Share

I Am Your Eyes
I Am Your Eyes
Penulis: Liaprill

01 || Kecelakaan pagi hari

Welcome 🌷

*****

"Assalamualaikum warahmatullah."

"Assalamualaikum warahmatullah."

Ya Allah, hamba datang kembali untuk meminta ampunan-Mu atas semua dosa yang pernah hamba lakukan.

Ya Ghofur, ampunilah semua dosa-dosa hamba. Baik yang disengaja maupun yang tidak. Baik yang kecil maupun yang besar. Baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang tersembunyi.

Ampunilah juga dosa kedua orang tua hamba, Ya Rabb. Berikanlah mereka tempat yang tinggi di surgaMu. Pertemukan kembali hamba dengan ibu dan ayah kelak di surga, Ya Rabb. Kami semua ingin berkumpul bersama disana.

Ya Allah, berikanlah selalu hamba semangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Berikan hamba kekuatan dan ketegaran hati. Kuatkan iman dan kesabaran hamba untuk menghadapi berbagai perkara yang ada kedepannya.

Terimakasih atas semua karunia yang telah Engkau berikan kepada hamba. Terimakasih karena sampai sekarang Engkau masih memberikan hamba kesempatan untuk hidup dan bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Terimakasih atas semua nikmat yang sudah Engkau berikan. Sungguh tanpaMu hamba bukanlah siapa-siapa, Ya Rabb.

Aamiin.....

Aku bergegas melepaskan mukena ketika selesai melaksanakan solat subuh. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi, aku harus bersiap untuk pergi sekolah juga mengambil dagangan di Umi Fatimah. Untungnya aku sudah mandi jadi bisa langsung memakai seragam dan segera pergi menuju rumah Umi yang letaknya tak jauh dari rumahku.

*****

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu kayu bercat merah tua lalu menunggu sampai seorang wanita paruh baya berjilbab syar'i membukakannya sembari tersenyum lembut. Aku ikut tersenyum kemudian mencium punggung tangan Umi Fatimah.

"Assalamualaikum, Umi," kataku sembari menggerakkan jari-jari tangan membentuk bahasa isyarat.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah. Tumben banget kamu jam segini udah ke rumah umi, Nak? Udah sarapan?" tanya Umi Fatimah.

Aku menggeleng kecil sebagai jawaban lantas terkekeh tanpa suara. Kulihat Umi Fatimah juga tertawa dan tangannya bergerak mengusap kepalaku yang tertutup hijab putih.

"Masuk dulu, yuk. Umi belum selesai bikin kuenya. Sekalian kamu sarapan juga, oke?"

"Tidak usah, Umi. Terimakasih. Tapi Ara puasa, kan sekarang hari Kamis."

Umi Fatimah terdiam membaca bahasa isyarat dariku. Detik berikutnya wanita cantik tersebut terkekeh gemas sambil mencubit pelan pipiku.

"Oh iya Umi lupa. Ya, sudah Ara duduk dulu, ya. Umi mau selesaikan bikin kuenya."

"Iya, Umi."

Akhirnya aku duduk di sofa sembari menunggu Umi Fatimah selesai dengan urusannya. Mengeluarkan sebuah Al-Qur'an kecil bersampul putih yang terlihat sudah usang, aku mulai membaca ayat per ayat dengan tartil dan seksama guna menghapus rasa bosan.

Aku selalu suka jika sudah berduaan bersama Al-Qur'an pemberian dari mendiang ibu beberapa tahun lalu, tepatnya saat aku masih duduk di kelas 1 SMP. Al-Qur'an ini sebenarnya hadiah dari ibu karena aku berhasil mendapatkan juara 1 paralel. Tapi sayang belum sempat aku mengucapkan terimakasih, ibu sudah lebih dulu pergi menyusul ayahku yang sudah berpulang saat aku masih kelas 4 SD.

Kini yang tersisa sebagai kenangan adalah Al-Qur'an ini satu-satunya. Aku masih ingat, dulu ibu bekerja susah payah agar bisa menabung dan membelikan aku Al-Qur'an. Setelah menunggu waktu selama 4 bulan akhirnya usaha ibu berhasil. Aku selalu bisa merasakan kehadiran ibu setiap melihat Al-Qur'an di tanganku ini.

Tanpa sadar air mataku mengalir membasahi pipi. Aku merindukan ibu. Aku merindukan ayah. Sedang apa ibu dan ayah disana? Apakah ibu dan ayah tidak merindukan aku juga? Rasanya aku ingin menangis kencang setiap mengingat semua momen yang pernah aku lalui bersama ayah dan ibu. Dadaku terasa sesak.

Selang 30 menit Umi Fatimah datang kembali seraya membawa kotak berisi kue-kue basah yang nantinya akan aku titipkan di kantin sekolah. Aku kembali memasukkan Al-Qur'an pemberian ibu ke dalam tas.

"Semuanya ada 100 kue, ya, Nak. Kalau belum habis jangan dipaksakan. Sisanya bisa kamu bawa pulang buat buka puasa."

"Iya, Umi. Semoga hari ini semua kuenya habis kayak kemarin."

"Aamiin. Kamu mau berangkat sekarang?"

"Sekarang aja deh. Takut telat, soalnya hari ini Ara gak naik angkot, mau jalan kaki aja." Aku meringis pelan. Umi Fatimah tersenyum lembut kemudian mengangguk kecil.

Aku menerima kotak berisi kue dari tangan Umi, tak lupa aku mencium punggung tangan wanita yang sudah aku anggap seperti ibu sendiri itu sebelum berangkat menuju sekolah. Aku bersyukur bisa bertemu orang sebaik Umi Fatimah, beliaulah yang menjagaku setelah ibu pergi untuk selama-lamanya.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Aku tersenyum penuh semangat begitu keluar dari rumah Umi Fatimah. Langkah kecil kakiku terasa ringan, suasana hatiku sangat bagus apalagi ketika menghirup betapa segarnya udara di pagi hari. Letak sekolah dengan rumahku bisa dibilang cukup jauh, tapi aku tak pernah mempermasalahkan. Itulah kenapa aku memilih berangkat lebih pagi agar bisa berjalan kaki, hitung-hitung olahraga ringan juga.

Perlahan matahari mulai terbit di arah timur, sinarnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Tak terasa sebentar lagi aku akan sampai di sekolah, jaraknya tinggal beberapa meter dan gedung bertingkat dua dengan warna cat hitam bercampur hijau mulai terlihat di depan mata.

Aku semakin mempercepat langkah, namun belum juga aku berhasil memasuki gerbang, sebuah motor melesat cepat melewatiku hingga sedikit mengenai lengan menyebabkan tubuhku limbung dan berakhir jatuh bersama kotak berisi kue basah milik Umi Fatimah. 

Motor berwarna hitam tersebut berhenti dan pemiliknya turun setelah membuka helm. Aku mendongak menatap laki-laki yang berdiri di hadapanku. 

•To be continued•

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status