Terdengar bunyi dentuman sesuatu terjatuh saat sesi istirahat dalam ruangan gym tersebut. Sontak saja semua pandangan mata menuju ke arah Aileen dan satu wanita yang sudah tergeletak di lantai dengan air botol minum yang tumpah disekelilingnya, yang tak lain adalah Jasmine.
“Jasmin! Hei, Jasmine kamu kenapa? Jangan bercanda deh!” ucap Aileen seraya menggoyang-goyangkan tubuh Jasmine. Tak ada pergerakan dari Jasmine. Ya, Jasmine pingsan di tempatnya berlatih gym.
Saat Aileen sahabat Jasmine sekaligus temannya berlatih gym, dan orang-orang di tempat gym panik dengan kondisi Jasmine yang belum juga bangun, tiba-tiba seorang laki-laki muncul memecah kerumunan.
“Minggir,” serunya yang langsung membopong tubuh Jasmine. Aileen yang sudah panik dari semenjak Jasmine terjatuh, hanya bisa diam saja sembari berjalan membuntuti Darren.
“Hey, naik mobilku saja!” ucap Darren sembari memberikan kunci mobilnya kepada Aileen, “Tolong Bukakan pintunya dan kamu masuklah dulu!".
Setelah membukakan pintu belakang mobil, Aileen masuk ke mobil Darren dan duduk di jok belakang tepat di belakang jok kemudi. Kemudian Darren meletakkan tubuh Jasmine dengan hati-hati dan menempatkan kepala Jasmine di pangkuan Aileen.
Darren menutup pintu belakang mobilnya dengan keras dan dengan sedikit berlari ke arah pintu depan mobilnya bagian kemudi. Ia memacu mobil sedan berwarna hitam miliknya meninggalkan parkiran tempat gym.
Sesampainya di klinik terdekat dengan tempat gym, Jasmine langsung ditangani oleh dokter. Tak lama setelah dilakukan tindakan, akhirnya Jasmine perlahan membuka matanya.
“Len! aku dimana?” gumam Jasmine seraya membuka matanya, “Bukannya tadi aku lagi gym ya, Len?”. Jasmine pelan-pelan ingin duduk, tiba-tiba kepalanya terasa sakit.
“Hish! kamu tadi di tempat gym malah pingsan. Untung Darren langsung bawa kamu disini. Kamu jangan bangun-bangun dulu,” kata Aileen seraya memegang tubuh Jasmine dan membantunya tiduran kembali.
“Hah? Darren? Kok bisa?" ucap Jasmine dengan mengernyitkan dahinya.
Belum sempat Aileen menjawab kebingungan dari Jasmine, Darren sudah muncul ke dalam ruangan Gawat Darurat klinik yang mereka datangi.
“Iya, untung saja aku segera membawamu kesini. Lain kali kalau sakit nggak usah ke gym dulu!” ucap Darren sembari mengelus kepala Jasmine.
“Terimakasih banyak, kak. Maaf telah merepotkan kakak,” ucap Jasmine.
Jasmine sangat mengerti seperti apa sosok lelaki yang ada dihadapannya sekarang, meskipun dia baru mengenalnya di tempat gym selama enam bulan.
Darren Cameron Barraq adalah pria yang tidak usah diragukan lagi ketenarannya pada tempat gym tersebut. Pria dengan perawakan tubuhnya yang atletis, dadanya yang bidang dan warna kulitnya yang sedikit eksotis serta pesonanya sebagai CEO di perusahaan salah satu aplikasi belanja ternama, My-Mart Corporation, yang pasti akan membuat siapa saja bertekuk lutut dihadapannya
Selama mengenalnya di tempat gym, setiap mendengarkan dia berbincang dengan siapapun yang tak sesuai dengan apa yang ada di pikiran Darren, laki-laki itu akan terlihat emosi dan selalu mengajak lawan bicaranya untuk berdebat. Tipikal orang yang susah untuk dibantah dan tegas.
Tapi berbeda halnya dengan ketika berbicara dengan Jasmine, Pria tersebut benar-benar seperti bukan sosok Darren. Darren bahkan selalu mengalah dengan Jasmine, selalu memperlakukan Jasmine dengan berbeda terhadap perlakuannya terhadap wanita-wanita yang ada di gym itu.
Jasmine merasa canggung dan bingung ingin menanggapi kehadiran Darren saat ini dengan topik apa lagi.
“Tak usah minta maaf, aku senang kau tidak apa-apa. Dokter bilang kamu butuh banyak istirahat. Jadi sementara ini tak usah ke gym dulu,” ucap Darren membuka obrolan kembali.
“Tak apa kak, mungkin aku hanya kecapekan karena beberapa hari ini lembur menyelesaikan pekerjaan di kantor,” ucap Jasmine sembari berusaha untuk duduk di tempat tidur yang ada di ruang Gawat Darurat klinik.
“Lembur? Kamu begitu gila kerja sampai lembur berhari-hari atau memang tuntutan pekerjaan yang mengharuskan begitu?” ucap Darren sedikit shock setelah tahu bahwa perempuan yang ada di depannya ini ternyata sebegitunya dengan pekerjaannya.
“Iya, Dey. Dia memang terlalu rajin sebagai karyawan. Pantaslah kalau akhirnya menjadi salah satu karyawan teladan dan selalu menjadi andalan di kantornya. Sampai lupa dengan kesehatannya sendiri,” ucap Aileen dengan nada sedikit kesal.
Aileen Deolinda yang merupakan sahabat erat Jasmine, mereka bahkan bersahabat mulai dari bangku sekolah dasar dan sampai saat ini masing-masing sudah bekerja, mereka tetap saja masih sangat akrab dan sering meluangkan waktu di sela kesibukannya untuk menghabiskan waktu bersama.
“Len, please!” pinta Jasmine dengan memelas pada Aileen untuk tak menambah pusing di kepalaku.
“Jasmine kalau soal menasehati siapapun juaranya. Tapi kalau untuk dirinya sendiri nol besar banget!” ucap Aileen makin semangat karena sepertinya kali ini dia memiliki dukungan yang kuat dari Darren untuk menasehati tentang kesehatan Jasmine.
“Apa perlu aku ingatkan setiap saat, Jasmine Chalondra Maheswari?” ucap Darren dengan tegas.
Seketika Jasmine gugup saat Darren menyebutkan nama panjangnya. “Darimana dia tahu nama panjangku?” batin Jasmine.
“Kamu kenapa? Ngelamun? Apa jadi takut sama aku?” tambah Darren saat Jasmine mengabaikan perkataannya dan malah terdiam sembari menundukkan kepalanya.
“Nggak apa-apa, kak,” ucap Jasmine enggan menjawab jujur pertanyaan Darren.
“Kata dokter kamu boleh pulang dan rawat jalan, tapi harus banyak istirahat dan jangan lupa obatnya diminum,” ucap Darren menjelaskan panjang lebar tentang apa yang dijelaskan dokter padanya.
“Iya, kak. Sekali lagi terimakasih banyak atas bantuan kakak,” ucapku kepada Darren.
“Day, Jasmine pulang denganku saja. Terimakasih untuk bantuannya sudah cepat tanggap membawa Jasmine kesini. Untuk urusan administrasinya biar nanti aku yang selesaikan,” ucap Aileen sembari berdiri dari bangku yang berada di dekat tempat tidur Jasmine.
“Kalian pulang denganku! Lagian mobil kamu kan masih di tempat gym. Beritahu saja alamatnya, biar anak buahku yang mengantarkan mobilmu nanti,” ujar Darren.
“Masalah administrasi, sudah beres,” tambah Darren lagi sembari membantu Jasmine untuk duduk di tempat tidur.
“Kak Day, aku sudah banyak hutang budi ke kakak. Untuk uang administrasinya nanti aku transfer ke rekening kakak ya,” ujar Jasmine memang tak enakan dan cenderung tak mau mempunyai hutang budi ke orang lain. Sebisa mungkin, dia ingin mandiri dan tidak terlalu bergantung pada orang lain. Karena dia merasa itu akan menyulitkannya nanti.
“Jasmine? Bagaimana kondisi kamu, nduk?” ucap seorang lelaki berperawakan gagah, berkulit kuning langsat dengan aroma parfum maskulin yang tiba-tiba muncul pada ruangan Gawat Darurat klinik dimana Jasmine dibawa oleh Darren dan Aileen.
“Mas Dani?” ucap Jasmine dengan kaget dan terheran. "darimana kakak laki-lakinya ini tahu kalau dirinya dilarikan ke klinik ini? Aileen pasti ngadu nih!" batinnya sembari melirik Aileen yang terlihat menyeringai menanggapi tatapan yang ia berikan.
“Keluargamu harus ada yang tahu kalo kamu disini, aku nggak mau disalahkan kalau terjadi apa-apa sama kamu. Karena kamu perginya sama aku, jadi aku tanggung jawab atas kamu,” ucap Aileen seraya menjelaskan kepada Jasmine alasannya memberi kabar ke Mas Dani, kakak laki-laki Jasmine.
Daniyal El Fatih, kakak laki-laki satu-satunya Jasmine Chalondra Maheswari. Setelah ayahnya meninggal, Dani dan Jasmine tinggal berempat dengan mamanya, Uriana Maheswara dan Asisten Rumah Tangga, Diyah Amalia yang biasa dipanggil Mbak Diyah. Dani lelaki satu-satunya di keluarga almarhum Muhamad El Fatih saat ini, mau tidak mau harus menggantikan peran ayahnya baik sebagai kepala rumah tangga maupun CEO di sebuah perusahaan travel yang cukup terkenal yaitu, Piknikyuk!. Kondisi rumah beserta penghuninya sekarang adalah dibawah tanggung jawabnya saat ini.
Setelah dihubungi Aileen, Dani tak langsung bicara kepada mamanya tentang kondisi adiknya. Ia hanya berpamitan akan keluar sebentar mengecek pekerjaan.
Dani khawatir mamanya akan shock jika tahu tentang kondisi Jasmine yang sedang berada di kamar Gawat Darurat sebuah klinik, meskipun kondisinya tidak parah dan bahkan diperbolehkan pulang. Tapi bagaimanapun, seorang ibu pasti akan panik mendengar kondisi anaknya yang seperti Jasmine saat ini.
“Pak Dani?” sapa Darren yang posisinya berada tepat di samping tempat tidur.
Dani yang masuk dengan rasa panik dan gugup, belum sempat melihat kondisi sekitar tempat Jasmine sedang berbaring, kaget dengan adanya laki-laki yang menyapanya.
“Oh! Pak Darren? Malah ketemu disini kita,” ujar Dani yang masih kaget kenapa ada sosok Darren yang tak lain adalah rekan bisnis Dani.
“Pak Dani pasti bertanya-tanya kenapa saya ada disini? Ya, saya yang membawa Jasmine kesini, pak,” ujar Darren.
“Jadi begini Pak Dani, Jasmine tadi tiba-tiba pingsan di tempat gym. Kebetulan saya teman gym Jasmine dan Aileen,” ujar Darren kembali menjelaskan.”Oh jadi seperti itu ceritanya. Terima kasih banyak Pak Darren karena sudah mengantarkan adik saya ke sini. Saya berhutang budi dengan Pak Darren,” ucap Dani sembari mengajak Darren bersalaman.“Pak Dani, sama sekali tidak ada hutang budi. Hal ini sudah sewajarnya saya lakukan ketika ada seseorang yang membutuhkan bantuan. Ketika saya bisa membantu, pasti dengan senang hati saya bantu,” ujar Darren.“Luar biasa, Pak Darren ini! Saya memang tidak salah dalam memilih rekan bisnis,” ujar Dani memuji Darren.“Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuan Pak Darren sekaligus saya minta maaf jika sudah merepotkan anda dengan kejadian ini,” ujar Dani yang masih berdiri tepat di d
Hari ini hari Sabtu kebetulan Jasmine dan Aileen libur pada hari Sabtu dan Minggu. Semalam karena sudah larut dan Aileen ingin menemani sahabatnya yang sedang sakit, akhirnya Aileen menginap di rumah Jasmine. Aileen memang sering menginap di rumah Jasmine, begitupun sebaliknya, Jasmine juga sering sekali menginap di rumah Aileen. Akan tetapi setelah keduanya sama-sama bekerja, kegiatan itu sudah jarang mereka lakukan. Hanya sesekali saja.Setelah Jasmine merasa tubuhnya sudah lebih baik dan sudah tidak lemas lagi, Jasmine ingin melanjutkan pencariannya mengenai pesan whatsapp dari seseorang yang misterius yang bisa membuat seluruh barang di keranjang belanja di akun My Mart Jasmine berpindah ke status sedang menunggu pengiriman. Sedangkan, jika di total, jumlah pembelanjaan Jasmine pada keranjang belanjanya yang sebelumnya tidak jadi dibelinya yaitu dua belas juta lima ratus ribu rupiah.“Siapa orang itu sebenarnya? Kenapa orang
Dengan sangat hati-hati, Jasmine mengetuk jendela mobil sedan Hyundai Genesis G90 berwarna hitam yang terparkir di depan rumahnya. Tok tok Pintu mobil depan bagian penumpang dibuka dari dalam, seorang laki-laki dengan kaos oblong berwarna hitam dan celana pendek berwarna khaki, mempersilahkan Jasmine untuk masuk dan duduk. Jasmine dengan hati-hati dan sangat gemetar, akhirnya masuk lalu kemudian duduk menuruti apa yang diperintahkan lelaki tersebut. Saat Jasmine sudah mulai duduk, Jasmine sangat takut dan salah tingkah. “Hai cantik!” sapa lelaki tersebut yang diketahui adalah Darrem. “Kamu pakai baju seperti ini saja sudah terlihat cantik, berarti aku tidak salah menambatkan hati,” ujar Darren sembari memperhatikan Jasmine mulai dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya yang dibalut dengan sandal berwarna hitam. Apa yang dikatakan Darren tersebut membuat Jasmine semakin
Dengan langkah gontai dan perasaan yang campur aduk, Jasmine masuk ke dalam rumah. Jasmine masih juga tidak percaya dengan apa yang sudah dia alami barusan.“Ya Tuhan Jasmine, aku betul-betul mencemaskanmu. Apakah kamu sama sekali tida buka handphone? Aku mengirimu puluhan pesan whatsapp menanyakan kondisimu,” teriak Aileen ketika Jasmine mulai menginjakkan kakinya di ruang tamu.“Yas, kenapa kamu diam saja? Yas, kamu kenapa? Apa yang dilakukan Darren padamu sehingga kamu diam saja seperti ini?” Aileen yang panik melihat Jasmine hanya terdiam dan melamun setelah kembali dari bertemu dengan Darren, menganggap bahwa Darren telah melakukan perbuatan tak menyenangkan yang menyakiti hati Jasmine.“Jasmine,” Aileen menggoyang-goyangkan tubuh Jasmine.Jasmine menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu.“Aku sama Darren pacaran, Len,” ujar Jas
Semalaman Jasmine tak bisa tidur, pikirannya dipenuhi dengan berbagai ekspektasi jika dia jadi pergi bersama Darren. Hari Minggu yang biasanya menjadi hari yang ditunggu-tunggu Jasmine dan hari yang paling disenangi Jasmine selain hari Sabtu, tetapi lain dengan hari Minggu ini. Rasanya Jasmine ingin sekali mengutuk hari ini. Jasmine tak menginginkan hari ini, bahkan Jasmine sangat rela jika hari ini langsung berganti hari Senin.“Ya Tuhan malas sekali rasanya,” gumam Jasmine masih dengan posisi rebahan di tempat tidurnya dan masih dengan selimut menutupi tubuhnya yang sedang mengenakan baju tidur dengan model setelan dengan atasan lengan pendek dan bawahan celana di atas lutut dengan bahan satin dan berwarna hitam.Jasmine meraih handphonenya yang semalam ia letakkan di meja kecil yang terletak tepat di samping tempat tidurnya. Dilihatnya waktu yang tertera di layer handphonenya yang saat ini menunjukkan pukul 08.30. Jasmine yang baru bisa memejamkan matanya pukul 04.00 pagi tadi, mas
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, mobil yang ditumpangi Darren dan Jasmine memasuki halaman sebuah restoran masakan Jepang dengan arsitektur klasik khas Jepang yang tak meninggalkan kesan mewahnya. Setelah menempatkan mobilnya di parkiran VIP, Darren mematikan mesin mobilnya dan mengajak Jasmine untuk turun dari mobil serta segera masuk ke restoran tersebut.Tepat di pintu restoran tersebut terdapat sebuah papan kecil menggantung yang menyebutkan jam operasional restoran. Di papan tersebut tertulis bahwa restoran itu buka dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 22.00. Jasmine berdiri mematung di depan pintu sembari melirik jam tangan berwarna rosegold yang melingkar di tangan kirinya, saat ini baru menunjukkan pukul 10.30 tapi Darren sudah mengajaknya makan di restoran ini. Sesuai jam operasionalnya, harusnya saat ini restoran tersebut belum buka.“Sayang, kamu melamun?” ujar Darren sembari menepuk pundak Jasmine.“Oh tidak, ini kan belum jam 11.00 dan restoran ini sehar
Waktu menunjukkan pukul 12.00 siang saat mobil yang dinaiki Darren dan Jasmine berhenti di halaman parkir sebuah bangunan mewah dengan konsep modern dan minimalis. Bentuk bangunannya yang geometrik, serta kolam renang yang terletak tepat di bagian depan bangunan tersebut yang dilengkapi dengan taman yang sangat rapi dan terawat serta dihiasi beberapa pohon palem, menambah kesan mewah dan indah. Bangunan itu adalah salah satu villa milik Darren.Sebagai seorang CEO sebuah perusahaan bisnis digital raksasa, sangat wajar apabila Darren Cameron Barraq memiliki banyak aset properti. Villa ini merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh Darren yang dibelinya dari hasil kerja kerasnya selama dia terjun ke dunia bisnis.Villa yang terletak di pinggiran dan sangat jauh dari pusat kota itu membuat suasana disekitarnya terasa sepi dan asri. Sebelumnya, Darren tak pernah mengajak siapapun bahkan keluarganya sendiri pun tidak mengetahui jika Darren memiliki villa ini. Villa dengan didominasi cat b
Setelah Kadir berlalu, Jasmine dan Darren kemudian berjalan-jalan mengelilingi villa Darren yang luasnya sekitar seribu dua ratus hektar itu. Sepanjang jalan Jasmine tak henti-hentinya berdecak kagum melihat indahnya pemandangan yang mengelilingi villa milik Darren tersebut.“Ya Tuhan, pemandangan disini sungguh indah. Kalau kata anak sekarang, pas banget buat healing,” ujar Jasmine sembari tersenyum dan pandangannya yang tak luput memperhatikan pemandangan yang ada di depan matanya saat ini. Pemandangan yang ada disekeliling villa Darren ini memang sangat memanjakan mata siapapun yang berada disekitaran villa ini. Saat kita berada di villa Darren, seketika semua masalah hilang semua. Sangat nyaman dan menentramkan hati.“Aku tidak salah kan mengajakmu ke tempat ini? Niatku mengajakmu kesini agar kamu bisa menghilangkan stress karena beban pekerjaanmu yang begitu berat,” ujar Darren sembari menatap lekat-lekat ke arah Jasmine.“Darimana kamu tahu kalau beban pekerjaanku begitu menyita