Dev seharian ini banyak menghabiskan waktu dengan menelusuri wilayah perbatasan dan lahan pembangunan. Namun sayangnya dia sama sekali tidak mendapatkan kejanggalan apapun. Semuanya tampak normal, biasa saja. Tidak ada tanda-tanda perampok maupun pergerakan warga pendemo yang muncul.
Tentu mengherankan, mengingat para perampok itu kerap melawan para penegak hukum hingga babak belur. Tapi entah mengapa sekarang ini mereka sama sekali tidak muncul dan melakukan gerakan perlawanan. Padahal Dev sengaja mengirim pasukan pengaman yang kuat untuk berjaga disini dan bertempur jika sewaktu-waktu mereka akan datang menganggu warga dan berusaha merampok lagi. Malah sekarang mereka menghilang.Bahkan para pengamen alias teman-teman Dion yang kadang mangkal di tempat mereka pun sama sekali tidak nampak batang hidungnya. Benar-benar seperti lenyap entah kemana. Dan tentunya itu makin memperkuat dugaan kalau para perampok itu adalah orang-orang yang sama dengan kelompok pengebom. <"Saya tidak tahu menahu soal itu. Karena yang terpenting, saya sudah bekerja sesuai prosedur," ungkap Pak Direktur yang kemudian memasang wajah dibuat polos, seolah meyakinkan Dev kalau dia memang tidak tahu apa-apa. "Lagipula, mengapa Pak Bram malah membahas para penduduk itu? Bukankah itu urusan mereka mau pindah kemana?" Dev terkekeh. "Memang benar kalau mustinya saya tidak perlu khawatir dengan para penduduk yang digusur itu, karena mereka sudah mendapat uang ganti rugi. Saya hanya terganggu dengan para penduduk yang awalnya berontak dan berdemo menyuarakan kalau tanah mereka diambil paksa, lalu mereka menghilang begitu saja."Pak Direktur itu menggeleng, dengan sorot mata yang perlahan mulai berubah serius. "Kami tidak pernah mengambil paksa, Pak. Mereka tidak punya surat tanah sebagai bukti kepemilikan tanah tempat mereka tinggal, jadi tidak heran kalau mereka harus dipindahkan. Jadi tolong Pak Bram jangan berasumsi macam-macam," tegasnya kemudian. "Bera
Berita menggemparkan tentang Pak Direktur dari perusahaan XYZ yang hampir mati itu seketika menjadi headline di berbagai media dan menyebar begitu cepat. Namun berita pelaku terduganya masih belum sampai ke telinga awak media. Jadi tidak heran jika mereka menyerbu ke beberapa tempat yang berkemungkinan bisa mendapatkan informasi lebih lanjut. Tidak hanya memblok pintu masuk perusahaan XYZ, tapi para pencari berita itu juga mengerumuni area rumah sakit tempat Pak Direktur itu dirawat. "Bagaimana keadaan Pak Anthony? Apa sekarang kondisinya sudah mendingan?" "Bagaimana bisa Pak Direktur sampai keracunan? Apa Anda memiliki dugaan siapa yang meracuni beliau?" Saat itu, dua seorang polisi yang kebetulan baru saja keluar dari rumah sakit itu pun langsung diserang oleh bombardir pertanyaan para wartawan. Tapi perempuan tersebut memilih untuk bungkam dan tetap berjalan. Sedangkan polisi yang bersamanya itu memberi kode berupa bahasa tubuh, aga
Kota M memang dekat di wilayah tanjung pantai. Memiliki pelabuhan barang yang berfungsi sebagai sarana untuk menyeberangkan barang-barang keluar pulau. Biasanya barang yang dikirimkan umumnya adalah hasil perkebunan sayuran, buah-buahan, juga bahan makanan. Sehingga tak heran kalau sepanjang perjalanan ke pelabuhan, mata kita akan disuguhi oleh pemandangan distrik yang menjadi tempat singgah bagi para pedagang dan distributor yang hendak melakukan perjalanan keluar maupun pendatang dari luar pulau. Setelah kurang lebih sepuluh menit perjalanan, Dev pun sampai juga di distrik itu. Tentunya dengan menggunakan penyamaran, membaur dengan para pedagang lainnya yang ada disana. "Kau sudah manemukan perempuan itu?" tanya Dev yang kini sedang berbicara dengan agen lainnya melalui alat telekomunikasi di telinganya. "Belum. Kami akan segera mencarinya, Pak!" seru agen itu tegas. Pip! Sambungan telekomunikasi itu pun lantas terputus.
Dev mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi masalah anak kecil itu. Dia pun mengamankan dan membawa anak itu ke rumah sakit khusus untuk para agen. Sementara Budiman ia perintah untuk membereskan dan menangkap cecunguk yang mengincar anak kecil tersebut. "Semua sudah beres, Dev." Tidak butuh waktu lama bagi tim Budiman untuk meringkus orang-orang tersebut. Karena mereka ternyata tidak memiliki ilmu bela diri yang baik seperti halnya para perampok yang pernah Dev temui. "Kerja bagus. Sekarang aku minta sama kamu untuk membawa mereka ke kantor polisi dulu. Lalu berikan instruksi pada kepolisian untuk menginterogasi mereka juga. Dan aku minta hasil interogasi itu segera dikirimkan kepadaku. Mengerti?""Dimengerti, Dev."Pip!Panggilan mereka pun berakhir.Dev kembali menengok keadaan anak bisu itu. Saat ini anak tersebut sedang dalam perawatan medis di rumah sakit. "Baga
DUAAARRR! Dentuman suara tembakan itu sontak terdengar saat mengenai sasaran bidik. Speedboat yang dikendarai Dev pun terkena telak, hingga tercerai berai. Dev yang kurang mampu mengendari speedboat itu kontan saja mengalami kesulitan untuk menghindar, hingga ia pun juga ikut terpental dan tercebur ke laut. Beruntung sekali bidikan bazooka itu sedikit meleset dari kepala Dev, tapi malah mengenai speedboatnya. Tapi setidaknya nyawanya masih selamat, walau kini dia kehilangan kendaraan. "Hoi! Kamu ini gimana sih? Kenapa nembak dia sekarang? Bukannya ketua Sutris menyuruh kita untuk menembak dia nanti pas udah sampai di pulau WS?" Si penembak jitu itu tersenyum miring. Lalu menunjukkan ponselnya kepada orang yang menegurnya itu. Yang ternyata isi pesan itu adalah perintah dari Sutris. "Kamu lihat sendiri. Ketua Sutris bilang, Dev kurang bisa mengendarai speedboat. Jadi dia menyarankan untuk melenyapkan Dev di laut."
"Ketua Dev sudah kembali!! Dia terluka parah!! Tolong panggilkan tenaga medis sekarang!!" Pasukan agen yang dikepalai Budiman dan dibawah komando perintah Dev itu segera berhamburan ke dermaga. Berlomb-lomba untuk menolong ketua misi mereka. Ada yang bertugas memapah Dev, ada yang membuka jalan agar tidak banyak orang yang menganggu jalan Dev. Ada pula agen tenaga medis yang dengan sigapnya membaringkan Dev ke tandu pasien. Dan sebagian lainnya juga menuntun Eve ke tempat yang lebih aman dan kondusif. "Gimana keadaan Bram? Apa dia sudah selesai dirawat?" tanya Eve setelah beberapa saat menunggu taman di dekat rumah sakit. Tentunya dengan penjagaan Budiman dan lainnya. Eve tahu kalau nama asli Bram itu Dev. Tapi dia sudah kadung terbiasa memanggil Dev dengan sebutan Bram. Dan dari awal perkenalan mereka juga Dev menyebutkan nama Bram. "Ketua De--eh!" Budiman nyaris keceplosan. "Beberapa menit lalu dia sudah selesai diobati--
Sekitar tiga hari setelah kejadian pelik itu ... "Hai, Jagoan kecil! Kau sudah sehat?" Dev menyapa anak laki-laki remaja itu dengan ramah dan bersahabat. Masuk ke kamar anak itu dan melambaikan tangannya. Dan dikarenakan kondisi Dev yang masih lemah, dia diantar Eve dengan kursi roda untuk menemui anak lelaki remaja itu. Sebenarnya sejak anak remaja itu ingin menemui Dev kemarin, Dev ingin secepatnya mendatangi anak itu. Tapi, berhubung kondisi Dev masih belum pulih benar dan Eve juga melarangnya pergi, pertemuan terpaksa harus ditunda tiga hari. Terlihat anak remaja itu sudah jauh lebih baik. Tubuhnya sudah bersih, dan terlihat segar karena dia sudah mendapat asupan makanan yang cukup dan menyehatkan. Dan kini, anak itu juga sudah berani menunjukkan ekspresi senyum. Walau masih ada kesan ragu-ragu.Syukurlah, ternyata psikis anak itu sudah jauh lebih baik. Berkat Dokter hebat dari rumah sakit agen itu yang menanga
Sesi tanya jawab bersama Tora terpaksa dihentikan, karena mendadak depresinya kumat lagi. Maka Dev dan Eve pun menarik diri untuk bergegas pergi, meninggalkan Tora bersama para dokter yang menangani penyakitnya. "Makanya sudah kubilang jangan melontarkan pertanyaan yang memicu depresinya kumat! Dasar!" TUK! Mudah sekali Eve menjitak kepala Dev, karena sekarang Dev duduk di kursi roda sehingga posisi pria itu jauh lebih rendah. "Nggak pakai jitak kepala juga lah! Jangan mentang-mentang aku masih sakit, kamu malah manfaatin kesempatan buat berlaku seenaknya sama aku!" ucap Dev bersungut-sungut kesal sembari mengelus bekas rasa sakit di puncak kepalanya akibat jitakan Eve. Eve tergelak. Puas sekali sepertinya setelah membully Dev. Ini kali pertama Eve bisa melihat Dev kesal tapi tak bisa berkutik apalagi melawan. Begitu sampai di kamar inap Dev, Eve lantas membantu Dev untuk kembali ke ranjang. Kemudian menyelimuti Dev dengan lembut.