Home / Romansa / Hubungan Gelap / Bab 5 Kamu Tidak Mengenaliku

Share

Bab 5 Kamu Tidak Mengenaliku

Author: Permen Jahe
Callista tidak dibesarkan oleh Keluarga Garcia, dia dididik seperti anak laki-laki sejak dia masih kecil.

Tunangannya tidur dengan orang lain, membuat hati Callista merasa jijik dan tidak mungkin menyanjung tunangannya lagi.

Pertemuannya dengan Jason semalam, selain karena tergesa-gesa, dia juga menginginkan perlindungan tambahan.

Kalau suatu saat rahasia ini terbongkar, setidaknya Jason bisa membantu karena adanya hubungan sesaat ini.

Tak disangka, perlindungan yang dia harapkan menimbulkan banyak masalah.

Memikirkan jaket yang ditinggalkan Jason, membuat Callista sangat marah sampai sekujur tubuhnya terasa sakit.

Enam bulan terakhir ini, dia selalu mengikuti gerak-gerik nona keempat Keluarga Garcia. Callista takut akan membuat kesalahan, jadi dia pun tidak banyak bicara dan bahkan tidak berani melirik.

Kalau dia tidak bertemu dengan Jason semalam, dia sudah mempersiapkan dirinya untuk bersembunyi di dalam cangkang palsu ini selama sisa hidupnya.

Kemunculan Jason membuat Callista keluar dari cangkang kura-kuranya.

Setelah mengambil napas dalam-dalam, Callista pun duduk tegak.

Kalaupun Callista harus memalsukan sikapnya selama sisa hidupnya, dia tentu tidak akan membiarkan dirinya diinjak-injak.

Hanya saja, Jason terlalu berbahaya, lebih baik jangan memancing di air keruh lagi. Meminjam tenaga Jason tanpa alasan yang tepat, hanya akan menimbulkan banyak masalah.

Di Kediaman Keluarga Davis.

Callista dan beberapa pelayan bekerja sama untuk mengatur meja makan dan gelas anggur.

Saat Callista hendak meletakkan cangkit bermulut lebar di kursi utama, ada sebuah tangan yang menahannya.

"Kita tidak minum anggur merah hari ini. Kalau kamu meletakkan gelas Bordeaux, kamu akan ditegur."

Callista mengangkat kepalanya. Ada seorang wanita yang terlihat lembut, dengan senyuman di wajahnya, membuat orang-orang merasa dekat dengannya.

Dia langsung memerkenalkan dirinya, "Aku Melissa, panggil saja aku kakak ipar."

"Kakak ipar."

Melissa menyuruh seseorang untuk membawakan gelas Louis XIII dan menyusunnya bersama Callista.

Pada saat ini, Callista merasa ada orang-orang yang menatapnya. Ketika dia melihat ke atas, ada Jessica yang sedang menggandeng ibu dari Edbert, Julia, yang juga merupakan bibi dari Jessica. Mereka berbicara dengan sangat akrab dan juga sering menunjukkan jarinya ke arah Callista.

Callista tiba-tiba teringat, ketika dia pergi mengambil gelas, Jessica juga baru saja meninggalkan dapur.

Oh, tampaknya ada orang yang sengaja menjelekkannya.

Melissa menyadari tatapan mereka dan tersenyum, "Jessica selalu bersama paman kelima dan Bibi Julia sejak kecil, Edbert pun sangat menyayanginya seperti adik kandungnya sendiri."

Bibir Callista sedikit menekuk. Adik kandung, memangnya ada orang yang tidur dengan adik kandungnya sendiri?

Namun, dia tidak perlu memberi tahu orang luar tentang aib ini. Callista pun hanya tersenyum dan terus bekerja.

Setelah semua orang duduk, Kakek Eko dibantu oleh para pelayan untuk duduk di kursi utama.

Begitu dia duduk, semua orang di meja langsung terdiam.

Dia melihat sekeliling, "Di mana Jason?"

Ketika Callista mendengar nama Jason, dia mulai merasa tidak nyaman dan menyebabkan Edbert yang di sebelahnya menatap Callista dengan tajam.

Pria yang duduk di kursi roda, berada di sebelah kanan mulai tersenyum dan berkata, "Jason bukanlah orang yang bisa kami atur, bagaimana kalau kakek sendiri yang memanggilnya."

Wajah Kakek Eko langsung menjadi gelap dan matanya mulai tampak kesal.

"Dasar anak durhaka."

Begitu ucapan ini keluar, ada suara cemooh segera terdengar.

"Oh, Kakek Eko, memaki seseorang di belakang mereka dapat mempersingkat umurmu."

Jason masuk dari pintu, tinggi badannya yang hampir satu koma sembilan meter sangat mengintimidasi.

Pada perjamuan keluarga hari ini, semua orang berhati-hati dan terus menyanjung Kakek Eko.

Mendengar ucapan yang sangat mengejutkan ini, membuat Callista yang sedang minum pun tersedak.

Dia mulai batuk beberapa kali dan menyebabkan Edbert merasa sangat tidak senang.

Edbert berkata dengan suara yang rendah, "Apa yang kamu lakukan!"

Callista meneguk air lagi. Jason dengan semaunya menarik kursi kosong yang tersisa.

Tidak seperti semua orang yang sedang duduk tegak, dia duduk membungkuk miring. Mata Jason tertuju pada Callista yang sedang menyembunyikan kehadirannya selama beberapa saat, lalu menghadap ke Kakek Eko.

Wajah Kakek Eko sangat muram, semua orang mengira kalau dia akan marah, tetapi dia menekan emosinya.

"Kamu dari mana saja, sampai terlambat datang kemari."

Jason menyesap anggur di atas meja, "Ke mana aku pergi, aku ingat-ingat dulu."

Matanya melirik ke pria yang duduk di kursi roda di seberang, "Aku baru saja mengurusi orang sial yang sudah mengkhianatiku. Dia disuruh untuk mengawasiku, jadi aku mencungkil matanya. Kemudian aku menusukkan belati di rongga matanya dan memutarnya, darahnya menyembur keluar dan membasahi tanganku ..." ucap Jason sambil memperagakan perkataannya, matanya haus akan darah.

"Tutup mulutmu!" ucap Kakek Eko memarahinya.

Raut wajah semua orang di meja makan tampak jijik. Para wanita menutupi mulut mereka dengan serbet, seakan-akan hendak muntah.

Mata Jason terlihat mencemooh, entah berapa banyak hal yang lebih kotor yang telah mereka lakukan di belakang, tetapi mereka malah menunjukkan wajah tak berdosa yang penuh kemunafikan.

Di antara semua orang yang terlihat jijik dan ketakutan, hanya ada seseorang yang tidak memedulikan dan tidak ikut campur.

Jason memandang Callista dengan tatapan tertarik, lalu mengangkat gelasnya ke arah Callista.

Sikap santai Jason ini membuat Callista bergidik.

Tak lama kemudian, semua orang melihat ke arah Callista, bahkan Kakek Eko juga menoleh.

Kakek Eko terlihat muram dan dingin, tatapannya terhadap Callista sangat tajam, membuat napas Callista terputus-putus karena tertekan.

Napas Callista tiba-tiba berhenti, jantungnya berdebar kencang, seolah-olah hendak melompat keluar dari tenggorokan.

Tepat ketika dia sedang kebingungan, Edbert di sebelahnya langsung berdiri, dengan ragu-ragu dia mengangkat gelasnya dan menunjukkan senyuman yang kaku.

"Kak Jason."

Tidak heran kalau Edbert salah paham. Jason biasanya tidak memerhatikan siapa pun, bagaimana bisa dia menghormati Callista, seorang wanita dari keluarga bangsawan rendah.

Terlebih lagi, di hadapan para keluarga besar, Keluarga Garcia mengandalkan pernikahan anak perempuannya untuk mendapatkan status sosial, terlihat sungguh memalukan.

Edbert yang berdiri, langsung menghalangi pandangan Jason.

Edbert tidak berani menunggu Jason, sehingga dia langsung mengangkat kepalanya dan minum.

Callista bersembunyi di belakang dan mengembuskan napas dengan berat, dadanya terasa sangat sesak.

Setelah menarik napasnya, suara Jason kembali terdengar, "Adik ipar, kamu tidak mengenali aku?"

Jantung Callista langsung berhenti, dia menyesal sudah memancing Jason, si pembawa masalah ini.

Sudah tidak bisa menghindar lagi, dia pun berdiri dan mengangkat gelasnya, lalu bertindak dengan anggun, "Tuan Jason."

Sekarang, bahkan Edbert pun bingung, kenapa Callista mengenal Jason?

Kakek Eko saja menjadikan perjamuan keluarga sebagai alasan untuk melihat Jason, bagaimana dia mampu melakukannya?

Semua tatapan melihat ke arah Callista, dia terus berjuang untuk terlihat tenang.

Tidak boleh terlihat merendah, semakin kamu merendah, mereka akan semakin menginjakmu.

Terlebih lagi, semua orang di meja bagaikan siluman. Kalau ada sedikit celah, mereka tidak akan segan-segan untuk menyerangnya.

Kakek Eko terlihat curiga dan bertanya kepada Jason, "Apakah kalian saling kenal?"

Callista tidak berani berlama-lama. Demi mempertahankan ketenangannya, ruas jarinya sampai memutih karena memegang gelas anggur dengan begitu kuat. Mulut gelas anggur yang sempit hampir pecah dibuatnya.

Kalau itu orang lain, dia tentu tidak akan khawatir dengan omong kosong mereka semua.

Namun, ini Jason. Semakin keadaan menjadi berantakan, semakin dia menyukainya.

Sayangnya, sudah terlambat untuk menyesalinya. Callista hanya bisa berdoa dalam hatinya agar Jason merasa iba dan melepaskannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hubungan Gelap   Bab 210 Kamu Telah Banyak Membantuku

    Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju

  • Hubungan Gelap   Bab 209 Dia Masih Ada Rencana Terakhir

    Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m

  • Hubungan Gelap   Bab 208 Aku akan Melakukannya dengan Pelan

    Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang

  • Hubungan Gelap   Bab 207 Terkejutkah?

    Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]

  • Hubungan Gelap   Bab 206 Sampai Jumpa Saat Turun Nanti

    "Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal

  • Hubungan Gelap   Bab 205 Untuk Memotong Lidah Pembohong Kecil

    Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status