat oleh Dion.

Yuki mencoba melapaskan tangannya dari cengkraman Dion, tetapi Dion justru semakin kuat mencengkram pergelangan tangan Yuki. Sampai akhirnya apa yang Dion lakukan membuat Yuki murka.

"Lepas!" sentak Yuki kesal. Menatap Dion dengan tatapan tajam menusuk.

"Mulai sok kamu sekarang. Kamu yang sebelumnya bahkan nggak akan berani natap aku kayak gini," ucap Dion semakin kesal.

Yuki mengangkat ujung bibirnya, "Apa? Sok? Kenapa juga aku harus sok ke kamu? Lagian kita nggak ada urusan. Jadi nggak usah merasa paling tersakiti deh. Buruan lepasin tanganku. Ini sakit, Dion," Yuki melontarkan kata-kata pedasnya dan terus menarik tangannya agar terlepas.

Melihat temannya kesulitan, Amelia hendak menolong. Namun, yang terjadi justru diluar dugaannya. Yuki yang sudah sangat muak menendang kaki Dion sampai akhirnya tangannya terlepas dari cengkraman Dion.

"Aduh ... " rintih Dion kesakitan memegangi kaki kanannya yang ditendang Yuki.

"Mampus. Rasain tuh," batin Amelia menahan tawa.

Beberapa orang mulai berkerumun untuk melihat apa yang terjadi dan kenapa Dion terlihat kesakitan. Memegangi kaki.

Melihat Dion kesakitan, Yuki sedikit merasa puas. Dia langsung mengajak Amelia pergi meninggalkan ruang divisi produksi.

Amelia dan Yuki baru saja keluar dari ruang divisi produksi, keduanya memutuskan langsung pergi ke kantin untuk makan siang. Karena jam sudah menunjukkan waktu makan siang.

***

Di kantin ...

Yuki dan Amelia sudah mengambil makan siang dan mencari tempat duduk. Di tengah jalan keduanya berpapasan dengan Cristopher dan Thomas.

Amelia dan Yuki menundukkan sedikit kepala sebagai ganti menyapa. Cristopher membalas anggukan kepala dan langsung pergi meninggalkan keduanya.

Thomas tersenyum, "Selamat makan," ucapnya.

"Terimakasih, Pak. Pak Thomas juga," jawab Amelia.

Thomas menganggukkan kepala, "Ya," jawabnya.

Thomas lantas pergi menyusul Cristopher. Amelia dan Yuki juga berjalan ke tempat duduk yang berada tak jauh.

"Tumben mereka di kantin," kata Amelia. Menatap ke arah Cristopher dan Thomas yang sedang melihat-lihat menu makan siang.

Yuki mengikuti arah pandang Amelia dan menatap Cristopher begitu lekat.

"Apa dia beneran marah sama aku? Dia bahkan nggak tersenyum kayak sebelumnya. Wajahnya datar nggak ada ekspresi," batin Yuki menerka-nerka apa yang terjadi pada Cristopher.

"Menurutmu, bagaimana Pak CEO?" tanya Amelia pada Yuki.

Yuki yang sedang minum langsung tersedak dan terbatuk. Amelia segera berdiri dan menghampiri Yuki, lalu menepuk punggung Yuki pelan.

"Apa sih, minum aja sampai gini. Lagi mikir aneh-aneh pasti," kata Amelia.

"Apa sih. Balik duduk sana," jawab Yuki.

Amelia kembali duduk. Batuk Yuki mulai mereda Dia minum lagi untuk meredam rasa sakit di tenggorokannya dan mulai makan dengan tenang, begitu juga Amelia.

"Kamu nggak mau jawab pertanyaanku?" tanya Amelia msnatap Yuki.

"Enggak perlu dijawab. Nggak penting juga kan," jawab Yuki.

"Oh, sudah pasti bagimu Dion yang paling tampan. Ya, kan? Tampan sih, tapi kalau tukang selingkuh dan suka marah-marah nggak jelas gitu ya ilang tampannya. Yang ada ngeselin tau," kata Amelia.

"Siapa juga yang bilang dia tampan," sahut Yuki.

"Terus apa? Buktinya kamu diem aja pas aku tanya tentang Pak CEO," Amelia masih gigih ingin tahu pendapat Yuki tentang Cristopher.

Yuki menelan makanan dan langsung minum tanpa menanggapi perkataan Amelia.

"Apa kira-kira Pak CEO punya pacar, ya? Eh, kalau dipikir-pikir lagi, cewek mana yang mau pacaran sama kulkas. Kulkas bukan sembarang kulkas. Ini kulkas empat pintu loh. Hihi ... pasti deh Pak CEO minus pengalaman sama cewek," ucap Amelia menggosipkan Cristopher.

"Pengalaman, ya?" batin Yuki menanggapi perkataan Amelia.

Entah kenapa tiba-tiba saja Yuki mengingat momen saat dirinya bertindak gila dengan mengajak Cristopher tidur bersama saat di bar. Bahkan Yuki mengingat betapa bergariahnya malam itu.

Yuki tanpa sadar menggebrak meja, membuat Amelia yang asik menikmati makanan tersentak karena kaget.

"Apa? Kenapa kamu mukul meja?" tanya Amelia yang baru saja minum segelas air untuk meredakan batuknya.

Yuki tersadar kalau dia baru saja membuat masalah. Seketika Yuki kembali duduk dan langsung bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Yuki menggelengkan kepala, "Enggak apa-apa kok. Cuma kesel inget yang tadi aja," jawab Yuki berbohong.

Yuki merasa malu sekaligus bersalah sudah berbohong pada teman baiknya. Namun, dia tidak bisa jujur mengataka isi pikirannya karena sudah pasti teman baiknya itu akan syok.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
reflek ya yuki, ahhh lama2 ntar amelia bakal tahu juga, kamu mencurigakan soalnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hot Night With Boss   280. Pertunangan dan Pernikahan (Tamat)

    Yuki yang mendengar rumor tidak menyenangkan tentangnya, langsung mendatangi Luna dan meminta pertanggung jawaban atas tuduhan yang tidak berdasar. Keduanya bertengkar hebat."Dasar jalang nggak tahu diri. Sudah dilamar, tapi masih main sama om-om. Menjijikan sekali sih," kata Luna.Plak!Sebuah tamparan keras dilayangkan Yuki, dan mendarat diwajah Luna. Luna memegangi wajahnya yang tertampar, "sialan! Perempuan jalang, apa yang kamu lakukan?" tanganya.Plak!Tamparan keras kembali mendarat di sisi lain wajah Luna. Membuatnya semakin geram."Kamu ..." ucap Luna."Kamu, kamu, kamu apa? Aku muak mendengar ocehanmu, Luna. Jangan kamu pikir aku nggak tahu trik-trik kotormu. Kamu itu siapa menilaiku sebagai jalang? Yang jalang murahan dan menjijikan itu kamu bukan aku. Dan ya, jangan sembarangan nyebar rumor nggak berdasar!" sentak Yuki marah."Nggak berdasar katamu? Hahaha ... sudah ketahuan mau ngelak ya? Kamu pikir aku ini buta apa? Dan siapa bilang nggak berdasar? Aku punya bukti foto

  • Hot Night With Boss   279. Kesalahpahaman

    Di ruangan divisi produksi, Dion yang sedang sibuk menulis laporan dikejutkan oleh berita lamaran Cristopher untuk Yuki dari teman-temannya yang bergosip."Wah, gila ... hei, hei ... sini kumpul. Ada berita menarik nih.""Eh, kamu nggak selesaikan tugasmu malah keluyuran.""Tahu tuh. Ntar kena marah pak kepala divisi baru deh tahu rasa.""Jangan ngomel aja. Aku ada berita menghebohkan nih. Mau denger nggak?"Apaan?""Iya, nih. Apaan? Awas aja kalau beritanya aneh-aneh.""Bukan berita aneh, tapi berita heboh. Kalian semua pada tahu si Yuki 'kan? Dewi divisi pemasaran? Dia dilamar sama Pak CEO.""Hah? Serius?""Jangan bercanda deh.""Masa sih? Berita beran apa cuma rumor nih?""Astaga kalian ini. Aku serius tahu. Aku baru dari sana lihat sendiri dari pintu. Pak CEO berlutut ngeluarin cincin terus cincinnya disodorin ke Yuki. Satu ruangan pada heboh pokoknya. Kecuali satu orang yang tadi tiba-tiba keluar sambil cemberut dan kesel. Ah, pokoknya heboh deh.""Eh, ke divisi pemasaran yuk.""

  • Hot Night With Boss   278. Dua Keluarga (2)

    Cristopher dan Yuki saling bertatapan sekilas. Keduanya sama-sama merasa malu dan bersalah karena sudah melarikan diri dari perjodohan yang sudah disiapkan."Kita sudahi dulu topik ini dan mulai makan. Kita bahas hal lain saja," kata Stevano."Jadi, Cris ... sejauh apa hubunganmu dengan Yuki saat ini?" tanya Stevano."Seperti yang sebelumnya aku katakan, Pa. Kalau aku dan Yuki, kami sudah sepakat untuk menikah. Yuki sudah menerima pernyataan cintaku dan lamaranku," jawab Cristopher."Ah, begitu. Jadi, tinggal pernikahan saja ya? Atau mau bertunangan dulu?" tanya Stevano."Itu ... aku sih terserah Yuki saja, tapi sebelumnya ada yang mau aku sampaikan. Untuk Om, tante dan kedua kakak, saya harap kalian mau menerima saya sebagai anggota baru dalam keluarga. Saya harap kita juga bisa menjalin hubungan yang baik kedepannya," kata Cristopher.Yoseph menatap sang istri, dan istrinya tampak tersenyum sembari menganggukkan kepala. Dia memalingkan pandangan ke Cristopher dan memberikan jawaban

  • Hot Night With Boss   277. Dua Keluarga (1)

    Cristopher dan Yuki berada di depan gedung restoran tempat diadakannya pertemuan. Keduanya saling menatap dalam tanpa bicara, sampai Cristopher menyakinkan Yuki, jika semua akan baik-baik saja."Tenanglah. Aku yakin semua akan baik-baik saja. Papamu 'kan juga mengatakan itu," kata Cristopher, memegang tangan Yuki."Iya sih, papaku memang bilang semua akan baik-baik saja, tapi aku masih ragu. Aku takut, gimana kalau ternyata sebaliknya?" ucap Yuki ragu-ragu."Apa aku ikut ketemu keluargamu aja? Aku bisa batalin pertemuanku dengan papaku," kata Cristopher."Eh, nggak perlu segitunya. Aku yang nggak enak sama papamu. Padahal aku diundang makan bareng, tapi aku nggak bisa soalnya pas banget keluargaku ngajakin ketemuan. Kamu temenin papamu aja. Aku nggak masalah sendiri. Lagipula tempat janjiannya 'kan sama. Kita bisa ketemu lagi nanti," kata Yuki menjelaskan."Ya sudah, kalau itu maumu. Kalau ada apa-apa cepat hubungin aku ya," kaya Cristopher."Ok," jawab Yuki."Ayo, kita masuk. Lama-la

  • Hot Night With Boss   276. Berubah

    Cristopher dan Yuki memutuskan pergi setelah makan siang. Yoseph dan istrinya juga langsung pergi untuk kembali ke Hotel. Sementara Yusak dan Yohan memilih untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan untuk cuci mata.Dalam perjalanan kembali, Cristopher dan Yuki membicarakan tentang keluarga Yuki."Bagaimana menurutmu?" tanya Yuki, menatap Cristopher dalam."Apanya?" tanya Cristopher."Apa lagi? Ya keluargaku lah. Menurutmu bagaimana mereka?" tanya Yuki."Kalau boleh jujur. Mereka nggak terlalu buruk. Maaf, aku mengatakan sesuatu yang menyinggung ya? Aku nggak tau apa yang mereka lakukan padamu, tapi yakin mereka punya alasan. Yah, apapun itu, tadi aku lumayan gugup. Aku sudah terbayang akan di maki atau disiram air oleh papamu atau mamamu. Kalau hanya sebatas omongan aku masih bisa membalasnya. Padahal aku sudah berpikir bagaimana caranya menghadapi keluargamu. Ternyata nggak sesulit dugaanku," jawab Cristopher jujur."Begitu ya. Menurutku juga mereka berbeda. Biasanya mereka nggak akan

  • Hot Night With Boss   275. Pertemuan Keluarga (3)

    Yuki terkejut saat mendengar papanya membentak Yohan. Seingatnya, papanya tidak pernah bicara kasar pada Yohan. Sehingga semua orang tahu Yohan adalah anak kesayangan Yoseph."Apa yang terjadi? Dia seperti bukan papa yang aku kenal," tanya Yuki dalam hati.Saat melihat Yohan pergi, Yuki melihat papanya hanya diam saja, begitu juga Yusak dan mamanya.Yuki berdiri dari duduknya dan hendak pergi. Yoseph yang melihat langsung bertanya."Ada apa? Kenapa kamu berdiri?" tanya Yoseph mentap Yuki."Aku mau keluar sebentar," kata Yuki."Apa kamu mau menyusul Yohan?" tanya Yoseph."Papa kenapa sih? Papa itu bukan seperti papa yang aku kenal. Kalau sikap papa kayak gini, malah bikin aku merasa aneh. Kalian makanlah dulu. Aku mau keluar," kata Yuki.Saat Yuki berbalik dan pergi, tangannya dipegang oleh Cristopher.Yuki menatap Cristopher, "aku nggak apa-apa. Kamu di sini aja dulu," katanya."Ok, hati-hati. Bawa ponselmu. Kalau butuh sesuatu, langsung hubungi aku. Mengerti?" ucap Cristopher."Hm,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status