Share

BAB II

“Jadi begini Pak Dani, Jasmine tadi tiba-tiba pingsan di tempat gym. Kebetulan saya teman gym Jasmine dan Aileen,” ujar Darren kembali menjelaskan.

”Oh jadi seperti itu ceritanya. Terima kasih banyak Pak Darren karena sudah mengantarkan adik saya ke sini.  Saya berhutang budi dengan Pak Darren,” ucap Dani sembari mengajak  Darren bersalaman.

“Pak Dani, sama sekali tidak ada hutang budi. Hal ini sudah sewajarnya saya lakukan ketika ada seseorang yang membutuhkan bantuan. Ketika saya bisa membantu, pasti dengan senang hati saya bantu,” ujar Darren.

“Luar biasa, Pak Darren ini! Saya memang tidak salah dalam memilih rekan bisnis,” ujar Dani memuji Darren.

“Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuan Pak Darren sekaligus saya minta maaf jika sudah merepotkan anda dengan kejadian ini,” ujar Dani yang masih berdiri tepat di depan Darren dan disamping tempat tidur.

“Sama-sama Pak Dani, sudah tak perlu sungkan seperti itu. Seperti apa yang sudah saya jelaskan tadi bahwa ini sudah sewajarnya saya lakukan,” ujar Darren.

“Baik Pak Darren, semoga Tuhan membalas semua kebaikan Pak Darren ini. Selanjutnya biar Jasmine dan Aileen pulang dengan saya. Kebetulan rumah Aileen dekat dengan rumah saya. Nanti untuk mobil Aileen yang masih diparkir di tempat gym, sopir saya yang mengambilnya,” ujar Dani.

Setelah sedikit basa-basi dengan rekan bisnisnya itu, Dani berpamitan dan membawa Jasmine serta Aileen untuk pulang, sedangkan Darren pun mengikuti dengan berjalan dibelakang Jasmine dan Aileen dan disamping Dani.

Sesampainya di tempat parkir klinik tempat dimana Jasmine dibawa saat pingsan tadi di tempat gym, Jasmine, Aileen dan Dani masuk ke dalam mobil Dani. Sedangkan Darren masuk ke dalam mobilnya.

Saat menuju perjalanan pulang ke rumah, di sepanjang jalan, Dani banyak sekali menasehati Jasmine tentang kondisi kesehatannya. Dani sangat paham dengan kondisi adik perempuannya itu, sedari kecil Jasmine memang sudah sering sakit-sakitan. Oleh karena itu, Jasmine tidak boleh melakukan kegiatan yang sekiranya akan banyak menguras tenaga dan pikirannya.

“Kalau kamu nggak mau nurut sama mama dan Mas Dani, lalu siapa lagi yang bisa kamu dengarkan nasihatnya? Kalau kamu terus-terusan egois dan keras kepala, nggak pernah mau mikirin kesehatan kamu, ya ini yang bakalan kamu dapatkan!” Dani yang setelah sepeninggal ayahnya merasa bertanggung jawab dengan kondisi adik dan mamanya itu, sangat kecewa dengan sikap Jasmine yang tidak pernah mau tahu tentang kondisi kesehatannya sendiri.

Jasmine memang dikenal dengan wanita yang gila kerja, sebisa mungkin, dia akan mengusahakan berbagai cara agar pekerjaannya selalu sempurna dan bisa selesai sesuai dengan apa yang dia harapkan serta sesuai dengan apa yang diinginkan atasannya. Bahkan jika dia harus mengorbankan kesehatannya.

Jasmine melakukan itu semua semata-mata hanya ingin membuktikan bahwa meskipun dia anak perempuan dan anak terakhir, akan tetapi Jasmine bukanlah anak manja yang hanya bisa menyusahkan mama dan kakak laki-lakinya. Jasmine berusaha membuktikan bahwa dia pun bisa tanpa harus berada di bawah naungan nama besar perusahaan almarhum ayahnya.

“Mas Dani  nggak bisa seenaknya menilai Jasmine, Jasmine melakukan ini semua juga untuk mama dan Mas Dani. Jasmine nggak mau nyusahin mama dan Mas Dani. Jasmine mau mandiri, mau berusaha sendiri,” ujar Jasmine dengan suara yang bergetar menahan air mata yang sudah mulai jatuh membasahi pipinya.

“Jasmine, sudah berapa kali Mas Dani minta untuk kamu di rumah saja, tidak usah bekerja ? Berapa kali Mas Dani dan mama harus dihantui rasa bersalah dan sedih karena harus menjemputmu atau mengantarkanmu ke klinik maupun rumah sakit seperti kejadian hari ini?” Dani yang sudah seringkali menasehati tentang kesehatan adik semata wayangnya itu merasa kecewa karena sampai detik ini Jasmine masih saja keras kepala.

Aileen yang duduk di sebelah Dani, sesekali melirik Dani dengan niatan memberikan kode agar Dani meredakan amarahnya dan tak bersikap terlalu keras kepada Jasmine karena seperti yang mereka berdua tahu bahwa kondisi Jasmine saat ini masih lemah.

“Oke kalau begitu. Sekarang terserah kamu saja! Kalau ada apa-apa terjadi padamu, jangan salahkan Mas Dani atau mama. Kami berdua sudah sangat lelah menasehatimu tentang hal ini terus menerus,” ujar Dani akhirny menutup topik pembicaraan tentang hal ini yang apabila pembicaraan ini diteruskan pasti akan berbuntut panjang dan Jasmine pasti  akan terus menangis.

Tiba-tiba suara notifikasi pesan w******p di handphone Jasmine berbunyi. Jasmine yang sedang mencoba menahan tangisnya, tiba-tiba dikejutkan dengan suara tersebut. Dilihatnya di menu notifikasi, ada sebuah pesan w******p dari nomor yang tidak dikenal.

[Jasmine Chalondra Maheswari, buka aplikasi My-Martmu dan buka menu keranjang belanjamu!]

Jasmine yang sebelumnya tidak pernah mengenal nomor tersebut tanpa menunggu waktu lama langsung membalas pesan w******p tersebut.

[Maaf ini dengan siapa ya?]

[Nanti kamu juga akan tahu sendiri]

Jasmine sangat penasaran dengan apa yang ada di akun My-Mart nya. Kenapa orang asing itu menyuruh Jasmine membuka akun My-Mart nya.

“Ya Tuhan, apakah dia orang jahat ? Jangan-jangan orang itu berusaha meng-hack akunku,” batin Jasmine sambil segera membuka akun My-Mart nya. Tak lama Jasmine mengklik icon keranjang belanja di aplikasi My-Mart nya tersebut.

“Hah ?!” betapa terkejutnya Jasmine saat semua barang yang ada di keranjang belanjanya sudah tidak ada semua dan saat sudah berpindah ke icon sedang menunggu proses pengiriman.

Sontak suara Jasmine yang kaget tersebut, ikut mengagetkan Aileen dan Dani yang sedang fokus dengan jalanan malam ini. Dani dan Aileen dengan kompak langsung menengok ke arah Jasmine yang duduk sendiri di bangku penumpang bagian tengah.

“Ada apa Jasmine ? Ada yang masih kerasa sakit atau kerasa nggak enak?” ujar Dani sembari menepikan mobil yang sedang mereka tumpangi.

“Eummm ini mas, Jasmine lagi baca artikel berita di handphone, terus kaget sama isi artikelnya, nggak ada apa-apa kok, mas. Maaf,” Jasmine tidak mau kakaknya mengetahui apa yang sebenernya membuatnya kaget dan Jasmine lebih memilih untuk tidak jujur dan berusaha mencari alasan yang sekiranya bisa membuat Dani percaya karena Jasmine tahu nanti akan panjang urusannya kalau Dani tahu masalah ini.

“Yas, serius kamu nggak kenapa-kenapa ? Tapi kamu sepertinya pucet banget gitu?” ujar Aileen sembari memperhatikan Jasmine yang raut wajahnya mengisyaratkan bahwa sedang ada yang tidak beres dengan dirinya. Aileen yang sudah berteman selama 20 tahun dengan Jasmine, sangat hapal dengan segala hal yang terjadi pada sahabatnya. Termasuk saat ini, Aileen merasa ada yang tidak beres dari Jasmine.

Sebeneranya dalam hati Jasmine, dia sangat ingin memberitahu mengenai pesan w******p misterius dan kondisi aplikasi My Mart nya saat ini kepada Aileen, tetapi niatan tersebut Jasmine urungkan karena adanya Dani di mobil yang mereka tumpangi.

“Benar, Len. Aku nggak apa-apa, ini aku kaget baca artikel yang muncul di i*******m aku. Artis inisial ALKN bunuh diri di apartemennya,” ujar Jasmine sembari memainkan handphonenya.

Untung saja Dani percaya begitu saja dan tak memperpanjang pembicaraan yang menurutnya tidak penting itu. Dani kemudian melanjutkan mengemudi dengan kecepatan yang lumayan kencang agar dapat cepat sampai di rumah karena saat waktu sudah menunjukkan pukul  22.45.

[Jasmine, pasti ada yang sedang disembunyikan kan ? Ngaku deh!]

Karena rasa penasarannya yang begitu besar, Aileen akhirnya mengirimi Jasmine sebuah pesan w******p. Hal itu Aileen lakukan karena Aileen sama sekali tidak percaya dengan alasan yang tadi disebutkan oleh Jasmine.

[Ada seseorang yang mengirimiku pesan w******p. Kamu tahu ? orang itu membelanjakan semua yang ada di keranjang belanja aplikasi My-Martku]

Jasmine membalas pesan whastapp Aileen dengan dilampiri foto capture dari percakapan whatsappnya dengan orang asing tersebut sekaligus foto capture dari aplikasi akun My-Mart nya.

“Hah?!” pekik Aileen.

Sekarang giliran Jasmine dan Dani yang dibuat terkejut dengan suara Aileen yang cukup keras.

“Sekarang giliran Aileen. Sebenarnya kalian berdua itu kenapa?” ujar Dani dengan nada penasaran.

“Eng-enggak, Mas Dan. Ini baru saja aku lihat artikel berita yang sama dengan artikel yang dibaca Jasmine. Kaget, nggak nyangka sama sekali sama artis yang bunuh diri itu,” Aileen mencoba untuk berkelit dan memberikan alasan yang dirasanya paling masuk akal saat ini.

“Kalian ini bukan siapa-siapa mereka kenapa ikut campur urusan yang bukan urusan kalian? Bahkan kalian tidak mengenal mereka sama sekali,” ujar Dani sembari melanjutkan menyetir mobil.

Tak terasa saat waktu tepat menunjukkan pukul 23.00 dan mobil Dani berhenti di sebuah halaman tempat parkir sebuah rumah bergaya minimalis modern yang memiliki dua lantai dengan  dominasi cat tembok yang berwarna abu-abu muda khas rumah mewah masa kini. Rumah tersebut adalah rumah almarhum ayah Jasmine yang saat ini ditinggali oleh Jasmine, Dani dan Ana serta Diyah.

Tak lama Jasmine, Aileen dan Dani turun bersamaan dari mobil. Jasmine yang masih lemah dibantu Aileen untuk memapahnya. Sedangkan saat itu, di pintu masuk menuju rumah, berdiri seorang perempuan paruh baya, di wajahnya terlihat raut kebingungan melihat Dani, Jasmine, dan Aileen pulang bersamaan.

“Kalian bertiga kenapa bisa pulang bersamaan? Ada apa ini?” ujar Ana dengan wajah bingung dan panik melihat Jasmine jalannya dipapah dibantu Aileen.

“Mama, mari kita masuk dulu. Nanti di dalam Dani jelaskan tentang apa yang terjadi sebenarnya,” ujar Dani sembari merangkul Ana masuk ke dalam rumah. Dani, Ana, diikuti Jasmine dan Aileen memasuki kediaman itu.

Dani menjelaskan panjang lebar tentang apa yang terjadi pada Jasmine saat di tempat gym hingga akhirnya dibawa ke klinik terdekat oleh rekan bisnisnya, Darren, dan Aileen. “Jadi begitu ceritanya, ma,” ujar Dani setelah dirasa apa yang harus dia jelaskan sudah dia katakana semua ke mamanya.

“Ya Tuhan Jasmine, keras kepala sekali kamu, nak. Mama tak tahu lagi bagaimana cara menasehatimu. Sudah mama ingatkan berkali-kali tentang kesehatanmu. Mama ingatkan, mama tidak mau hal seperti ini terjadi lagi padamu,” ujar Ana dengan nada yang tegas dan kali ini ancamannya pada Jasmine tidaklah main-main.

Jasmine sangat tahu sifat Ana, jika Ana sudah tegas dan bersikap seperti itu, artinya semua kata-katanya harus dituruti dan tidak boleh dibantah.

“Baik, ma,” Jasmine hanya bisa mengangguk tanda dia setuju. Setelah hal yang menimpanya malam ini,  Jasmine harus bersiap-siap untuk segala hal yang harus dibatasi oleh Ana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status