Jam makan siang sudah berdering, tapi Hana masih saja belum mau bangkit dari tempat duduknya. Entahlah, kepalanya pusing memikirkan Design Iklan yang bertumpuk-tumpuk. Dara sudah membantunya tapi tetap saja menurutnya masih ada yang kurang.
Satu-satunya hal yang membuatnya tetap tersenyum dan bersemangat adalah saat Mike Mengirim pesan kepadanya seperti saat ini.
Mike : Sweety. Lunch with Me?
Hana tersenyum lalu membalas pesan Mike.
Hana : Maaf Mike, untuk siang ini sepertinya tidak bisa.
Mike : Why?
Hana : Aku banyak pekerjaan Mike.
Mike : Come on Sweety, just a minute.
Hana : Tidak bisa.
Mike : I miss you.
Hana : Aku banyak pekerjaan Mike.
Mike : I wanna Kiss you.
Dan Hanapun tersenyum.
Hana : Berhentilah menggombal, aku benar-benar banyak pekerjaan Mike.
Mike : Baiklah, aku yang akan menjemput ke kantormu.
Hana mengernyit. Menjemput ke kantor? Memangnya dia siapa bisa menjemputku di kantor ini? Pikirnya kemudian.
Dan tak lama telepon di mejanyapun berbunyi. Hana mengangkatnya.
“Ya. Dengan Rihana di sini.”
“Hana, Mr. Albert menunggumu di ruang kerjanya.”
Mr. Albert? CEO dari perusahaan ini? Untuk apa dia memanggilku? Pikir Hana kemudian.
“Hana, apa kamu masih mendengarku?”
“Ohh iya. baiklah aku akan segera kesana.” Katanya kemudian menutup telepon dan bergegas pergi.
***
Hana berdiri di depan sebuah pintu besar. Itu Ruangan atasannya yang sama sekali tak pernah ia temui. Maklum saja, Hana hanya bekerja sebagai karyawan biasa, tugasnya hanya sebagai designer periklanan tidak memungkinkan dirinya untuk bertemu pimpinan tertinggi perusahaan yang sudah hampir setahun di naunginya.
Sebenarnya Revan, kakaknya, sangat melarang Hana masuk kedalam Perusahaan asing tersebut, Hana bisa saja meminta posisi di perusahaannya sendiri, namun Hana menolaknya mentah-mentah. Hana lebih suka berusaha sendiri dan mandiri seperti Dara.
Hana membuka pintu tersebut dan alangkah terkejutnya dirinya saat mendapati sosok lelaki yang selalu bersarang dalam pikirannya. Dia Mike, lelaki itu tampak sangat tampan dengan setelan Jas hitamnya, sedikit terduduk di meja dengan tangan bersedekap, tatapan mata tajamnya dan juga senyuman mempesonanya.
Lalu dengan santainya lelaki itu berjalan mendekatinya, menundukkan kepala dan mengecup Singkat bibirnya sambil berbisik. “Afternoon Sweety.”
Ya Tuhan, Hana merasa dirinya kehabisan napas karena perlakuan Mike. Apa yang dilakukan Lelaki tersebut disini?
“Mike... Kenapa kamu, kamu bisa disini?” tanya Hana dengan wajah sedikit bingung.
Mike tertawa saat melihat kebingungan Hana. Lalu tak lama seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka dari belakang tubuh Mike.
“Nona Rihana, saya Albert Handerson, pamannya Mike.” kata lelaki tersebut sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Hana.
Ohh yang benar saja, jadi perusahaan yang menerima dirinya ini masih ada hubungannya dengan keluarga Handerson? Pantas Saja kakaknya sedikit tak suka saat dirinya bekerja dalam perusahaan tersebut.
“Mike, kamu sangat pandai memilih kekasih.” puji Albert.
“Tentu saja paman, tak ada yang lebih baik dari seorang Hana.” puji Mike kepada Hana yang sontak membuat Hana memerah malu. “Baiklah Sayang, sepertinya jam makan siang akan segera usai, jadi bagaimana kalau kita cepat bergegas pergi?”
“Mike, aku sudah memberi tahumu jika pekerjaanku masih menumpuk.”
“Hana, Keluarlah. Apa kamu tidak kasihan dengan Mike, waktunya begitu padat tapi dia kesini hanya untuk mengajakmu makan siang. Seharusnya kamu sangat senang dia menyempatkan sedikit waktunya untuk menemuimu.”
Hana menghela napas panjang. Dia tak bisa menolak lagi. “Baiklah, tapi aku tidak ingin terlalu lama Mike.”
“Siap Sayang.” Jawab Mike cepat.
Merekapun akhirnya berlalu dari hadapan Albert. Albert sebenarnya sedikit terkejut saat Mike bercerita tentang hubungannya dengan salah seorang karyawannya. Sebenarnya bagi Albert Mike orang yang sangat tertutup. Tak pernah dia sekalipun mengajak apalagi mengenalkan teman kencannya pada keluarganya. Tapi dengan Hana kenapa sedikit berbeda? Mike sepertinya sengaja berbuat semanis mungkin meski sebenarnya itu bukan seperti diri Mike sendiri.
***
Restoran Itali selalu menjadi tujuan mereka. Karena Mike sangat suka sekali dengan Pasta. Pasta di restoran langganannya ini benar-benar terasa nikmat untuk lidah Mike. Makanya hampir setiap hari mereka makan siang di sana.
“Mike, kenapa aku baru tahu jika kamu memiliki hubungan darah dengan Mr. Albert?” tanya Hana tiba-tiba.
“Memangnya kenapa? Ada yang salah dengannya? Jangan bilang kalau kamu pernah menyukainya, sayang.” kata Mike dengan sedikit menyunggingkan senyumnya.
“Apa kamu gila? Mr. Albert lebih cocok menjadi ayahku, Mike. Kenapa kamu tidak pernah bercerita padaku?”
“Hana, saudaraku pemilik perusahaan bukan hanya Paman Albert. Masih banyak lagi sayang, aku tidak mungkin menceritakannya satu persatu padamu.”
“Ya, baiklah, kamu selalu menang saat kita berdebat.” Hana sedikit mengerucutkan bibirnya.
“Hahhaha kita tidak pernah berdebat sayang.”
“Mike....”
“Yes sweety.”
“Aku ingin bertemu orang tuamu.” Seketika itu juga Mike menghentikan aktifitasnya.
Mike menatap tajam ke arah Hana. Ini sudah kesekian kalinya Hana menanyakan orang tua Mike, tapi Mike sepertinya tidak pernah ingin mengenalkan Hana pada orang tuanya.
“Hana, berapa kali kubilang, ibu masih di Jerman. jika dia pulang kemari, aku pasti mengenalkannya padamu.”
“Aku, aku hanya-”
“Tidak tenang.” Mike melanjutkan kalimat Hana.
Hana menunduk. Ya, sejujurnya dirinya memang sangat tidak tenang. Bagaimana tidak, dirinya kini sedang menjalani hubungan dengan seorang lelaki yang baginya jauh dia atas rata-rata, lelaki yang mungkin saja Hana tidak mengetahui tentang seluk-beluknya. Belum lagi hubungan mereka yang terlampau cukup jauh bagi seorang pemula seperti Hana.
Ini sudah dua bulan setelah malam dimana Hana menyerahkan semua yang ia punya untuk Mike. Selama rentan waktu itu, hampir setiap malam mereka melakukannya dengan panas. Hana bahkan jarang tidur di rumah kontrakannya bersama Dara. Dara beberapa kali mengingatkan jika mereka terlalu jauh. Namun iming-iming cepat hamil dan segera menikah dengan Mike membuat Hana tidak mempedulikan nasihat Dara.
Dara bahkan sempat berkata jika dirinya beberapa kali berbohong kepada Revan saat Revan dengan sengaja menjenguk Hana ke rumah kontrakannya tapi tidak mendapati Hana di sana. Tapi Hana masih saja tidak peduli. Sepertinya hidup bersama dengan Mike adalah hal yang sangat membahagiakan untuknya.
Bagaimana tidak. Setiap detik Mike bahkan selalu bersikap manis terhadapnya. Bercumbu dengan mesra, dan bercinta dengan sangat romantis. Mike bahkan selalu menyempatkan diri mengecup perut datar Hana setelah mereka bercinta sambil berkata “We are waiting for you, Son.” seakan-akan itu menjadi do’a yang ampuh untuk keinginan mereka berdua.
Namun bagi Hana ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia sama sekali tidak mengetahui siapa Mike sebenarnya. Hana terlalu sibuk terbuai kemanisan yang diberikan oleh Mike. Yang Hana tahu, Mike adalah seorang pengusaha besar seperti yang dikatakan oleh Revan, Kakaknya. Dan hanya itu, Hana tidak mengetahui latar belakang keluarga, pendidikan ataupun teman-teman dari Mike. Pada satu titik, Hana merasa jika Mike memang sengaja tidak ingin menarik Hana ke dalam dunianya.
“Sayang, apa yang membuatmu tidak tenang?”
Hana Menunduk saat Mike melemparkan pertanyaan tersebut.
“Mike, kita sudah melangkah jauh, tapi sejauh ini aku merasa jika aku belum mengenalmu seutuhnya.”
Mike menatap Hana dengan seksama. “Kamu akan mengenalku sayang, segera setelah semua ini berakhir dengan bahagia nanti.” kata Mike sambil tersenyum miring yang entah kenapa bagi Hana terlihat sebagai senyuman misterius dan sedikit telihat mengerikan.
-TBC-
Mike kembali ke kantornya setelah makan siang bersama dengan Hana. Entah kenapa ketika memasuki ruangannya suasana dingin kembali menyelimutinya. Suasana yang sangat berbeda ketika bersama Hana.Bersama dengan Hana membuat Mike mengenal banyak rasa. Membuat dirinya mengenal banyak warna kehidupan.Sejak ditinggal ayahnya, Mike menjadi tulang punggung keluarga. Mengurus perusahaan besar ayahnya yang mempunyai cabang dimana-mana. Menjadi pimpinan tertinggi sejak muda membuat Mike membangun sosok dirinya sebagai sosok dingin dan tak berperasaan. Itu yang membuat para pengusaha lain segan untuk berurusan dengan seorang Mike Handerson. Si pengusaha muda berdarah dingin, begitulah julukannya.Hampir setiap hari yang dilakukan Mike hanya kerja, kerja, dan kerja. Tidak ada waktu buat yang lainnya. Mike bukan tipe Bad boy atau Playboy yang suka mempermainkan wanita. Sungguh, hidupnya hanya untuk bekerja dan juga mengabdi pada ibu dan adik kesay
Hana terbangun di pagi hari dengan perut yang mual seperti di aduk-aduk. Berlari ke kamar mandi dan mencoba memuntahkan semuanyaa, tapi nihil, dia hanya mual dan tidak bisa memuntahkan apapun. Ahhh ada apa dengan dirinya?Mike yang mendengar suara Hana segara bangun dan bergegas ke kamar mandi, di mana Hana berada saat ini.“Kenapa, Sayang?”“Aku hanya mual.”Mike menegang seutuhnya. “Apa kamu, kamu hamil?”Kali ini giliran Hana yang menegang seutuhnya, Hamil? kenapa tidak terpikirkan hal tersebut dalam otaknya? raut wajahnya kini berubah menjadi raut bahagia.“Astaga Mike, aku bahkan tidak berpikir sampai situ. Ya mungkin saja aku hamil, ayo kita membeli alat test kehamilan.” kata Hana dengan semangat dan meninggalkan Mike yang saat ini masih diam membatu.Hamil? Itu, itu berarti waktunya bersama Hana tidak lama lagi. Tapi bukankah itu bagus? Kenapa dirinya merasa ada yang salah disini?
Dara meremas tangannya dengan gelisah. Ini sudah jam setengah sepuluh malam, tapi Revan masih saja menunggu kedatangan Hana dengan wajah santainya.“Uumm maaf Mas, ini sudah malam, tidak enak dengan tetangga.”“Tidak enak kenapa?”Dara tidak bisa menjawab, bagaimana mungkin dia bisa menjawab ketika dirinya gugup karena sorot mata tajam dari lelaki yang duduk di hadapannya itu?“Kita, uumm, laki-laki dan perempuan, umm.. tanpa status, dan-”“Bilang saja aku kakakmu.”Entah kenapa setelah perkataan Revan yang terkesan santai itu, Dara menjadi sedikit kesal.“Kamu bukan kakakku, Mas, dan ini sudah jam sepuluh malam, silahkan pulang.” kata Dara yang sudah tidak dapat membendung kekecewaannya lagi.“Hei, ada apa denganmu?”“Aku tidak apa-apa, pulanglah.” Kata Dara masih dengan sedikit keketusannya.“Aku ingin menunggu Hana.”
Hana kini sudah berada di dalam sebuah restoran Itali, tempat biasa ia makan siang dengan Mike. Astaga, wajahnya merona-rona bahagia saat membayangkan bagaimana ekspresi Mike saat tahu jika dirinya kini sedang hamil anak lelaki tersebut. Bayi ini akan menyatukan mereka, dan Hana tahu bahwa Mike benar-benar sangat mengharapkan bayi tersebut.Tak lama, Hana melihat sosok tinggi tegap itu datang menghampirinya, sosok yang amat sangat tampan dengan mata coklatnya. Tanpa sungkan Mike langsung memeluk Hana yang sudah berdiri dan tanpa malu lagi dia mendaratkan ciumannya pada bibir Hana.Mike lalu duduk di hadapan Hana.“Umm, maaf, aku yang memesankanmu makan siang.” Kata Hana kemudian ketika seorang pelayan mengantarkan pesanan Hana.“Tidak apa sayang, kamu tahu seleraku.” jawab Mike dengan lembut. “Lalu, sekarang ada apa? Aku tahu kamu tidak hanya mengajakku makan siang saja, bukan?” tanya Mike sambil menyantap pasta yang be
Hana tidak bisa menghentikan tangisnya, tangis tanpa suara. Hana tidak ingin Mike, lelaki brengsek itu mengetahui jika dirinya masih menangisi diri Mike.Tadi malam, Hana kembali ke rumah kontrakannya bersama Dara. Berkali-kali Dara menanyakan apa yang terjadi, tapi sekalipun Hana tidak menjawabnya. Hana masih sibuk menangisi nasibnya. Kenapa Mike tega melakukan hal ini padanya? Meninggalkannya disaat dirinya membutuhkan sosok Mike sebagai ayah dari bayi yang dikandungnya. Bagaimana Hana menghadapi semua ini? Menghadapi orang tuanya? Menghadapi Revan, kakaknya?Akhirnya Hana bisa tertidur karena lelah menangis. Paginya lagi-lagi Hana terbangun karena mual hebat. hingga membangunkan Dara. Dara sempat mengajak Hana ke rumah sakit tapi tentu saja Hana menolaknya. Hana belum ingin memberitahukan keadaannya pada siapapun juga termasuk Dara, sahabatnya sendiri.Hari ini niat Hana adalah ke kantor pagi-pagi dan menenggelaman Diri dengan tumpukan berkas-berkas periklana
Hana masih saja tak berhenti menangis. Dara bahkan sudah membelikan coklat, ice cream dan lain sebagainya agar Hana lebih baik lagi, namun ternyata tidak ada gunanya. Hana masih saja menangis.“Hana, ceritakan padaku apa yang terjadi padamu.” Sekali lagi Dara membujuk Hana.Hana hanya menggelengkan kepalanya. Tentu saja Hana belum berani bercerita jika dirinya saat ini sedang putus hubungan dengan Mike dalam Keadaan hamil.“Hana, jika kamu tidak bercerita, aku akan pulang dan tidak mau lagi berteman denganmu. Please Hana. Beri tahu aku apa yang terjadi padamu.”Hana lalu memeluk Dara dan tangisnya semakin pecah. “Aku dan Mike sudah berakhir Dara. Kami sudah berakhir.” Akhirnya Hana buka suara.“Apa? Kenapa bisa?”“Kupikir dia sudah memiliki wanita lain, Dara.”“Apa wanita itu orang luar? Maksudku dia orang asing?”Hana seketika melepaskan pelukanny
Jam setengah tujuh malam Hana baru sampai di rumah kontrakannya. Dara benar-benar khawatir dengan keadaan Hana, hampir saja Dara keluar mencari Hana karena tak kunjung pulang. Belum lagi Revan yang tadi sempat meneleponnya karena ingin menemui Hana lagi. Ahh lelaki itu benar-benar membuat Dara pusing.“Mas Revan menelepon lagi. Dia akan ke sini.” kata Dara sambil membuatkan Hana segelas susu hangat untuk ibu hamil.“Sejak kapan kalian dekat?”“Dekat? kami tidak dekat, Hana.” Kali ini Dara sudah duduk di hadapan Hana sambil memberikan susu tersebut.“Mas Revan jarang dekat dengan wanita setahuku, tapi dia sering meneleponmu.”“Dia meneleponku karena ingin tahu keadaanmu, kamu pikir dia harus menelepon siapa selain aku?”“Tapi wajahmu memerah setiap kali kita membicarakan tentang kakakku itu.” Kali ini Hana berbicara dengan nada menggoda.“Hahahaha kamu pikir
Mike menuntun Hana masuk ke dalam mobilnya. Hujan masih saja belum reda, tubuh yang basah kuyub membuat Hawa dingin seakan-akan menusuk hingga ke tulang. Gemeletuk gigi membuat Mike menatap ke arah Hana. Wajah pucat itu.. bibir biru itu.. Sial!! Dia kedinginan.Mike meraih jasnya yang berada di jok belakang. Dengan sedikit kesal Mike melempar jas tersebut ke arah Hana."Pakai ini." katanya sedingin mungkin.Bukan, Mike bukan kesal terhadap Hana, tapi kesal dengan dirinya sendiri yang selalu memperhatikan Hana, yang tidak tega dengan keadan Hana yang menyedihkan. Ada apa dengannya?Dengan tangan gemetar menahan rasa dingin yang merayapi sekujur tubuhnya, Hana mencoba mengenakan jas tersebut. Tapi tidak bisa. tanganya terlalu gemetar, tubuhnya terlalu lemas karena kedinginan.Akhirnya Mikelah yang memakaikan jas tersebut lengkap dengan umpatan khasnya dalam hati. Mike lalu menyalakan penghangat di mobilnya. Kemudian ia mulai menjalankan mobilnya menu