Share

Kehadiran Bima

Billy merasa salah ketika melamar wanita tersebut karena tidak ada cinta diantara mereka tapi sudut hati kecilnya meyakini ini adalah cara dirinya untuk membalaskan dendam pada apa yang mereka lakukan pada ibunya dahulu, Billy tidak memikirkan apa pun selain menikahi wanita itu yang sudah menjadi candu bagi dirinya setelah semuanya.

“Ayah di sini?” menatap Bima yang sedang berbicara dengan orang kepercayaannya Rahud.

“Kalau begitu nanti dibicarakan lagi” sambil menepuk bahu Rahud pelan melangkah kearah Billy “apa kabar kamu, nak?” memeluk Billy pelan sambil menepuk punggungnya pelan “bunda dan adik kamu kangen.”

Billy melangkah ke ruangannya “ayah tidak lupa kan jika aku memiliki ibu jadi bagaimana bisa aku harus dekat dengan bunda meski selama ini bunda yang merawatku, tapi rasanya beda tapi sampaikan salam untuk mereka semua.”

Bima mengangguk pelan “lantas kamu bagaimana?” Billy menatap bingung “pekerjaan kamu ayah dengar dari Rahud kamu sering tidak di tempat padahal tidak ada pekerjaan berarti” Billy menatap malas pada apa yang Bima dengar “ibumu tidak menginginkan sesuatu kan?.”

Billy membeku mendengar pertanyaan Bima lalu menggelengkan kepala setelah menenangkan diri “memang kenapa?.”

“Jangan pernah melakukan apa yang ibu kamu pinta karena ayah yakin suatu saat kamu akan sangat menyesalinya” Billy menatap tidak percaya atas apa yang Bima katakan “kamu pernah menjadi bagian dari Zee di mana kamu dan Endi terutama kamu yang selalu melindungi Zee dalam keadaan apa pun.”

“Ayah sangat peduli dengan mereka tapi tidak pernah peduli denganku” Billy menatap sinis pada Bima.

Bima menghembuskan nafas panjang “ayah mengatakan ini bukan karena peduli dengan mereka tapi tidak ingin kamu melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah ayah lakukan dahulu, penyesalan akan selalu datang terlambat.”

Billy terdiam mendengar perkataan Bima lalu tersenyum simpul “apa ayah tidak menyesal meninggalkan ibu?” Billy menatap tajam pada Bima yang tampak santai “ayah tidak tahu bagaimana oenderitaan aku selama ini yang harus menahan diri melihat bagaimana bahagianya kalian bahkan Endi sekali pun mendapatkan kebahagiaan dari keluarga lain dibandingkan aku” Billy menghembuskan nafas panjang masih dengan menatap Bima “aku hanya ingin dia merasakan apa yang aku rasakan dahulu.”

Bima menghembuskan nafas panjang “ayah tidak akan melakukan pembelaan apa pun itu bentuknya karena bagi kamu ayah selalu salah, satu hal yang kamu tidak tahu bagaimana cerita sebenarnya terjadi dan ayah akan menceritakan semua jika kamu sudah sadar” Bima menatap Billy dengan tatapan penuh kesedihan “ayah ke sini ingin bicara mengenai perusahaan kamu ini sejauh mana karena sebenarnya ayah sudah menyiapkan kamu dan Endi untuk menggantikan posisi ayah nantinya karena Azka maupun Dona tidak ada yang tertarik.”

Billy menatap kepergian Bima dengan berbagai perasaan terutama perasaan rindu akan perhatian dan kasih sayangnya, meski Bima serta sang istri Via memperhatikan dirinya seperti kedua anak kembarnya tetap merasakan perasaan iri pada mereka berdua. Billy menggenggam tangannya hingga menyebabkan perubahan warna pada kulitnya karena mendengarkan perkataan Bima, Billy menjadi semakin yakin jika Bima lebih berpihak kepada mereka dibandingkan dirinya seketika dirinya yakin dengan keputusannya untuk membalaskan dendam sang ibu.

“Om Bima memang hebat pantas perusahaan di Singapore berkembang sangat pesat” Rahud membawa kertas berisi laporan yang Billy yakini adalah keuangan “Om Bima memberikan klien besar pada kita tahu siapa?” Billy mengangkat alisnya “cafe kecil milik putri H&D Group akan mengadakan acara amal dan mencari orang untuk mengurus persiapan....”

“Aku yang akan menjadi kepalanya” potong Bima membuat Rahud membelalakkan matanya “aku yang akan mengurus semuanya dan siapkan tim terbaik.”

Rahud mengangguk dan meninggalkan ruangan Billy tanpa Rahud sadari Billy tersenyum lebar mendengar proyek yang dibawa oleh sang ayah yang berarti semakin mendekatkan dirinya dengan rencana yang telah dibuat, memudahkan semua rencananya setelah menodai maka langkah selanjutnya adalah mendekati wanita itu hingga mereka menikah. Billy tersenyum simpul membayangkan pernikahan macam apa yang akan diberikan pada wanita yang telah dirinya nodai, mengingat wanita itu seketika Billy mengingat bagaimana rasa setiap lekuk dari tubuhnya bahkan rasa bibirnya masih terbayang dalam otak Billy seakan melupakan Tyas yang selama ini menemani dirinya.

“Sayang” suara wanita membuyarkan lamunan Billy yang seketika membuat Billy tersenyum senang karena terlepas dari bayangan tersebut “kangen” langsung duduk di pangkuan Billy dengan saling berhadapan “pintunya sudah dikunci tadi aku bilang Rahud agar jangan diganggu.”

“Makin pintar kamu” Billy menarik dagu Tyas dan mencium bibirnya lembut “anak – anak?.”

“Sekolah sampai nanti sore dan pulangnya ke rumah orang tua Burhan.”

Billy mengangkat alisnya “kamu gak ikut?.”

Tyas menggelengkan kepala “lebih baik memuaskanmu daripada bersama mereka” Billy mengangkat alisnya mendengar perkataan Tyas “mereka gak membutuhkan aku yang dibutuhkan hanya Burhan dan cucunya.”

Billy tersenyum “kamu butuh uang Burhan.”

Tyas menggerakkan pinggulnya “bagaimana jika pulang melakukan olahraga ranjang” berbisik di telinga Billy membuat milik Billy tegang “lihat dia merindukan rumahnya” sambil membelai milik Billy dari luar.

“Bagaimana jika bermain sebentar di sini lalu kita lanjut pulang?” usul Billy meremas bukit kembar milik Tyas “sudah basah?” memberikan tatapan menggoda pada Tyas yang tersenyum malu.

Billy mengangkat Tyas dan bukan hal yang mengejutkan jika saat ini tidak menggunakan pakaian  dalamnya, alasan Tyas adalah agar memudahkan Billy memasukinya. Billy yang dari tadi membayangkan Zee dengan kedatangan Tyas mampu membuat dirinya untuk memuaskan diri meski tidak dengan Zee, saat memasuki Tyas bayangan Zee berputar di kepalanya membuat Billy semangat untuk menggerakkan miliknya di dalam Tyas dan tidak lama kemudian mereka berdua mencapai klimaks secara bersamaan. Billy dapat melihat wajah puas Tyas ketika mendapatkan klimaks dari dirinya, Billy mengeluarkan miliknya dengan mengangkat Tyas dan dapat dirinya lihat bagaimana cairan itu keluar dari sela – sela bagian bawah kaki Tyas.

“Bersihkan diri sebelum keluar kita melanjutkan babak selanjutnya.” Billy menatap Tyas setelah selesai membersihkan diri “aku tunggu.”

Tyas adalah wanita yang memiliki usia hampir tujuh tahun lebih tua dari Billy, mereka bertemu saat kuliah di mana Tyas adalah asisten dosen sedangkan Billy adalah murid baru. Kisah mereka terjadi secara tidak sengaja di mana saat itu Tyas harus berhubungan jarak jauh dengan kekasihnya, terlalu mencintai sang kekasih hingga Tyas baru menyadari jika dirinya dijodohkan oleh anak dari salah satu sahabat orang tuanya yang membuat Tyas menyetujui hal itu. Hubungan mereka berjalan baik dengan Billy yang masih ada disamping Tyas saat itu, mengenai bagaimana mereka berdua menjadi saling membutuhkan di ranjang tidak lain dan tidak bukan karena saling menginginkan satu sama lain. Tyas membantu Billy agar tidak sembarangan dengan wanita lain dan Billy membantu Tyas agar bisa merasakan bagaimana nikmatnya kegiatan di ranjang yang selama ini membosankan bagi dirinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status