Clara tersenyum senang sambil menggigit bibir bawahnya mendengar sebutan 'lakik lo' dari sahabatnya. Seakan Bima memang sudah menjadi miliknya. Hatinya seakanpenuh dengan bunga-bunga yang bermekaran.
"Acieee, ada bunga di mana-mana." ledek Renata menyadari senyuman malu-malu dari wajah sahabatnya."Hush! Brisik banget sih lo." Kata Clara malu-malu. Ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tersenyum.Sumpah. Susah sekali rasanya untuk... bahkan sekedar pura-pura marah pada sahabatnya itu!"Tapi. Mr. Bodyguard lo itu emang cakep gila sih ya. Pasti banyak yang naksir dia." Kata Renata sambil merenung."Hush! Awas aja kalau lo ikut naksir sama Bima. Gue kulitin lo!" ancam Clara dengan mata mendelik."Hahahha, tenang aja, Nooon. Gue sih tetap cinta sama kakak lo. Reno gak ada duanya. My one and only love." Gadis itu kerkikik sambi menutup wajahnya dengan telapak tangan. pura-pura malu. Padahal bangganya bukan main.Kalau bisa sih, ingin dipamer-pamerkan perasaannya itu pada semua orang. Jadi tidak akan ada lagi yang berani mendekati Reno.Clara berdecih sambil menggeleng heran dengan tingkah sahabatnya itu. Padahal ia sudah sering mengingatkan agar Renata tidak terlalu banyak berharap pada Reno. Kakaknya itu seperti mati rasa. Gak tertarik dengan hubungan asmara."Jangan terlalu banyak berharap sama kakak gue itu. Ntar sakit hati. Udah berapa kali sih gue bilangin." kata Clara mengingatkannya lagi."Bodoh ah. Gue gak akan nyerah. Sebelum janur kuning melingkar, gue akan selalu punya kesempatan untuk ngedapatin Reno." Sahut Renata keras kepala."Terserah lo deh." dengus Clara malas. "Yang penting gue udah ingatin.""Ya lo seharusnya ngedukung kek." gerutu gadiscantik dan eksotis yg mirip dengan artis bolywood Deepika Padukone itu."Iya iya, gue dukung." Sahut Clara asal sambil beringsut bangkit dari tempat tidur. "Gih sana ganti baju. katanya mau berenang!" tandasnya lagi yang membuat Renata hanya bisa cengengesan menanggapi sikap Clara.***Kedua gadis remaja itu sedang asik bercanda di tengah kolam renang. Saling menciprat air dan terkikik dengan lelucon nakal yang saling mereka lempar ke satu sama lain."Tuh lihat, Mr. Bodyguard lo, sesekali dia mencuri pandang kemari, Ra." Kata Renata memberitahu. Saat ini posisi Clara memang membelakangi sang bodyguard.Laporan Renata itu sontak membuat Clara terdiam dan sedikit salah tingkah. Untung saja posisi mereka lumayan jauh dari tempat Bima berdiri memperhatikan keduanya.Lelaki itu berdiri lumayan jauh dari area kolam. namun masih bisa memantau putri sang majikan yang sialnya terlalu seksi untuk diabaikan. Apalagi Clara terang-terangan menunjukkan rasa tertarik padanya. Membuat Bima kewalahan dn kalang kabut karena pongah gadis tersebut.Pasalnya, Clara memang mulai semakin berani dan terang-terangan menunjukkan rasa tertariknya. Bahkan cenderung menggoda.Pernah sekali waktu saat pulang sekolah, gadis itu berpenampilan sangat seksi. Membuka beberapa kancing atas kemeja sekolah, dan roknya juga menjadi lebih pendek beberapa senti dari yang ia kenakan saat berangkat ke sekolah tadi pagi.Jantung Bima hampir saja melompat keluar melihat penampilan gadis itu. Ia menegur Clara dan memintanya berpenampilan sopan dengan dingin.Saat itu. Bima melihat wajah gadis itu seketika merah padam karena rasa malu. Namun, coba lihat sekarang? Clara malah semakin berani buka-bukaan dengan bikini mini itu!Terlalu mini malah!Yang sialnya membuat Bima kesulitan mengalihkan pandangannya dari gadis itu.Dan payudaranya...Sial!Masih terbayang dengan jelas bagaimana bentuk indahnya yang tanpa penghalang tadi! Membuat dirinya panas dingin sekaligus marah pada diri sendiri karena merasa bergairah pada gadis sangat belia itu!Di tengah kolam sana, Clara masih merasa tidak percaya akan apa yang disampaikan sahabatnya barusan."Serius lo? Dia beneran lihat gue?" tanya Clara mulai berharap banyak bahwa rencana sahabatnya kali ini akan berhasil. Pasalnya, rencana Renata yang memintanya berpenampilan sedikit seksi saat pulang sekolah beberapa minggu yang lalu berakhir zonk!Bukannya tertarik dan tergoda, Bima malah menegurnya dengan dingin. Sejak saat itu, lelaki itu seperti menjauh darinya. Menjaga jarak.Sungguh perih rasanya melihat seseorang yang dicintai dalam jarak yang begitu dekat, namun terasa begitu jauh!Renata mengangguk dengan tegas, meyakinkan sahabatnya dengan apa yang ia sampaikan tadi. Bima memang beberapa kali mencuri pandang memperhatikan ke arah kolam renang. Yang ia yakin tertuju pada Clara!"Ya iya laah, masa ya iya dong. Duren kan dibelah, bukan dibedong. Punya lo juga entar dibelah. Hihihihi." kikik Renata dengan lelucon kotornya sendiri.Clara mencipratkan air ke wajah sahabatnya itu. " Dasar otak mesum!" kata gadis itu sebal. Yang malah membuat Renata terbahak keras."Yeee, kok otak mesum sih? Ya kan emang benar. Gue mah realistis dan apa adanya. Nggak sok polos kaya lo. Kaya nggak pernah aja.""Ya emang nggak pernah! Gila aja lo. Emangnya lo pernah?" pekik Clara menaggapi guyonan sahabatnya."Hehehe, ada deeeh." Sahut Renata itu misterius."Eh serius?! Sama siapa?" pekik Clara lagi dengan kaget. Karena ia tahu sekali sahabatnya itu. Mereka sudah saling mengenal sejak SMP.Walau keduanya suka bersikap nakal dan clubbing dengan menipu umur untuk masuk ke area yang dilarang untuk remaja seusia mereka, namun tidak pernah sekali pun keduanya melewati batas tertentu.Sex before marriage is absolutely not their style!Tapi, kok bisa Renata...?"Nggak kok, gue masih perawan. Tenang aja deh lo." elak gadis itu akhirnya sambil membalikkan tubuh dan berenang ke pinggir kolam. Membuat Clara dapat bernapas lega."Huuff. Syukur deh. Ntar kalau Kak Reno jadi sama lo. dapat barang bekas dong kakak gue." goda Clara bercanda.Namun, Renata tidak langsung membalas kata-kata Clara. Yang membuat gadis itu sedikit mengernyit bingung."Ren?""Kalau ternyata malah kakak lo yang merawanin gue gimana?""Ren? Lo serius gak sih apa yang lo omongin kemarin?" tanya Clara setelah guru mata pelajaran terakhir pada hari itu keluar kelas.Bel pulang baru saja berbunyi. Dan keadaan kelas sedang gaduh melebihi pasar ikan. Semua siswa ribut karena buru-buru ingin keluar kelas."Yang mana?" tanya Renata pura-pura cuek sambil terus membereskan buku-bukunya."Yang lo bilang kak Reno 'belahin' punya lo." bisik Clara sambil melirik ke sekitar. Takut ada yang mendengar.Renata melirik Clara sekilas. Wajahnya tertegun sesaat. Lalu sedetik kemudian menggelakkan tawanya."Ih serius deh gue. Malah ketawa sih? Beneran nggak?" desak Clara masih dengan wajah seriusnya.Kemarin juga Renata langsung keluar dari kolam renang tanpa memberikan Clara jawaban yang jelas.Tapi, kak Reno itu sudah lama sekali tidak menjalin hubungan dengan wanita mana pun.Kalau yang suka sama dia sih banyak. Secara ya kakaknya itu kan double 'pan'. Tampan da
Bima membukakan pintu untuk nona mudanya. Ia berdiri di samping pintu sambil menunggu Clara masuk. Ia sedikit bingung dengan perubahan wajah Clara yang siang itu merengut. Biasanya ia selalu memberikan senyuman manis pada Bima.Masih dengan bibir yang maju menggemaskan karena rasa kesalnya, Clara menghentakkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Ia melipat kedua tangan di depan dada, dan menghempaskan bokongnya duduk di bangku penumpang di samping kemudi.Ada yang bingung kenapa Bima menempatkan Clara di sampingnya dan bukan di belakang, seperti nona muda pada umumnya?Karena berkali-kali ia melakukannya sebelum ini. tetap saja Clara akan memilih duduk di sampingnya.Menyebrangi kursi dari belakang dan masuk ke depan.Itu malah membuat jantung lelaki itu tidak sehat. Paha mulus Clara dan bokongnya yang sintal akan tersaji di depan wajah Bima dengan bebas.Bagaimana pun Clara adalah anak majikannya. tidak mungkin Bima berani bertindak
Tiba di rumah, Clara langsung turun dari mobil tanpa mengatakan apa pun lagi pada Bima. Tidak ada lambaian tangan dan senyum menggoda yang biasa ia berikan pada lelaki itu. Hati sang nona muda terlanjur sakit dengan apa yang diucapkan Bima tadi.Bima sendiri hanya menatap Clara yang keluar dari mobil dengan marah dan membanting pintu. Ia memaklumi kelakukan gadis tersebut. Mau bagaimana lagi. Wajar saja Clara merasa marah padanya.Pria itu menghembuskan napas kasar karena rasa frustasi yang menyerangnya.Bima tahu bahwa ucapannya pada Clara tadi keterlaluan. Namun, ia tidak mampu menahan diri. Ia marah. Sangat marah. Bukan hanya pada Clara yang menciumnya tanpa aba-aba, namun juga pada dirinya sendiri yang malah membalas ciuman itu dengan lebih menggebu dan hampir hilang kontrol.Jika saja mereka berada di tempat tertutup dan bukan di dalam mobil yang hanya berhenti sejenak di lampu merah, mungkin Clara tidak akan lepas dari cengkraman hasrat Bima
DEG!Clara langsung terduduk tegak mendengar kabar itu. Lupa bawa kepalanya sedang pusing karena terlalu banyak menangis."Serius Lo? Di mana? Sama siapa? Memangnya yang dia lakukan?" Pertanyaan demi pertanyaan mulai beruntun ia tanyakan. Jantungnya terasa nyeri.Karena itu kah Bima sama sekali tidak tertarik padanya?Benar juga. Mengapa Clara tidak pernah berpikir bahwa Bima mungkin saja sudah memiliki kekasih?Pikiran itu seketika menyakiti hati Clara.["Di komplek perumahan Setia Alam. Dan gue juga lihat dia tersenyum lepas gitu begitu disambut sama itu perempuan. Kayanya mereka memang memiliki hubungan khusus."]Sebenarnya Renata tidak ingin mengatakan sebanyak itu, terkesan mengompori rasanya.Namun, ia juga tidak mau sahabatnya terlalu terlarut dalam cinta yang mungkin tidak bisa dimiliki.Clara tidak mampu berkata-kata. Ia terdiam dengan mata yang mulai kembali basah.["Clara?"]
Clara berusaha mati matian untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila."Ih, kenapa sih juga jantung gue harus berdisco kaya gini? Bukan urusan dia juga kalau gue mau keluar sama siapa!" gerutu gadis itu dengan kesal. Sayangnya, gerutu an itu hanya mampu diucapkannya di dalam hati.Nyatanya, di depan Bima yang terlihat sangat marah saat ini, Clara hanya mampu terdiam kaku. Ia menggigit bibir bawah dengan kuat tanpa sadar.Bisa bisa bibirnya berdarah."Maaf kak..." Clara cukup terkejut saat tiba-tiba mendengar Revan mengambil alih pembicaraan. "Saya Revan, teman sekolahnya Clara." lanjut pemuda itu memperkenalkan diri.Revan bahkan mengulurkan tangannya untuk bersalaman kini. Posisi tubuhnya sedikit membungkuk menghormati.Namun sayang, Bima malah tampak tidak ingin menggubris. Alih alih menyambut tangan Revan, ia malah menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata elangnya yang tajam dan mendominasi.
Bima kembali merasa jengkel!Bisa bisanya gadis itu menciumnya tadi siang, dan malamnya malah keluar dengan pria lain.Ingin rasanya tadi Bima menarik tubuh rampingnya itu dengan kasar, lalu membopongnya masuk ke dalam kamar. Menguncinya di sana sehingga tidak berkeliaran dengan pria mana pun.Apalagi dengan pakaian seterbuka itu!Oke baiklah. Dress yang dikenakan Clara tadi tidak terlalu terbuka. Namun, jelas mampu membuat pikiran lelaki manapun berimajinasi liar.Pakaian yang dikenakan Clara tadi bahkan sudah membuat darah Bima berdesir hanya dengan memandangnya saja.Dress berbahan katun putih dengan kerah lebar hingga cukup banyak menampakkan kulit mulusnya di area itu, membuat Bima ingin mengerang menahan hasrat yang melesak dari dalam dirinya.Bima bahkan bisa melihat tali bra hitam yang mengintip dari balik kerah dress yang berbahan renda itu.Pakaian yang Clara kenakan tadi memiliki potongan pinggang dan mengembang pada bagian bawah. Bisa bahaya jika angin meniup cukup kencang
Tidak lama setelah itu, pasangan remaja tersebut memanggil pelayan dan melakukan pembayaran.Bima pun melakukan hal yang sama.Mereka keluar dari Cafe tersebut, dan Bima mengikuti mereka dalam jarak yang cukup aman. Sehingga keduanya tidak mengetahui keberadaan lelaki itu.Well, kalau mereka tahu pun. Bima tidak akan peduli. Bukankah tugasnya memang untuk menjaga Clara?Walaupun saat ini, ia melakukan ini semua untuk urusan pribadi.Bima menemukan mobil yang ditumpangi Revan dan Clara langsung menuju ke rumah. Mereka tidak pergi ke mana-mana lagi. Dan itu membuat Bima tenang.Walau rasa marah masih bersemayam di dalam dadanya.Clara turun dari mobil, melambai, dan langsung turun ke dalam.Tanpa menunggu Clara tiba di dalam rumah. Bima langsung melajukan mobil masuk ke dalam garasi. Melewati Clara yang tercengang melihatnya lewat.Saat Clara tiba dan masuk ke dalam rumah, Bima sudah menunggunya di ruang tenga
"Menghukum?" batin Clara memekik kaget. Apa maksud Bima dengan menghukum?Lalu sejurus kemudian samar samar Clara mendengar suara Renata yang menggoda di dalam kepalanya."Hukuman termanis dan terseksi datang dari pasangan yang sedang cemburu. Huhuhuhu." Sahabatnya itu pernah berkata suatu ketika.Jangan tanyakan hukuman yang bagaimana yang dimaksud oleh Renata. Otaknya memang penuh dengan adegan dewasa.Dewasa? Adegan dewasa?Sebuah ide gila terlintas di otaknya yang telah terkontaminasi. Dan itu seketika membuat wajah Clara merah padam. Melebih tomat masak dan kepiting rebus!Tapi benarkah Bima merasa cemburu? Dari kata katanya..."Apa yang kau pikirkan, hah?" ketus Bima. "Kenapa pula wajahmu menjadi merah padam seperti itu?" gumam lelaki itu sambil kembali memasang wajah datar."Dasar anak muda jaman sekarang. Otaknya nggak ada yang beres." sinis Bima melanjutkan sambil mengangkat tubuh langsing Clara dengan