Share

HANA - Bab 3

Jam makan siang sudah berdering, tapi Hana masih saja belum mau bangkit dari tempat duduknya. Entahlah, kepalanya pusing memikirkan Design Iklan yang bertumpuk-tumpuk. Dara sudah membantunya tapi tetap saja menurutnya masih ada yang kurang.

Satu-satunya hal yang membuatnya tetap tersenyum dan bersemangat adalah saat Mike Mengirim pesan kepadanya seperti saat ini.

Mike : Sweety. Lunch with Me?

Hana tersenyum lalu membalas pesan Mike.

Hana : Maaf Mike, untuk siang ini sepertinya tidak bisa.

Mike : Why?

Hana : Aku banyak pekerjaan Mike.

Mike : Come on Sweety, just a minute.

Hana : Tidak bisa.

Mike : I miss you.

Hana : Aku banyak pekerjaan Mike.

Mike : I wanna Kiss you.

Dan Hanapun tersenyum.

Hana : Berhentilah menggombal, aku benar-benar banyak pekerjaan Mike.

Mike : Baiklah, aku yang akan menjemput ke kantormu.

Hana mengernyit. Menjemput ke kantor? Memangnya dia siapa bisa menjemputku di kantor ini? Pikirnya kemudian.

Dan tak lama telepon di mejanyapun berbunyi. Hana mengangkatnya.

“Ya. Dengan Rihana di sini.”

“Hana, Mr. Albert  menunggumu di ruang kerjanya.”

Mr.  Albert? CEO dari perusahaan ini? Untuk apa dia memanggilku? Pikir Hana kemudian.

“Hana, apa kamu masih mendengarku?”

“Ohh iya. baiklah aku akan segera kesana.” Katanya kemudian menutup telepon dan bergegas pergi.

***

Hana berdiri di depan sebuah pintu besar. Itu Ruangan atasannya yang sama sekali tak pernah ia temui. Maklum saja, Hana hanya bekerja sebagai karyawan biasa, tugasnya hanya sebagai designer periklanan tidak memungkinkan dirinya untuk bertemu pimpinan tertinggi perusahaan yang sudah hampir  setahun di naunginya.

Sebenarnya Revan, kakaknya, sangat melarang Hana masuk kedalam Perusahaan asing tersebut, Hana bisa saja meminta posisi di perusahaannya sendiri, namun Hana menolaknya mentah-mentah. Hana lebih suka berusaha sendiri dan mandiri seperti Dara.

Hana membuka pintu tersebut dan alangkah terkejutnya dirinya saat mendapati sosok lelaki yang selalu bersarang dalam pikirannya. Dia Mike, lelaki itu tampak sangat tampan dengan setelan Jas hitamnya, sedikit terduduk di meja dengan tangan bersedekap, tatapan mata tajamnya dan juga senyuman mempesonanya.

Lalu dengan santainya lelaki itu berjalan mendekatinya, menundukkan kepala dan mengecup Singkat bibirnya sambil berbisik. “Afternoon Sweety.”

Ya Tuhan, Hana merasa dirinya kehabisan napas karena perlakuan Mike. Apa yang dilakukan Lelaki tersebut disini?

“Mike... Kenapa kamu, kamu bisa disini?” tanya Hana dengan wajah sedikit bingung.

Mike tertawa saat melihat kebingungan Hana. Lalu tak lama seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka dari belakang tubuh Mike.

“Nona Rihana, saya Albert Handerson, pamannya Mike.” kata lelaki tersebut  sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Hana.

Ohh yang benar saja, jadi perusahaan yang menerima dirinya ini masih ada hubungannya dengan keluarga Handerson? Pantas Saja kakaknya sedikit tak suka saat dirinya bekerja dalam perusahaan tersebut.

“Mike, kamu sangat pandai memilih kekasih.” puji Albert.

“Tentu saja paman, tak ada yang lebih baik dari seorang Hana.” puji Mike kepada Hana yang sontak membuat Hana memerah malu. “Baiklah Sayang, sepertinya jam makan siang akan segera usai, jadi bagaimana kalau kita cepat bergegas pergi?”

“Mike, aku sudah memberi tahumu  jika pekerjaanku masih menumpuk.”

“Hana, Keluarlah. Apa kamu tidak kasihan dengan Mike, waktunya begitu padat tapi dia kesini hanya untuk mengajakmu makan siang. Seharusnya kamu sangat senang dia menyempatkan sedikit waktunya untuk menemuimu.”

Hana menghela napas panjang. Dia tak bisa menolak lagi. “Baiklah, tapi aku tidak ingin terlalu lama Mike.”

“Siap Sayang.” Jawab Mike cepat.

Merekapun akhirnya berlalu dari hadapan Albert. Albert sebenarnya sedikit terkejut saat Mike bercerita tentang hubungannya dengan salah seorang karyawannya. Sebenarnya bagi Albert Mike orang yang sangat tertutup. Tak pernah dia sekalipun mengajak apalagi mengenalkan teman kencannya pada keluarganya. Tapi dengan Hana kenapa sedikit berbeda? Mike sepertinya sengaja berbuat semanis mungkin meski sebenarnya itu bukan seperti diri Mike sendiri.

***

Restoran Itali selalu menjadi tujuan mereka. Karena Mike sangat suka sekali dengan Pasta. Pasta di restoran langganannya ini benar-benar terasa nikmat untuk lidah Mike. Makanya hampir setiap hari mereka makan siang di sana.

“Mike, kenapa aku baru tahu jika kamu memiliki hubungan darah dengan Mr. Albert?” tanya Hana tiba-tiba.

“Memangnya kenapa? Ada yang salah dengannya? Jangan bilang kalau kamu pernah menyukainya, sayang.” kata Mike dengan sedikit menyunggingkan senyumnya.

“Apa kamu gila? Mr. Albert lebih cocok menjadi ayahku, Mike. Kenapa kamu tidak pernah bercerita padaku?”

“Hana, saudaraku pemilik perusahaan bukan hanya Paman Albert. Masih banyak lagi sayang, aku tidak mungkin menceritakannya satu persatu padamu.”

“Ya, baiklah, kamu selalu menang saat kita berdebat.” Hana sedikit mengerucutkan bibirnya.

“Hahhaha kita tidak pernah berdebat sayang.”

“Mike....”

“Yes sweety.”

“Aku ingin bertemu orang tuamu.” Seketika itu juga Mike menghentikan aktifitasnya.

Mike menatap tajam ke arah Hana. Ini sudah kesekian kalinya Hana menanyakan orang tua Mike, tapi Mike sepertinya tidak pernah ingin mengenalkan Hana pada orang tuanya.

“Hana, berapa kali kubilang, ibu masih di Jerman. jika dia pulang kemari, aku pasti mengenalkannya padamu.”

“Aku, aku hanya-”

“Tidak tenang.” Mike melanjutkan kalimat Hana.

Hana menunduk. Ya, sejujurnya dirinya memang sangat tidak tenang. Bagaimana tidak, dirinya kini sedang menjalani hubungan dengan seorang lelaki yang baginya jauh dia atas rata-rata, lelaki yang mungkin saja Hana tidak mengetahui tentang seluk-beluknya. Belum lagi hubungan mereka yang terlampau cukup jauh bagi seorang pemula seperti Hana.

Ini sudah dua bulan setelah malam dimana Hana menyerahkan semua yang ia punya untuk Mike. Selama rentan waktu itu, hampir setiap malam mereka melakukannya dengan panas. Hana bahkan jarang tidur di rumah kontrakannya bersama Dara. Dara beberapa kali mengingatkan jika mereka terlalu jauh. Namun iming-iming  cepat hamil dan segera menikah dengan Mike membuat Hana tidak mempedulikan nasihat Dara.

Dara bahkan sempat berkata jika dirinya beberapa kali berbohong kepada Revan saat Revan dengan sengaja menjenguk Hana ke rumah kontrakannya tapi tidak mendapati Hana di sana. Tapi Hana masih saja tidak peduli. Sepertinya hidup bersama dengan Mike adalah hal yang sangat membahagiakan untuknya.

Bagaimana tidak. Setiap detik Mike bahkan selalu bersikap manis terhadapnya. Bercumbu dengan mesra, dan bercinta dengan sangat romantis. Mike bahkan selalu menyempatkan diri mengecup perut datar Hana setelah mereka bercinta sambil berkata “We are waiting  for you, Son.”  seakan-akan itu menjadi do’a yang ampuh untuk keinginan mereka berdua.

Namun bagi Hana ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia sama sekali tidak mengetahui siapa Mike sebenarnya. Hana terlalu sibuk terbuai kemanisan yang diberikan oleh Mike. Yang Hana tahu, Mike adalah seorang pengusaha besar seperti yang dikatakan oleh Revan, Kakaknya. Dan hanya itu, Hana tidak mengetahui latar belakang keluarga, pendidikan ataupun teman-teman dari Mike. Pada satu titik, Hana merasa jika Mike memang sengaja tidak ingin menarik Hana ke dalam dunianya.

“Sayang, apa yang membuatmu tidak tenang?”

Hana Menunduk saat Mike melemparkan pertanyaan tersebut.

“Mike, kita sudah melangkah jauh, tapi sejauh ini aku merasa jika aku belum mengenalmu seutuhnya.”

Mike menatap Hana dengan seksama. “Kamu akan mengenalku sayang, segera setelah semua ini berakhir dengan bahagia nanti.” kata Mike sambil tersenyum miring yang entah kenapa bagi Hana terlihat sebagai senyuman misterius dan sedikit telihat mengerikan.

-TBC-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status