5 hari kemudian
Selama 5 hari Reynar tidak berada di Jakarta. Ia baru saja kembali dari Jepang setelah melakukan perjalanan bisnis.
“Wildan bagaimana laporan properti di Manado?” tanya Reynar.
“Pak ada masalah pada masyarakat di sekitar yang meminta biaya ganti rugi melebihi penawaran kita yang kemarin,” ucap Wildan.
“Beginilah masyarakat kebanyakan seperti itu. Di saat tanah mereka tidak ada yang mau membelinya malah tidak dipedulikan, tapi giliran ada investor yang ingin mengembangkan malah menaikan
Apapun yang dikatakan Alana seakan tidak didengar oleh Reynar. Lelaki yang sudah dikuasai oleh hawa napsunya terus menciumi bibir Alana dengan sangat bergairah. Akan tetapi, tiba-tiba ia menghentikan ciumannya menatap wajah Alana.Di dalam pikirannya, Reynar menjadi bimbang sendiri dengan apa yang dilakukannya. Napsu memang sudah menguasai dirinya, tapi ia tersadar kalau wanita ini lah pembunuh keponakannya, Felicia. Teringat dengan Felicia membuatnya langsung beranjak dari tempat tidur. Tatapan matanya yang tadi penuh gairah berganti dengan amarah.Dengan mengusap bibirnya kasar ia segera keluar dari kamar dengan marah. Ia sangat kesal pada dirinya sendiri yang begitu bodohnya terlena oleh kecantikan dan kelembutan Alana. Seh
Keesokan harinya, Reynar kembali ke kantornya dalam perasaan tak menentu. Semalaman ia tidak bisa tidur terus memikirkan Alana. Menyalahkan dirinya sendiri kenapa bisa tertarik pada wanita yang telah membunuh keponakannya.“Kenapa aku jadi begini,” ucapnya kesal.Di saat Reynar larut dalam pikirannya, Yudi sahabatnya masuk ke dalam ruangannya. Kehadiran Yudi sama sekali tidak disadari oleh Reynar. Yudi yang tepat berada dihadapan Reynar jadi bingung sendiri. Ia melambai-lambaikan tangannya di depan mata Reynar, tapi sama sekali tidak ada tanggapan dari sahabatnya tersebut.“Hallo Bro. Masih hidup atau pikiran mu lagi melayang entah ke mana nih,” ujar Yud
3 hari kemudianSudah 3 hari Alana tidak bertemu lagi pria yang hampir berhubungan intim dengannya. Ia menarik napas lega dan malu sendiri dengan kelakuannya. Bagaimana mungkin ia akan melakukan hubungan intim dengan orang yang tidak dikenalnya bahkan asal usulnya saja ia tidak mengetahuinya.Akan tetapi, mengingat pria itu tahu tentang status narapidananya membuat Alana berpikir kalau pria tersebut tahu siapa dia dan apa mungkin pria itu keluarga Adiwangsa? Mengingat kejadian kecelakaan tersebut membuatnya merasa sangat bersalah pada Budi, papanya.Semenjak Budi meninggal tidak pernah ia bisa tempat peristirahatan terakhir papanya. D
Alana tak percaya mendengar perkataan Reynar. Bagaimana mungkin pria tersebut mengatakan kalau menyukainya. Masa baru mengenal hampir 2 minggu malah mengatakan menyukainya? Apakah laki - laki ini waras?“Kenapa wajahmu seperti itu? Ga usah bingung dengan perkataanku."Alana mengerjapkan matanya. “Tentu saja aku bingung, apa kamu menculikku karena menyukaiku? Apa kamu waras? Atau belum minum obat gitu?”"Tentu saja aku waras tanpa perlu obat.” 
Cahaya kemerah-merahan di langit menjelang fajar menyingsing. Sinar mentari masuk di sela-sela tirai jendela kamar Alana. Secara perlahan ia membuka matanya mencari seseorang yang semalam bersamanya.Namun, ia kecewa. Lelaki yang diharapkannya sudah tidak ada lagi di sampingnya. Ia tersenyum teringat tadi malam kalau Reynar mengatakan kalau menyukainya. Mereka tidur di atas tempat tidur dengan saling berpelukan. Rasanya indah sekali mengingat kejadian tadi malam.“Kenapa kamu pergi sih? Kalau kamu ada sama aku kan jadi beda,” ucapnya dengan suara kecewa.Alana menghela napasnya. Ia tidak seharusnya memiliki harapan t
Tangan Reynar masih terus menyentuh kedua gunung kembar Alana dengan lembut, mengecup lembut curuk lehernya membuat ia bergidik geli. Entah keberanian dari mana saat tangan Reynar turun bagian bawahnya, ia memegang tangan pria itu agar tidak menyentuh bagian sensitifnya."Tolong jangan lakukan ini," tolak Alana.Reynar hanya diam, ia menaikkan tangannya dan memeluk pinggang Alana."Tidurlah," uca
Reynar masih mendekat Alana dalam pelukannya. Mencium bibir Alana sampai menjelajahi rongga-rongga mulutnya. Membelai dan melumatnya dengan sangat mesra. Alana membalas setiap lumatan demi lumatan diberikan oleh bibir Reynar.Tanpa sadar tangan Alana menggantung di leher Reynar. Menutup matanya dan sedikit menjijitkan kakinya berusaha menyamai tinggi badan Reynar yang menjulang tinggi melebihi dirinya. Reynar mengerti kalau Alana pasti kesulitan untuk berciuman secara berdiri. Ia pun mengangkat kaki kanan Alana secara reflek Alana menggantungkan kedua kakinya di pinggul Reynar.Reynar membawa Alana dalam gendongannya sambil bibir mereka tetap saling berciuman. Tanpa ia sadari kalau secara perlahan handuk yang membalut pingguln
Wildan membelalakan matanya. Ia sangat terkejut melihat yang seharusnya tidak dilihatnya di dalam kamar tersebut. Dengan cepat ia langsung menutup mata dan membalikkan badannya.Begitu juga dengan Reynar. Ia langsung memeluk tubuh Alana agar tidak terlihat oleh Wildan, tak rela jika tubuh wanitanya dilihat oleh pria lain. Ia menjadi sangat kesal dan marah Wildan langsung saja masuk dan melihat kegiatannya yang sedang berburu gairah. Makin bertambah emosinya malah ia akan menuju puncaknya malah Wildan masuk dan berujung gagal."Keluaaaar!" bentak Reynar