Seorang pria di kegelapan malam menghembuskan asap rokok dengan santai. Ia menatap keluar jendela lantai 18 melihat lampu-lampu tampak gemerlap. Perasaannya begitu dendam ingin segera menghancurkan hidup wanita yang telah membuat kehidupannya tidak lagi sama seperti dulu. Suara ketukan pintu terdengar membuatnya melirik ke samping saat asistennya, Wildan masuk ke dalam ruangannya. “Ada apa?” tanya Reynar dengan suara datar. “Pak, saya sudah menjalankan perintah anda untuk membuat perusahaan yang bekerjasama dengan percetakan Budi Utama memutuskan kontrak mereka dan harus membayar biaya kompensasi yang cukup besar.” Reynar tersenyum licik saat asistennya, Wildan memberitahukan kalau percetakan orang tua Alana mengalami kebangkrutan bahkan harus membayar kompensasi yang cukup besar. “Jadi sekarang si Budi itu memiliki banyak hutang,” ucap Reynar menyeringai. “Iya Pak Reynar. Tanah dan mobilnya sudah dijual untuk menutupi semua pembayaran dan untuk gaji karyawan,” ucap Wildan. “Ba
3 bulan kemudianTanpa terasa waktu terus berjalan, hari pun berganti, sudah 3 bulan pemeriksaan kasus Alana semua berkas-berkas sudah lengkap dan ia mengalami berbagai macam tekanan baik psikis dan fisik. Ia tak sanggup lagi menahan semua masalah yang ada, walau sudah mengatakan hal yang sebenarnya, tapi tidak ada seorang pun yang mempercayainya ucapannya.Sudah seminggu Budi kembali ke Semarang. Usaha percetakannya mengalami gulung tikar. Akibat berita yang meliput kehidupan pribadi anaknya membuat orang-orang ikut menghujat dan tidak ada yang mau menggunakan jasa percetakan Budi. Budi terpaksa menjual tanahnya untuk membayar gaji karyawan, biaya hidup, dan bia
2 bulan kemudianTanpa terasa persidangan sudah 2 bulan berlalu dan hari ini memasuki putusan. Sekarang saatnya, Alana harus menerima keputusan majelis Hakim, hari yang menentukan berapa tahun ia akan dihukum. Ia kembali duduk di kursi pesakitan, ia melirik ke arah kursi pengunjung sidang mencari keberadaan Anita, Mamanya. Sudah 2 bulan Anita tak terlihat lagi datang di Pengadilan.Saat melihat ke arah pengunjung sidang ia menjadi gugup. Merasa tidak nyaman dengan banyak mata yang menatapnya dengan berbagai pandangan. Tak bisa ia pastikan satu persatu tatapan mereka hanya bisa menundukan kepalanya tidak berani membalas tatapan mereka.
Rini dan Novi mendengarkan kisah Alana dengan takjub. Alana begitu lancarnya menceritakan semuanya dengan begitu menyakinkan sehingga mereka ikutan bersedih.“Maaf, aku membuat kalian ikutan menangis,” ucap Alana tidak enak sendiri sambil mengusap air mata di pipinya.“Aku ga nyangka gadis cantik sepertimu mengalami nasib yang begitu menyedihkan,” ujar Novi yang menangis.“Aku salah. Kalau saja waktu di bisa diputar kembali aku ga akan mau mabuk sampai Papaku harus meninggal.”“Lihat aja Alana d
Alana hanya bisa menghembuskan napasnya dengan berat. Hari ini ia akan dipindahkan ke Rutan Pondok Bambu. Ada perasaan rindu yang menggelayut dalam benaknya. Ia sangat merindukan Anita, Mamanya. Semenjak kematian Budi, Anita tidak pernah sekalipun terlihat mengunjunginya.“Kamu kenapa Lana?” tanya Rini memperhatikan wajah Alana yang tampak sedih.“Kamu memikirkan kalau sebentar lagi masuk Rutan Pondok Bambu ya?” Novi malah ikutan bertanya pada Alana.Alana menatap kedua temannya yang berada dalam satu sel tahanan dengannya. “Bukan. Kalau masalah aku masuk rutan sih mau ga mau, yaa harus aku jalani.&
Setelah berbicara dengan Hans. Reynar sibuk dalam pikirannya, semua rencana yang telah diaturnya harus berjalan sesuai keinginannya. Membuat Alana menderita seakan menjadi semangatnya.“Wildan, bagaimana renovasi Villa Rose?” tanya Reynar.“Sebentar lagi akan segera selesai,” jawab Wildan.“Semuanya harus selesai dalam waktu 3 hari!”“Baik Pak dalam 3 hari semuanya sudah selesai sesuai keinginan Anda.”
Alana tiba di rutan pondok bambu, ia mengikuti semua instruksi sipir penjara dan tata tertib di sana. Ada perasaan asing dan tidak nyaman di tempat yang tidak pernah dibayangkannya. Ingin sekali ia menangis dan berkata tidak kuat lagi menahan semua cobaan yang ada.“Aku harus kuat, aku harus kuat,” gumam Alana menyemangati dirinya sendiri. “Ga boleh nangis, ga boleh cengeng.”“Hei, Lana jangan terlihat lemah nanti bisa ditindas tahanan yang lainnya,” ucap Rini.Mendengar suara wanita yang dikenalnya membuat Alana menoleh ke samping. Ia tak percaya bisa bertemu Rini lagi.
Sementara itu Reynar yang dipenuhi oleh rasa dendam dan amarah sudah menantikan kedatangan Alana di Villa Rose. Ia sudah menyiapkan dan menyusun semua rencana dengan begitu rapinya untuk membalaskan kematian keponakannya, Felicia.Di dalam ruang kerjanya di Villa Rose sudah dipenuhi dengan semua foto Alana. Begitu banyak foto Alana dari berbagai macam gaya dari gadis itu tertawa, tersenyum sampai foto gadis yang memiliki surai hitam panjang menangis. Entah mengapa melihat begitu banyak foto Alana membuatnya bersemangat.Namun, ada perasaan yang aneh di dalam hatinya. Selama sebulan ini kalau setiap pagi tidak menatap foto Alana ada yang kurang dalam hidupnya. Alana berhasil membuatnya menjalani hidup menjadi penuh dendam. Saat