Share

page 3

Penulis: Lekerchoco
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-31 00:30:34

Aku menyesap secangkir teh hangat yang baru saja disajikan. Membiarkan aroma daun teh hitam menyeruak hingga ke tenggorokanku.

Tidak ada banyak hal yang kami lakukan diruang penerima tamu. Selain aku menyadari bahwa dari proporsi tubuh hingga wajahnya. nampaknya ia masih belum genap berusia 17 tahun. Tentu aku tidak masalah dengan pertunangan dibawah umur.

Para bangsawan sering melakukannya dengan gadis berusia 16 hingga 17 tahun. Hingga Terkadang aku bertanya - tanya bagaimana nasib mereka yang kehilangan kebebasan bahkan di umur mereka yang belia. Apakah mereka bahagia? Atau justru merasa sengsara? Entahlah. aku bukan wanita dan aku memiliki latar belakang yang berbeda dengan mereka.

Tak

"Jadi, anda nona clairence Winston?"

Gadis itu mengangguk pelan sambil memutar bola matanya seakan enggan berbicara denganku.

Tentu aku memahami bahwa tidak semua orang harus menyukaiku. Bahkan remaja sekalipun.

"Maaf yaa tuan. anak ini memang sedikit agak pemalu dengan orang baru" tukas countess Winston sambil tersenyum canggung kearahku. Tentu aku yakin bahwa countess tidak ingin membuat kesalahpahaman di hari pertama aku bekerja disini.

Di sela pembicaraan kami, salah seorang pelayan tiba - tiba mengetuk pintu kamar claire

Tok

Tokk

Tokkk

"Maaf menganggu waktunya, tapi nyonya-

Pelayan itu menjeda kalimatnya yang segera membawa countess Winston untuk beranjak dari kursinya dan menghampirinya didepan pintu kamar.

Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan namun setelahnya,

"Tuan Harrie, sepertinya saya tidak bisa menemani anda lebih lama karna ada urusan mendadak yang harus segera saya urus"

"Jadi, Sementara saya pergi. Tuan Harrie bisa berbicara langsung dengan Claire"

Countess sempat memberi senyuman permintaan maaf sebelum akhirnya suara langkah kakinya menghilang ketika pintu kamar Claire telah tertutup rapat

BRAK

aku menyesap teh kembali sambil tersenyum kearahnya. Entah kenapa, suasananya tiba - tiba mendadak canggung yang entah karna merasa belum terbiasa atau merasa tidak nyaman dengan tatapannya.

Tak

"Ehem! Jadi nona Claire-

Kalimatku terpotong ketika Claire tiba - tiba membuka suara

"Clairence. aku tidak suka orang asing memanggil namaku dengan nama panggilan"

"Baik nona clairence-

"Winston. Clairence Winston"

Aku menghela nafas frustasi

"Baik, jadi nona clairence Winston. Apa saya sudah benar sekarang?" Tanyaku dengan senyum penuh arti.

Gadis itu mengangguk pelan seakan mempersilahkan diriku untuk berbicara.

"Baik, jadi nona clairence Winston. Sebelumnya, apakah nona sudah tau kabar ini?"

"Tentang?"

"Tentang pertunangan nona dengan Duke Eric Dominique?"

Dahinya kini mengkerut hingga membuat kedua alisnya menyatu

"Serius anda bertanya tentang hal ini?"

"Yaa Tuhan. Apa yang sedang anda pikirkan sekarang?"

"anda pasti berfikir bahwa gadis kecil ini tidak tau apa - apa soal pertunangan dan pernikahan? Yaampun inilah kenapa aku benci orang dewasa"

Gadis itu nampak mendengus frustasi dan aku bisa melihat sorot matanya yang seakan merutuk namaku didalam hati maupun pikirannya.

"anda hanya perlu menjawab pertanyaannya. Iya, apa tidak?"

"Apakah jawabanku masih belum jelas?"

Aku berusaha menenangkan jiwa yang sebentar lagi akan meledak.

"Aku anggap jawabannya adalah adalah iya. nona tau tentang pertunangan ini"

"Jadi, biar saya memperkenalkan diri lebih jelas kepadamu"

"Nama saya Harrie Smith, seorang guru dari keluarga Dominique yang bertugas untuk membimbing nona clairence Winston selaku calon tunangan keluarga Dominique untuk menjadi calon duchess sempurna keluarga Dominique"

"Untuk itu, saya berharap nona clairence Winston bersedia mengikuti pembelajaran saya selama satu tahun sebelum pertunangan resmi diumumkan"

"tidak mau"

Satu kata singkat yang ia lontarkan sontak membuat senyumanku kini mulai memudar

"Maaf, kenapa tidak-

"Serius deh. Mau berapa banyak lagi guru yang akan datang kerumah dan mengacaukan hari - hariku"

"Tiga guru saja sudah membebani pikiranku. Sekarang bertambah satu orang lagi"

Gadis itu mulai mendengus sebal sambil memutar bola mata malas.

Matanya sempat melirik kearahku sebelum akhirnya ia membuang muka dan mendengus kearah jendela.

Jujur, selama aku bekerja diakademi banyak murid hebat yang memiliki ambisi yang besar disetiap pelajaran yang mereka kuasai.

Mereka jarang mengeluh dan lebih sering menghabiskan waktunya untuk bertanya atau sekedar mencari jawaban lewat berbagai buku yang telah mereka kumpulkan.

Bahkan ketika aku mengajar di kediaman Dominique, anak - anak dari keluarga kerabat terdekat ataupun jauh, akan diberikan kesempatan untuk tinggal di kediaman utama untuk mendapat pendidikan yang layak sebelum masuk ke akademi.

Banyak dari mereka yang tumbuh dengan ambisi sebagai anak yang terlahir sebagai pewaris namun beberapa lainnya juga memiliki kecenderungan rasa malas yang tinggi akibat rasa jenuh atau pemikiran yang tidak stabil.

Tapi ini. dia bahkan lebih buruk dari mereka yang memiliki kecenderungan rasa malas.

Entahlah, mungkin aku terlalu

melebih - lebihkannya. Aku berharap pembelajaran esok bisa berjalan dengan lancar.

...

Yap, tepat ketika aku sadar bahwa ucapanku tidak berlebihan.

Aku menghela nafas panjang sambil mengamati jam kantung yang menunjukan pukul 12 siang yang dimana aku telah menunggu kehadirannya selama 4 jam lebih lamanya.

Salah seorang pelayan tiba - tiba mengetuk pintu ruangan

"Tuan Harrie. Makan siang telah siap"

"Tuan bisa segera turun selagi masih hangat" tukasnya dengan lembut sambil menutup pintu ruangan kembali.

Aku kini menoleh kearah jendela, menatap seorang gadis yang berjalan riang dihalaman depan sambil melompat - lompat kecil.

Entahlah, aku tidak tau darimana ia pergi,

Tapi yang jelas, aku harus bertindak setegas mungkin.

Ketika gadis itu mulai masuk kedalam, aku beranjak dari kursiku. Menaruh setiap buku yang masih dalam keadaan posisi terbuka, tertumpuk diatas meja. dan segera turun menuruni tangga.

Countess Winston yang melihatku menuruni tangga nampak menyapa dengan senyuman ramah diwajahnya

"Apakah tuan Harrie lapar?"

"Pelayan kami Baru saja memasak ayam panggang untuk menyambut tuan Harrie"

"Benarkah? Sepertinya lezat"

Countess Winston nampak tersenyum sambil menghentikan langkahnya. Seakan ia menunggu untuk berjalan bersama menuju meja makan.

Disisi lain, Claire yang hendak berjalan riang menuju meja makan tak sengaja berpapasan dengan countess Winston. Membuat rautnya berubah panik bahkan ketika ia menyadari bahwa tubuhku juga berada di tempat yang sama.

Countess Winston yang melihat putrinya berada dari lantai yang berbeda nampak bingung sekaligus bertanya - tanya.

Matanya kini bersilah pandang kearahku dan juga Claire bergantian.

Melihat adanya sebuah kesempatan, aku menyeringai sambil bersiap untuk memainkan sebuah sandiwara kecil.

"Ada apa countess Winston? Sepertinya anda terlihat bingung?"

"Ohh! yaampun nona clairence Winston, Selamat siang. Nona clairence Winston sangat cantik hari ini. Dress berwarna coklat muda sangat cocok dengan anda"

Melihat sandiwara kecilku. Claire kini melempar tatapan tajam kearahku bersamaan dengan countess Winston yang mencoba untuk menegaskan kembali.

"Maaf, bukannya Claire belajar pagi ini. Kenapa-

"maaf. bukannya nona clairence ada urusan pagi ini?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 5

    Mataku spontan terbelalak ketika melihat Claire sudah terduduk rapih diatas sofa dengan beberapa buku, kertas dan juga pena diatas meja. Aku sempat mengucek mataku yang membawa gelak tawa pada Claire yang masih duduk manis diatas sofa. "Ada apa tuan Harrie?" Tukasnya sambil tersenyum ramah kearahku. "Ada sesuatu yang aneh? Atau, tuan Harrie merasa bersalah karna terlambat 15 menit dari perjanjian awal?" Bibirnya kembali terkekeh sambil menepuk salah satu buku diatas mejanya "a-aku- "Aku bercanda tuan. Aku memang sengaja datang lebih awal agar tidak terlambat" "Jadi, apa yang tuan Harrie lakukan didepan pintu? Masuklah" Mendengar ajakan itu sontak aku berjalan ragu kedalam ruangan seraya menutup pintu kayu tersebut dengan rapat. Tentu, ada banyak hal yang kupikirkan. Tentang bagaimana perubahan sikapnya yang terasa palsu dan tidak menyakinkan. Dan jujur, duduk dimeja kerja dengan bola mata ambernya yang terus mengamati setiap pergerakan tubuhku dengan lekat, sedikit mengan

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 4

    Suara gesekan garpu beserta pisau diatas piring kaca mengisi ruang makan yang terasa kosong tanpa pembicaraan hangat didalamnya. Aku melirik kearah Claire sesekali sambil mengunyah potongan ayam panggang yang terasa nikmat disetiap gigitan. Rautnya yang muram membuat makanan yang tersaji semakin nikmat di lidahku. Namun berselang kala itu, countess Winston tiba - tiba membuka suara dengan nada penyesalan. "Tuan Harrie, izinkan saya meminta maaf sekali lagi atas tindakan lancang yang putri saya lakukan pada anda" "Saya berjanji akan segera mengurusnya setelah makan siang. Saya benar - benar minta maaf" Mendengar permintaan maaf itu, aku segera menelan potongan ayam panggang kedalam tenggorokanku bersiap untuk membuka suara "Tidak apa - apa, countess Winston. Saya mengerti sekali dengan keadaan nona clairence" "Saya juga seorang mantan guru di akademi saat saya berusia 20 tahun. Banyak sekali anak - anak yang memiliki kecenderungan memberontak atau sekedar enggan bertemu de

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 3

    Aku menyesap secangkir teh hangat yang baru saja disajikan. Membiarkan aroma daun teh hitam menyeruak hingga ke tenggorokanku. Tidak ada banyak hal yang kami lakukan diruang penerima tamu. Selain aku menyadari bahwa dari proporsi tubuh hingga wajahnya. nampaknya ia masih belum genap berusia 17 tahun. Tentu aku tidak masalah dengan pertunangan dibawah umur. Para bangsawan sering melakukannya dengan gadis berusia 16 hingga 17 tahun. Hingga Terkadang aku bertanya - tanya bagaimana nasib mereka yang kehilangan kebebasan bahkan di umur mereka yang belia. Apakah mereka bahagia? Atau justru merasa sengsara? Entahlah. aku bukan wanita dan aku memiliki latar belakang yang berbeda dengan mereka. Tak "Jadi, anda nona clairence Winston?" Gadis itu mengangguk pelan sambil memutar bola matanya seakan enggan berbicara denganku.Tentu aku memahami bahwa tidak semua orang harus menyukaiku. Bahkan remaja sekalipun. "Maaf yaa tuan. anak ini memang sedikit agak pemalu dengan orang baru" tukas

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 2

    Klak Pintu kamarku kini telah terkunci sempurna. samar - samar, aku bisa mendengar suara ringikan kuda tengah menungguku diluar sana. Mataku berpendar kekanan kekiri, memastikan bahwa jas coklat yang kukenakan terpasang rapih ditubuhku.kugenggam koper berwarna coklat tua yang sebagian besar hanya berisi pakaian beserta peralatan yang akan kubutuhkan ditangan kiriku. Aku menghembuskan nafas panjang. Entah mengapa langkah kaki yang kuambil menuju pintu keluar terasa begitu berat. mataku kini berpendar melihat sekeliling ruangan yang hanya dipenuhi oleh beberapa lukisan kuno beserta lilin - Lilin yang tertata rapi diatas kabinet antik disudut ruangan. Beberapa pelayan nampak mengantarku hingga kedepan halaman seraya memberi kalimat semangat atau sekedar pelukan hangat yang terasa seperti perpisahan yang nyata. Musim gugur membuat hembusan angin nampak terasa dingin. Beberapa daun kering nampak bertebaran di atas rumput dan beberapa lainnya masih melayang tanpa arah. Sebelum tu

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 1

    Srak Sunyinya ruangan perpustakaan menyisakan suara pergerakan kertas yang terus berbunyi, setiap mataku selesai membaca setiap kalimat dalam buku yang ku baca. Tok Tokk Tokkk Pintu berbahan kayu tebal dengan ukiran tangan di lambang pintu mulai terbuka. Meninggalkan suara engsel pintu yang sedikit berdecit, diiringi dengan langkah sepatu yang bergema setiap kakinya melangkah maju. Duk Duk Pria itu mengetuk meja kerjaku dengan ketukan terburu - buru. Begitu aku mengangkat kepala, tangannya menaruh sebuah amplop berwarna coklat usang beserta cap lilin berlambang keluarga dominique diatas meja kerjaku. Aku menghela nafas pendek sambil menutup buku yang aku pegang dan beralih pada surat yang ia berikan. "Ini apa?" Tanyaku sambil mengangkat amplop berwarna coklat itu sedikit lebih tinggi. Alih - alih menjawab pertanyaanku, pria itu justru malah menjawab hal yang tidak berhubungan dengan apa yang kutanyakan. "Mungkin, kau bisa bertanya langsung pada pembuat su

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status